Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ferril Dennys Sitorus
Jurnalis Kompas.com

Wartawan olahraga, pencinta sepak bola.

Final Piala Presiden 2019 Persebaya Vs Arema, Salam Satu Jiwa, Wani!

Kompas.com - 08/04/2019, 21:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Perhelatan Piala Presiden 2019 berhasil melaksanakan instruksi Presiden Joko Widodo yakni Fair Play.

Terwujudnya aspek fair play tidak terlepas dari kerja keras Maruarar Sirait sebagai Ketua Steering Committee (SC) yang mengawal turnamen ini agar tim, pemain, pelatih, dan suporter bersikap sportif.

Ara, sapaan akrab Maruarar, menceritakan bertemu Presiden Jokowi, sebelum pengundian babak delapan besar.

Dalam pertemuan tersebut, Ara mengatakan Jokowi menyampaikan beberapa poin. Salah satu poin yang disampaikan Jokowi adalah pertandingan berlangsung dengan fair play.

"Presiden berpesan kepada kami seperti tahun sebelumnya, terutama fair play, tidak ada pengaturan skor, soal perwasitan ini dipantau, kami minta bantuan kepolisian," kata Ara.

Sekali lagi Piala Presiden telah membuktikan kepada publik sepak bola bahwa pertandingan bisa bersih, tanpa adanya "setting-an".

Pemain dan manajemen bisa menerima hasilnya dengan legawa.

Wasit bisa bertugas di lapangan dengan baik tanpa ada intimidasi dari pihak-pihak tertentu.

Ya, Piala Presiden seperti menjadi tamparan bagaimana sepak bola Indonesia diguncang isu pengaturan skor atau match fixing.

Terbongkarnya kasus pengaturan skor ini berkat kerja keras Satgas Antimafia Bola yang dibentuk Kapolri Tito Karnavian.

Sejauh ini, Satgas Antimafia Bola telah menetapkan 11 orang tersangka termasuk Joko Driyono.

Aspek fair play di Piala Presiden 2019 bisa dilihat dari beberapa momen yang terjadi.

Boaz dan Hamka 

Penyerang Persipura Jayapura, Boaz Solossa, sempat membuat selebrasi gol yang kontroversial saat mencetak gol ke gawang PSIS Semarang pada laga perdana Grup C di Piala Presiden 2019, Rabu (6/3/2019) malam WIB.

Dalam laga yang berakhir untuk kemenangan Persipura dengan skor 3-1 itu, Boaz mencetak gol ketiga.

Seusai mencetak gol, Boaz terlihat mengangkat tangannya ke arah tribune timur penonton. Hal ini sempat mengundang kemarahan dari Suporter PSIS yang menempati tribun timur Stadion Mochamad Soebroto.

Pelatih Persipura, Luciano Leandro, tidak sependapat dengan penilaian bahwa Boaz telah melakukan provokasi. Pelatih asal Brasil itu mengatakan bahwa dia selalu memberikan arahan kepada para pemainnya mengenai sportivitas.

"Kami selalu tekankan kepada pemain untuk lebih tenang dan menjunjung tinggi fair play. Sebab Piala Presiden 2019 merupakan ajang pramusim yang baik untuk melihat kinerja tim sebelum kompetisi resmi dimulai," tutur Luciano.

Boaz pun mampu bersikap dewasa setelah selebrasinya memicu kontroversi. Seusai laga, dia menuju tribune penonton untuk meminta maaf dan menyalami sejumlah pentolan suporter. Sebuah sikap berani dan mengakui sebuah kesalahan.

 

Selain Boaz, Bek Arema FC Hamka Hamzah menunjukkan aksi Fair Play saat bertanding. Sikap Hamka ini layak ditiru oleh pemain lain bila terlibat kasus serupa.

Pada pertandingan perempat final Piala Presiden 2019 di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Minggu (30/3/2019), Hamka sebagai kapten tim, memerintahkan kepada Aremania untuk tidak bernyanyi mengejek kelompok suporter lain.

Nyanyian berlirik ujaran kebencian yang dilakukan Aremania terdengar pada jeda antarbabak perempat final Piala Presiden 2019. Nyanyian tersebut kembali terdengar saat babak kedua berlangsung.

