Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rudy Badil dan Indahnya Tulisan Sepak Bola

Kompas.com - 12/07/2019, 10:11 WIB
Tjahjo Sasongko

Penulis


JAKARTA, Kompas.com - Semasa aktif sebagai jurnalis, Rudy David Badil -meninggal Kamis (11/07/2019)- telah mencoba banyak bidang liputan, termasuk olah raga.

Melalui medianya, Kompas, Badil atau BD  mencoba memberi warna pada liputan-liputan olahraga besar seperti Piala Dunia, Piala Etropa atau pun Olimpiade musim  panas.  bersama penulis lainnya, Sindhunata, Badil mencoba memberi  makna bahwa event olahraga besar terutama sepakbola  tidak hanya melulu berpusat pada 22 orang yang bergerak di lapangan hijau, namun bisa pada tempat tidur sang pelatih,  pub-pub tempat para pendukung berkumpul bahkan juga pada para pedagang pasar nun jauh di pedalaman.

Dengan latar belakang penguasaan ilmu sosial melalui disiplin ilmu Antropologi dan juga kegemarannya mengunjungi tempat-tempat di pelosok Indonesia dan dunia, Badil memiliki kepekaan untuk melihat hal di belakang satu pertandingan atau turnamen olahraga. Saat pesta sepakbola Euro 2000 di Belanda dan Belgia misalnya. Badil bisa menuliskan tentang fenomena kegagalan pemain dalam mengeksekusi penalti.

Ia menuliskan," Banyak teori yang diajarkan pelatih ataupun supervisi teknis, khususnya bagi penjaga gawang. Umumnya soal mengamati perilaku sang eksekutor, saatnya bersiap dan bergerak menjelang kaki kanan atau kaki kirinya menyepak bola. Beberapa penjaga gawang biasanya sudah berantisipasi gerak ke arah laju sesuai taksirannya. Dia akan bergerak dan menyergap ke kiri atau kanan, dengan harapan gerak bola itu sesuai taksirannya. Sementara sang algojo 12 pas akan mengatur gerak lari pendeknya dan menggerakkan pinggul, agar sepakan kerasnya melaju sesuai arah.

Dari hasil penelitian body language alias BL semua tendangan penalti Piala Eropa 2000, pakar menyimpulkan faktor gerak dan goyang pinggul si eksekutor amat menentukan arah laju bola tembakannya. Singkatnya, kalau pinggul itu sejajar gawang, sepakannya akan menembak bola ke arah kanan kiper. Kalau pinggulnya membentuk sudut ke kanan, tendangannya akan ke arah sudut kiri kipernya. Begitu pun sebaliknya bagi penembak kaki kiri, kalau sejajar akan ke arah kiri kiper. Kalau bikin sudut, sepakannya akan ke sudut kanan gawang."

Bagi para penikmat sepakbola melalui tayangan televisi, kejadian tendangan penalti mungkin hal yang lumrah terjadi dalam waktu 90 menit. Paling banter, analisanya adalah keberhasilan eksekusi ini berkaitan dengan mental si penendang dan panjaga gawang. Tak lebih. Lha ini, Badil bicara dengan lebih dalam, dengan dukungan penelitian ilmiah.

Tetapi lebih dari itu, ia menyampaikannya dengan gaya bertutur, gaya bercakap-cakap, dengan bahasa percakapan pula. Sepertinya kita bicara dengan dosen tetangga kita yang gila bola yang tengah menjelaskan bagaimana Anjas Asmara gagal mengeksekusi penalti saat menghadapi Korea Utara di GBK Senayan 1976. Atau bagaimana Roberto Baggio juga gagal melakukan tendangan penalti pada pertandingan final Piala Dunia 1994.

Tapi ya itulah Badil.  Kalau diskusi tentang sejarah sepakbola atau detil-detil hasil pertandingan dia pasti keteteran.  Tetapi dia selalu menempatkan sesuatu yang besar pada konteksnya. Ketika diminta memimpin majalah berita Jakarta-Jakarta pada 1992-1993, Badi memiliki konsep sendiri tentang menuliskan berita. "Lu tulis berita olahraga tentang hasil-hasil, tidak akan ada yang baca. Bahkan lu cerita detil tentang situasi dan suasana pertandingan juga orang sudah melupakannya dalam beberapa hari. Lu harus cari sesuatu di balik pertandingan dan itu ada pada pelaku-pelakunya," kata Badi pada 1992.

