Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Runtuhnya Kerajaan Si Naga, Kenapa Gareth Bale 'Gagal' di Real Madrid?

Kompas.com - 22/07/2019, 20:00 WIB
Firzie A. Idris,
Ferril Dennys

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masa depan Gareth Bale di Real Madrid terpatri sudah. Pelatih Zinedine Zidane tak ingin melihat penyerang asal Wales tersebut berbaju Si Putih lagi.

Musim panas 2019 hampir pasti menjadi akhir ikatan kerja Gareth Bale di Real Madrid.

Gareth Bale menolak bermain kontra FC Bayern pada akhir pekan kemarin karena ia takut akan merusak rencana transfernrya tetapi negosiasi terus berjalan.

Belakangan, diketahui kalau agen sang pemain, Jonathan Barnett, tengah berada di China untuk bernegosiasi dengan dua klub lokal, Jiangsun Suning dan Beijing Guoan.

Fakta bahwa Gareth Bale memilih bergabung ke Liga Super China dengan insentif gaji 1 juta pounds per pekan ketimbang mempertimbangkan penawaran dari klub-klub Premier League menunjukkan letak prioritas sang agen.

Baca Juga: Indonesia Open 2019 Usai, BWF Sebut Penggemar Bulu Tangkis Indonesia Luar Biasa

Barnett punya waktu hingga 31 Juli untuk memastikan masa depan kliennya, sebelum jendela transfer Liga Super China tutup.

Hubungan Real Madrid dan Gareth Bale tampak rusak tanpa bisa dibenahi.

Pelatih Zinedine Zidane secara gamblang mengusirnya dan Barnett menyerang Zidane atas perlakuan ke kliennya tersebut.

Masa Gareth Bale di Real Madrid diwarnai banyak hal.

Namun, beberapa hal menonjol: Rentetan cedera, kesulitan beradaptasi, dan momen-momen eksplosif.

Gareth Bale mengalami 22 cedera berbeda selama di Real Madrid tetapi aksinya saat mengadu sprint kontra bek Barcelona, Marc Bartra, dan mencetak gol brilian pada laga El Clasico di Copa del Rey, serta tendangan saltonya kontra Liverpool di Liga Champions akan selalu hidup di ingatan fans Real Madrid.

Pada akhirnya, problem Gareth Bale sekarang mirip dengan apa yang ia alami ketika pertama datang. Di situlah masalah terbesar sang pemain.

Baca Juga: Hasil Indonesia Open 2019 - Chou Tien Chen Cetak Sejarah di Turnamen

Enam tahun lalu, pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, memohon kepada para fans Los Blancos untuk bersabar dengan Gareth Bale menyusul transfer 86 juta pounds sang penyerang dari Tottenham ke Real Madrid.

Ketika itu, ia hanya mencetak satu gol dari empat laga pertamanya dan bahkan sempat absen dalam empat dari delapan pertandingan awal karena cedera otot, sesuatu yang akan sangat mengganggu masanya di Real Madrid.

Salah satu laga pertama Gareth Bale adalah kontra Barcelona di El Clasico, tetapi ia tak berbicara banyak dan digantikan hanya setelah satu jam pertandingan.

Setelah laga besar itu, Carlo Ancelotti pun memohon kepada media dan fans untuk bersabar kepada pemain berusia 24 tahun tersebut.

"Benar bahwa Gareth Bale belum melakukan hal-hal hebat tetapi pemain yang baru bergabung ke tim baru, kultur baru, perlu waktu untuk beradaptasi," ujarnya kepada radio Cadena Cope ketika itu.

Baca Juga: Hasil Indonesia Open 2019 - Jomblo Sendiri di Podium, Ini Kata Kevin Sanjaya

"Problemnya adalah, sang pemain harus beradaptasi. Tak sama bermain di Spanyol dan di Inggris."

Walau demikian, Gareth Bale berbicara di dalam lapangan. Ia membuktikan tajinya selama enam tahun di Real Madrid.

