KOMPAS.com - Performa panas timnas Brasil setelah Piala Dunia 2018 mulai meredup. Beberapa pertanyaan mulai meruak soal pemilihan pemain pelatih Samba, Tite.
Namun, salah satu pemain yang mendapat raport hijau adalah gelandang Everton, Richarlison.
Pada Sabtu (23/3/2019), timnas Brasil yang duduk di peringkat ketiga dunia ditahan imbang 1-1 oleh Panama yang menempati peringkat ke-76.
Timnas Brasil harus puas dengan skor 1-1 walau menguasai 72 persen penguasaan bola dan lawan hanya mencatatkan satu tembakan sepanjang 90 menit duel di Porto, Portugal, tersebut.
Pertandingan ini memutus enam kemenangan beruntun timnas Brasil setelah Piala Dunia 2018.
Hasil tersebut historis bagi Panama yang berhasil menghindar dari kekalahan kontra Brasil untuk kali pertamanya sepanjang sejarah.
Tim Samba juga terlihat mulai kendur dengan laga kontra Panama menjadi keempat kalinya secara beruntun mereka hanya berhasil mencetak satu gol per pertandingan.
Baca Juga: Argentina Kalah dari Venezuela, Lionel Messi Tertimpa Cedera
Sebelum ini, Brasil hanya menorehkan kemenangan dengan sebiji gol ke gawang masing-masing lawan saat menghadapi Argentina, Uruguay, dan Kamerun.
Sebenarnya, performa Brasil dimaklumi karena Tite memakai serangkaian laga persahabatan tadi untuk mengintegrasikan beberapa pemain muda ke Tim Samba.
Sang pelatih ingin memastikan skemanya bekerja optimal demi memaksimalkan talenta-talenta pemain muda dalam diri Richarlison, Arthur Melo, dan Lucas Paqueta.
Tujuan akhir Tite adalah agar timnas Brasil siap untuk menghadapi Copa America 2019 yang akan bergulir pada 14 Juni 2019.
Laga kontra Panama dan partai berikutnya melawan Republik Ceska pada Selasa (26/3/2019) adalah yang terakhir bagi Brasil sebelum ke turnamen tersebut.
Walau ditahan imbang Panama, Tite tampak menemukan beberapa pelajaran berharga dari laga ini.
Baca Juga: Cristiano Ronaldo Dibikin Frustrasi Saat Comeback Bersama Timnas Portugal
Pertama, ia (setidaknya untuk sekarang) menemukan solusi untuk pemain di posisi nomor 10, yakni Lucas Paqueta.
Pemain asal AC Milan itu mencetak gol pertamanya bagi timnas senior Brasil kontra Panama.
Oglobo mengatakan bahwa Tite berkutat untuk menemukan pemain di posisi gelandang sentral yang dapat maju mendukung serangan selama setahun terakhir.
Media asal Brasil itu mengungkapkan bahwa pemain di posisi tersebut bukan Philippe Coutinho.
Tite ingin gelandang serang Barcelona itu bermain di sektor sayap di mana ia dianggap bisa lebih bebas berkreasi.
Bahkan, media sama memberikan Paqueta nilai 6,5 kontra Panama, salah satu tertinggi dari para pemain yang turun.
"Kerja samanya dengan Coutinho bagus. Ia bisa membaca permainan dengan apik dan memberikan kehadiran di kotak penalti lawan," tulis Oglobo.
Satu lagi pemain yang mendapat nilai istimewa adalah Richarlison dengan 7,0.
"Ia berulang kali berusaha menembus pertahanan Panama dengan kekuatan dan semangat juangnya walau mungkin bisa lebih menusuk ruang yang dibuka oleh pergerakan Firmino," tulis Oglobo.
Walau masih berusia 21 tahun, Richarlison sudah diplot sebagai starter untuk Copa America.
Ia mulai tak tergantikan bersama timnas Brasil.
Penyerang asal Everton tersebut merupakan top scorer Brasil setelah Piala Dunia dengan 3 gol.
Richarlison mencetak dua gol pada kemenangan besar Brasil terakhir, yakni 5-0 kontra El Salvador pada September 2018.
Baca juga: Kebangkitan Timnas Belanda dan Evolusi Rivalitas Oranje dengan Jerman
Ia juga menjadi pencetak gol terakhir Tim Samba tahun 2018 saat membobol gawang Kamerun pada laga persahabatan, November 2018.
Walau jumlah golnya pada periode waktu tersebut sama dengan Neymar, ketiga gol bintang asal Paris Saint-Germain itu datang dari titik penalti.
Top Scorer Brasil seusai Piala Dunia:
Seusai laga, Tite pun mengakui bahwa integrasi para pemain muda di posisi gelandang-penyerang dalam diri Richarlison, Paqueta, dan juga Arthur Melo butuh waktu jika timnas Brasil ingin membenahi masalah kreativitas mereka.
Brasil menurunkan tim dengan rataan umur 25,3 tahun saat bersua Panama.
"Kami mencapai tahap di mana kami ingin memberikan kesempatan kepada atlet-atlet muda berbakat," tutur Tite kepada Terra.
"Performa ini normal. Kami ingin mengambil keputusan paling tepat saat Copa America bergulir. Ekspektasi saya adalah tim ini harus lebih kreatif," lanjutnya.
Baca juga: Comeback ke Timnas Argentina, Lionel Messi Bisa Berduet dengan Fansnya
Tite juga berbicara mengenai performa Philippe Coutinho yang tak bisa berbuat banyak kendati diturunkan selama 90 menit kontra Panama.
Coutinho hanya sekali mencetak gol (kontra El Salvador) dari enam laga memperkuat timnas Brasil seusai Piala Dunia 2018.
Akan tetapi, Tite membela penampilan pemain yang dirumorkan bakal dilepas Barcelona pada akhir musim tersebut.
"Coutinho menciptakan standar yang sangat tinggi dan ia kini menjadi korban dari ekspektasi tersebut," ujarnya.
"Kami tahu apa yang bisa ia lakukan, kualitas dan kedewasaannya tinggi. Ia adalah pemain yang bisa diandalkan."
Coutinho pun menghadapi masa depan yang jauh dari pasti di level klub setelah ia bukan lagi nama pertama di line up Barcelona.
Bahkan, agen sang pemain, Kia Joorabchian dan Giuliano Bertolucci, dikabarkan sudah menawarkan sang pemain ke beberapa klub Liga Inggris karena ia kunjung tak mendapat tempat di tim utama Barca.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.