Memberi nasihat memang gampang dan memberi contoh pun buat dia mudah karena Badil memiliki kapasitas untuk itu. Pendidikan, pengalaman dan pergaulannya yang mumpuni  membuat  dia bisa menangkap esensi dan kemudian  menguraikannya menjadi banyak sisi dalam memandang suatu peristiwa. Sementara kemampuannya bertutur yang tidak biasa membuat tulisannya menjadi lebih kaya, terutama dengan informasi sejarah, antropologis dan anekdot di seputar topik yang ia tulis.

Badil pernah  memberikan resepnya untuk  membuat tulisan kita lebih menarik dan sulit dilupakan. "Sebenarnya kemampuan menulis itu befrbading lurus dengan kemampuan kita bertutur, bercerita. Jadi biasakanlah menceritakan  sesuatu yang kita lihat atau rasakan kepada orang lain. Sedetil mumgkin dan lihat apakah orang itu tertarik," kata Badil.

Untuk yang ini tentunya dia mumpuni. Karena kemampuan itu pula ia pernah menjadi bagian dari grup komedi legendaris Warung Kopi Prambors bersama  Temmy Lesanpura, Nanu Mulyono, Kasino Hadibowo dan Wahyu Sardono. Indrojoyo masuk belakangan. Ia mencontohkan dnegan bercerita tentang situasi awal Kasino menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. "Kasino itu polos. Asli polos, tidak dibuat-buat," kata  Badil. Ia kemudian menguatkannya dengan cerita,"Waktu itu kita rombongan UI ke Singapura. Jalan-jalan di Orchard. Kasino yang ingin jalan sendiri nanya kalau permisi lewat, bahasa Inggrisnya apa? Gue jawab aja,'Ya beri jalan atau give me street.'" Eh, terus gue dengar dia lakukan itu...."

Tetapi untuk tulisan tentunya tidak melulu isinya anekdot atau gurauan. Sebagai sarjana  Antropologi UI, Badil biasa  melengkapi tulisan sampingan tentang olahraga dengan data, bisa sejarah, geografis dan sosiologis.  Dalam tulisan "Bola Belanda, Bendera Boneka," saat Euro 2004 di Portugal, Badil bercerita tentang sejarah Portugal dan kaitannya dengan Indonesia. Seperti ini kutipannya, "Omong-omong soal pengaruh bahasa Portugal, seorang Portugis bernama D Antonio Pinto da Franca, yang bertugas sebagai Duta Besar Portugal di Indonesia pada tahun 1960-an, mengadakan kunjungan ke berbagai tempat untuk meneliti daerah peninggalan kebudayaan Portugal masa lalu di Indonesia. Baik itu berupa sisa bangunan, relik, upacara keagamaan, aneka benda budaya, maupun bahasa.

"Pengaruh Portugis di Indonesia mungkin kelihatannya sepele, namun pada kenyataannya besar kalau ingat bahwa itu merupakan hasil suatu periode singkat selama 150 tahun dan bahwa sudah tiga abad berlalu sejak itu praktis tanpa kontak; apalagi kalau kita ingat usaha tidak habis-habisnya Kompeni (VOC) untuk menumpas semua sisa Portugis, baik material maupun spiritual à pengaruh Portugis di Indonesia merupakan akibat hubungan sehari-hari antara orang-orang Indonesia dan pastor-pastor, pelaut-pelaut, pedagang-pedagang, dan prajurit-prajurit Portugal yang rendah hati ...". Begitu antara lain tulis Da Franca dalam bukunya, Portuguese Influence in Indonesia (1985)."

Badil pensiun sebagai karyawan Kompas pada 2006 lalu, meski sebagai penulis ia tidak pernah beristirahat.  Saat Piala Dunia 2010 dilangsungkan di AFrika Selatan, Badil dengan status wartawan senior tetap memberikan pandangannya. Pada Kompas, Senin (28/6/2010) ia menulis, "Hati-hati dengan orang berkulit hitam... Swart gevaar! Juga ada kampanye rasisme itu antara lain bertuliskan: Die kaffer op sy plek atau orang kafir itu tetap di tempatnya, serta Die kolies uit die land atau usir kuli-kuli itu keluar! Kata-kata berbau bahasa Belanda ini memang bahasa Afrikaan, bukan hardikan dan ancaman untuk tamu Piala Dunia kini, tetapi kata-kata sakti saat masa perlawanan di masa muda Nelson Rolihlahla Mandela (18 Juli 1918-sekarang).