Sang penyerang mencatatkan 102 gol serta 65 assist dari 231 pertandingan.

Ia membantu Real Madrid mememenangkan antara lain pencapaian historis empat titel Liga Champions dan juga sekali Liga Spanyol serta empat gelar Piala Dunia Klub.

Namun, pangkal permasalahan tetap sama. Sang pemain tak kunjung bisa beradaptasi dengan tradisi dan kultur lokal.

Pemain yang masih memiliki kontrak hingga 2022 ini dilaporkan jarang mengikuti kegiatan tim di luar lapangan dan memilih bermain golf sendiri sehingga teman-temannya menjuluki Bale sebagai "Si Pegolf".

Ia bahkan membangun lapangan golf tiga hole di halaman belakang rumahnya di Madrid untuk memenuhi hobi tersebut.

Hal ini diungkapkan oleh kiper Thibaut Courtois pada wawancara dengan HLN pada wal tahun ini.

Courtois mengatakan bahwa ia berupaya untuk mengikuti ritme hidup warga lokal.

"Saya hidup seperti orang yang lahir dan dibesarkan di Madrid, saya makan rada siangan dan tidur malam... begitulah cara orang lokal hidup," tuturnya kepada HLN.

Orang Spanyol memang memiliki kebiasaan yang berbeda dari warga Eropa pada umumnya.

Hal ini disampaikan Rodrigo Gallego, perwakilan La Liga di Indonesia, kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

"Kami orang Spanyol memang punya jam berbeda. Kami biasa memulai hari sekitar pukul 10, makan siang pukul 15.00. Alhasil, jam makan malam kami sekitar pukul 21.00-22.00," ujar Rodrigo.

Bagi Gareth Bale, kebiasaan ini yang susah ia ikuti, setidaknya menurut Thibaut Courtois.

"Beberapa waktu lalu, seluruh tim keluar makan malam dan hanya Bale serta Toni Kroos yang tidak muncul. Mereka pikir jam makan terlalu malam," ujar Courtois.

Sang kiper menjelaskan bahwa makan malam tim dimulai pukul 22.15 dengan tim kemudian keluar mencari kopi pukul 24.00 sebelum tidur pukul 01.00 dan memulai latihan pada pukul 11.00 pagi.

Namun, Bale mengatakan bahwa jadwal itu mengganggu pola tidurnya.

Baca Juga: Indonesia Mulai Dikejar Taiwan pada Klasemen Perolehan Gelar BWF World Tour 2019

Courtois adalah orang kedua yang mengatakan bahwa Bale kesulitan beradaptasi di Spanyol karena bek kiri Marcelo juga mengungkapkan kalau sang pemain tak bisa berbicara sedikit pun bahasa lokal.

Marcelo menceritakan bagaimana ia kehilangan sosok Kiko Casilla yang dipinjamkan ke Leeds pada bursa Januari.

"Saya jadi kehilangan teman ngobrol. Memang ada Bale, tetapi ia hanya bisa bahasa Inggris. Jadi saya paling hanya berbicara 'hi, hello, goodbye!" tutur Marcelo.

Bandingkan Bale dengan kompatriotnya, Aaron Ramsey, yang langsung menyapa para wartawan dengan bahasa Italia saat pertama diperkenalkan oleh Juventus.

"Jika Anda pindah ke tim asing, sebagai rasa hormat kepada para fans, seseorang perlu berusaha berbicara bahasa lokal. Bale perlu berusaha soal ini," ujar John Toschak kepada As.

Baca juga: Ini Perbedaan Barcelona dan PSG yang Menghambat Transfer Neymar

Mantan pelatih Real Madrid dan eks bos Timnas Wales berusia 70 tahun tersebut memberi Bale debutnya di timnas senior saat sang pemain baru berusia 17 tahun, sehingga sentilannya ibarat seorang bapak memberi nasihat kepada sang anak.

Hubungan Bale dengan fans Madrid memang toxic

Ia mendapat cemoohan fans baik di dalam stadion maupun di lapangan latihan.