Saat bola berada di area pertahanan Bhayangkara FC, Hamka melihat ke arah tribune selatan stadion yang dipenuhi Aremania. Hamka kemudian memberikan kode agar Aremania menghentikan nyanyian seperti itu.

“Saya memang meminta mereka berhenti karena jangan ada lagi saling mengejek di dunia suporter. Walau Aremania adalah suporter tim saya, tapi kalau memang tidak bagus harus kami tegur," kata Hamka. 

"Hal-hal seperti itu mungkin saja menjadi alasan rezeki kami menjadi jauh. Jadi saya berikan kode, dan alhamdullilah teman-teman Aremania melihat dan berhenti kemudian memberikan semangat lagi untuk kami,” tuturnya menambahkan.

Hamka mengaku selalu mengedukasi suporter agar bersikap santun. Dia menilai sudah saatnya permusuhan antara suporter diakhiri pada saat sepak bola Indonesia sedang berjalan ke arah yang lebih baik.

"Jadi mengapa suporter tidak ikut lebih baik dan akhirnya bisa ikut membawa prestasi untuk tim nasional,” ujar Hamka Hamzah.

Semangat damai Bonek dan Aremania

Soal perdamaian antar suporter juga menjadi cita-cita Jokowi. Hal tersebut terungkap dalam pesan Jokowi yang dititipkan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, saat pembukaan Piala Presiden 2019 pada 2 Maret 2019.

"(Kalau) Suporter ribut terus masalah sebenarnya (sepak bola Indonesia) tidak kelihatan. Mari bersama-sama kompak untuk majukan sepak bola Indonesia," ujarnya.

Semangat perdamaian diyakini akan semakin terasa pada pertandingan final Persebaya vs Arema FC. Persebaya akan terlebih dulu menjamu Arema FC pada final pertama yang digelar di Stadion Gelora Bung Tomo, Selasa (9/4/2019).

Bonek yang terkenal dengan jargon Wani atau berani menyuarakan keberanian mereka untuk tidak menyanyikan lagu-lagu rasial atau bernada hujatan kepada Arema FC maupun pendukungnya, Aremania.

Laga Persebaya vs Arema memang terlibat rivalitas panjang antara kedua kubu suporter.

“Bonek sudah dewasa, sudah berubah dan kami tidak akan rasis terhadap siapapun,” ujar dirigen tribun kidul, Tessy.

"Kami akan jawab dengan kreativitas. Lihat saja nanti bagaimana seluruh tribun mengeluarkan yel-yel untuk mendukung Persebaya, tim yang kami cintai dan banggakan,” ucapnya menambahkan.

Kedewasaan Bonek juga menjadi harapan dari pelatih Persebaya, Djadjang Nurdjaman.

"Kalau dua tim yang di lapangan tentu paham dengan sportivitas dan fairplay. Tetapi, untuk suporter, ini adalah ujian kedewasaan apakah mereka sudah berubah ataukah masih tetap seperti yang dulu," ujar pelatih Persebaya Surabaya, Djadjang Nurdjaman.

"Namun, saya pribadi berharap kedua suporter bisa menyudahi perseteruan tersebut," ucap Djadjang menambahkan.

Kedua suporter memang sudah saatnya rukun, sebagaimana yang disampaikan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indra Parawansa.

"Bonek adan Aremania sama-sama asal Jawa Timur. Mari jaga kerukunan bersama," kata Khofifah.

"Rek 'dijoho yo', naik Bonek salam satu nyali jadi guyub rukun. Pun demikian dengan Arema salah satu jiwa guyub rukun, suasana ini harus dijaga," tuturnya.

Bonek diharapkan bisa terus bersikap positif. Beberapa waktu lalu, publik sepak bola Indonesia dibuat takjub dengan Hujan Boneka yang dibuat Bonek. 

Bonek menyumbangkan boneka sebagai bentuk support kepada para penderita kanker. Upaya tersebut dilakukan demi bisa membuat para penderita kanker tetap semangat. Paling tidak hal itu menambah spirit bagi mereka untuk terus berjuang melawan penyakit yang diderita.

Aremania juga dituntut mengimplementasikan jargonya, salam satu jiwa, dalam pertandingan nanti.