Waktu itu sekitar tahun 1947, Mandela muda sempat mempelajari ajaran Mohandas Gandhi yang antikekerasan atau satyagraha. Kedatangan Gandhi sebagai pengacara muda India tentunya untuk memberikan ajaran agar tidak melakukan tindakan kekerasan melawan "tuan-tuan" besar kulit putih yang berkuasa di Transvaal. Tahun 1893 sampai 1914, Gandhi mendampingi warga India yang disebut juga kaum "koelie", yang berperan di sektor perekonomian kelas tengah, agar bersikap satyagraha yang tidak ngotot dan keras-keras tindakan.

Mandela yang tidak hadir saat pembukaan Piala Dunia 11 Juli lalu karena masih berkabung, pada masa sekitar 1947 saat menjabat anggota eksekutif dari Kongres Nasional Afrika di Transvaal. Mandela sebagai politisi muda Afsel justru berhadapan dengan kampanye Partai Nasional yang menyebut terang-terangan kata rasis swart gevaar dan kaffer serta usir koelie uit die land dari Afsel. Mandela yang justru melawan kebijakan apartheid atau kebijakan memberlakukan posisi sosial terbawah dan segregasi ras bagi warga Afsel hitam.

Kompliet. Pembaca pun  bisa mengikuti suasana di Afrika Selatan tanpa terganggu warna-warna jersey yang beragam, atau nama-nama saat itu seperti Iker Casillas, Carlos Dunga, Kaka atau pun  Fernando Torres.  Jadi orang menyadari benar, Piala Dunia adalah pesta dan kegembiraan buat semua orang, tanpa batas negara, ras, agama dan hal-hal buatan manusia lainnya.

Badil sudah berpulang Kamis (11/07/2019). Sementara tulisan-tulisan seperti yang dilakukannya dan Romo Sindhu juga tidak pernah lagi hadir mencerahkan para penggemar olahraga atau khususnya sepakbola yang terpaku pada hasil-hasil pertandingan melalui media internet atau media sosial. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Liga Indonesia
5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

Timnas Indonesia
Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Timnas Indonesia
STY Sorot Aksi Ernando Ari, Indonesia Sukses Bikin Australia Frustrasi

STY Sorot Aksi Ernando Ari, Indonesia Sukses Bikin Australia Frustrasi

Timnas Indonesia
Alasan Emi Martinez Tidak Diusir Setelah Kena Kartu Kuning 2 Kali

Alasan Emi Martinez Tidak Diusir Setelah Kena Kartu Kuning 2 Kali

Liga Lain
Berkat Atalanta, Liga Italia Resmi Punya 5 Wakil di Liga Champions 2024-2025

Berkat Atalanta, Liga Italia Resmi Punya 5 Wakil di Liga Champions 2024-2025

Liga Champions
12 Pemain Basket USA di Olimpiade Paris 2024, LeBron James dan Durant Kembali

12 Pemain Basket USA di Olimpiade Paris 2024, LeBron James dan Durant Kembali

Internasional
Reaksi dan Target Pelatih Persib Setelah Pastikan Tiket Championship

Reaksi dan Target Pelatih Persib Setelah Pastikan Tiket Championship

Liga Indonesia
Klopp: Liverpool Kalah dari Atalanta karena Perbedaan Kecepatan

Klopp: Liverpool Kalah dari Atalanta karena Perbedaan Kecepatan

Liga Lain
Head to head dan Top Skor Duel Persib Bandung Vs Persebaya

Head to head dan Top Skor Duel Persib Bandung Vs Persebaya

Liga Indonesia
Timnas U23 Indonesia Cetak Sejarah Pertama Kali di Piala Asia U23

Timnas U23 Indonesia Cetak Sejarah Pertama Kali di Piala Asia U23

Timnas Indonesia
Hasil Liga Eropa: Liverpool Tersingkir, AS Roma Taklukkan AC Milan

Hasil Liga Eropa: Liverpool Tersingkir, AS Roma Taklukkan AC Milan

Internasional
Hasil AS Roma Vs AC Milan 2-1: 10 Pemain Antar Roma ke Semifinal

Hasil AS Roma Vs AC Milan 2-1: 10 Pemain Antar Roma ke Semifinal

Liga Lain
Hasil Atalanta vs Liverpool 0-1 (agg. 3-1): Salah Cetak Gol, Reds Tetap Tersingkir

Hasil Atalanta vs Liverpool 0-1 (agg. 3-1): Salah Cetak Gol, Reds Tetap Tersingkir

Liga Lain
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com