Bale berpotensi menerima hukuman 12 pertandingan setelah melakukan gestur tangan tak senonoh kepada fans saat Madrid menang 3-1 kontra Atletico Madrid.

Awal Juli 2019 As menerbitkan video di mana para fans terdengar berteriak "desagradecido" alias "tak tahu terima kasih" saat Bale memasuki lapangan latihan Madrid.

Bale sendiri menghadapi permasalahannya di Madrid dengan tidak profesional.

Ia menolak untuk pemanasan saat Real Madrid menghadapi Levante, tak merayakan gol dengan rekan-rekannya, dan beberapa kali pulang dari stadion saat pertandingan masih berlangsung.

Naga merah merupakan simbol negara asal Gareth Bale dan kerap diasosiasikan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Wales.

Kini, masa naga merah di markas Si Putih pun tampak sudah berlalu, runtuh melebihi titik perbaikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komitmen Ketum PSSI untuk Perpanjang Kontak Shin Tae-yong hingga 2027

Komitmen Ketum PSSI untuk Perpanjang Kontak Shin Tae-yong hingga 2027

Timnas Indonesia
Jadwal Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024, Mulai Sabtu 27 April

Jadwal Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024, Mulai Sabtu 27 April

Badminton
Indonesia Vs Korea Selatan, Garuda Muda Tak Dianggap Underdog

Indonesia Vs Korea Selatan, Garuda Muda Tak Dianggap Underdog

Timnas Indonesia
Xavi Putuskan Bertahan di Barcelona hingga Juni 2025

Xavi Putuskan Bertahan di Barcelona hingga Juni 2025

Liga Spanyol
Liverpool Tumbang di Tangan Everton, Van Dijk Bicara Perebutan Gelar

Liverpool Tumbang di Tangan Everton, Van Dijk Bicara Perebutan Gelar

Liga Inggris
Man United Vs Sheffield United: Bruno Berjaya, Kemenangan MU Hal Utama

Man United Vs Sheffield United: Bruno Berjaya, Kemenangan MU Hal Utama

Liga Inggris
Thomas dan Uber Cup 2024: Momen Penguatan Semangat Jelang Olimpiade

Thomas dan Uber Cup 2024: Momen Penguatan Semangat Jelang Olimpiade

Badminton
Siaran Langsung dan Live Streaming Indonesia Vs Korsel Malam Ini

Siaran Langsung dan Live Streaming Indonesia Vs Korsel Malam Ini

Timnas Indonesia
Persib Bandung Vs Borneo FC, Siasat Pieter Huistra Manfaatkan Laga

Persib Bandung Vs Borneo FC, Siasat Pieter Huistra Manfaatkan Laga

Liga Indonesia
Klasemen Liga Inggris: Liverpool Gagal Pepet Arsenal, Terancam Man City

Klasemen Liga Inggris: Liverpool Gagal Pepet Arsenal, Terancam Man City

Liga Inggris
Hasil Man United Vs Sheffield United 4-2: Roket Fernandes, Setan Merah Menang

Hasil Man United Vs Sheffield United 4-2: Roket Fernandes, Setan Merah Menang

Liga Inggris
Hasil Everton Vs Liverpool, The Reds Tumbang, Gagal Dekati Arsenal

Hasil Everton Vs Liverpool, The Reds Tumbang, Gagal Dekati Arsenal

Liga Inggris
Link Live Streaming Everton Vs Liverpool, Kickoff Pukul 02.00 WIB

Link Live Streaming Everton Vs Liverpool, Kickoff Pukul 02.00 WIB

Liga Inggris
Pengamat Korsel Bahas Beban Besar Timnas Korea Jelang Hadapi Indonesia

Pengamat Korsel Bahas Beban Besar Timnas Korea Jelang Hadapi Indonesia

Timnas Indonesia
Sirkuit Mandalika Sudah Terpesan 200 Hari untuk Even Otomotif

Sirkuit Mandalika Sudah Terpesan 200 Hari untuk Even Otomotif

Sports
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com