Pada 16 Juli 2014 acara kegiatan buka bersama Arema bersama anak yatim, Ustad Nurul Yakin pernah berkata salam satu jiwa adalah sebuah elemen untuk menyatukan warga masyarakat Malang Raya. Kesatuan itu berasal dari satunya jiwa.

Dengan persatuan, hal-hal yang memecah persatuan seperti provokasi akan mudah dihilangkan.

Aremania memang harus bisa berdamai. Perkataan Hamka ini perlu diingat lagi. "Hal-hal seperti itu mungkin saja menjadi alasan rezeki kami menjadi jauh," tutur Hamka.

Rezeki yang dimaksud Hamka tentunya adalah gelar juara. Arema memang sudah lama tak merasakan juara liga. Boleh jadi setelah sukses di Piala Presiden 2019, Arema bisa mengangkat trofi Liga seperti musim 2009-2010.

Karena itu, mari mendukung tim masing-masing dengan cara positif sehingga hasilnya juga positif.

Sejatinya, sebagaimana yang disampaikan oleh Ida Bagus Lasem, pemahat trofi Piala Presiden, bahwa bola itu tidak pernah merasakan sakit. Justru memberikan kesenangan bagi semua pemain dan masyarakat olahraga yang menikmatinya.

Dari Jatim untuk prestasi sepak bola Indonesia

Siapa pun yang berhasil menjuarai Piala Presiden 2019 menjadi titik kebangkitan sepak bola Jawa Timur.

Bahkan pada babak perempat final Piala Presiden 2019 didominasi klub asal Jawa Timur seperti Persebaya, Persela Lamongan, Madura United, dan Arema FC.

Bonek Mania memenuhi tribune Stadion Gelora Bung Tomo.persebaya.id Bonek Mania memenuhi tribune Stadion Gelora Bung Tomo.

Karena itu, Piala Presiden 2019 jadi tonggak kebangkitan kembali Jawa Timur sebagai kekuatan dan barometer utama dalam sepak bola nasional.

Media Officer Arema FC, Sudarmaji, menilai pertarungan Persebaya Surabaya melawan Arema FC di Piala Presiden 2019 memiliki satu sisi positif.

"Pertemuan klasik Arema FC dan Persebaya jangan hanya dilihat dari sisi bahayanya, tetapi dari sisi prestasi kedua tim," ucap Sudarmaji dikutip BolaSport.com dari situs resmi Arema FC, Minggu (7/4/2019).

"Mari jadikan momentum bahwa Jawa Timur adalah barometer sepak bola Indonesia," ujar Sudarmaji menambahkan.

Jawa Timur memang provinsinya sepak bola. Jatim selalu menjadi provinsi dengan kesebelasan terbanyak di setiap gelaran divisi teratas Liga Indonesia. 

Misalnya Liga 1 2018, ada Persela Lamongan, Persebaya Surabaya, Arema FC, dan Madura United.

Ada juga klub Jatim lain seperti Persegres Gresik United, Persik (Kediri), Persekabpas (Pasuruan), Deltras (Sidoarjo), Persepam (Madura), dan Persema (Malang). Bahkan kesebelasan-kesebelasan juara yang tak lagi eksis seperti Petrokimia Putra (Gresik) dan Niac Mitra (Surabaya, sebelum sekarang menjadi Mitra Kukar) juga berasal dari Jawa Timur.
 
Jatim tidak hanya unggul dalam jumlah tim saja tetapi mereka berprestasi. Pada era Liga Indonesia, Persebaya Surabaya menjadi kesebelasan tersukses dengan dua kali juara plus sekali runner-up.
 
Setelah itu ada Persik Kediri dengan dua gelar juara, Arema (Indonesia) dengan sekali juara plus dua runner-up, dan Petrokimia Putra lewat sekali juara dan sekali runner-up. Sudah ada empat kesebelasan Jawa Timur yang berhasil menjadi juara Liga Indonesia

Karena itu, Keberhasilan Persebaya dan Arema FC lolos ke final Piala Presiden 2019 kali ini adalah buah kesungguhan. Sebuah pesan yang tertulis di dalam lambang Jawa Timur, Jer Basuki Mawa Beya, yang memiliki makna keberhasilan membutuhkan kesungguhan.

Dari Jawa Timur, semoga roda kebangkitan sepak bola nasional terus bergerak ke provinsi lain sehingga menyatukan kekuatan yang melahirkan prestasi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com