Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Klopp dan Guardiola di Balik Persaingan Liverpool Vs Man City

Kompas.com - 21/03/2019, 07:00 WIB
M. Hafidz Imaduddin,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber

KOMPAS.com - Liga Inggris telah memasuki fase terakhir kompetisi dan kini hanya tinggal menyisakan delapan laga lagi.

Hingga pekan ke-31, Liverpool dan Manchester City menjadi dua tim terkuat dalam persaingan gelar juara.

Liverpool dengan koleksi 76 poin kini memimpin klasemen dan unggul dua angka atas Man City yang baru bermain 30 kali.

Baca juga: Klasemen Liga Inggris, Liverpool Unggul 2 Angka atas Manchester City

Melihat ketatnya persaingan ini, maka semua mata akan tertuju kepada dua sosok pelatih, yakni Juergen Klopp milik Liverpool dan Pep Guardiola bersama Man City.

Menurut Hendrick Buchheister dari koran Jerman, Die Zeit, Klopp dan Guardiola memiliki karakter dan sifat yang berbeda.

Klopp dipandang Hendrick sebagai seorang ideolog, sedangkan Guardiola adalah ahli strategi. Hal itu tecermin dari cara Klopp dan Guardiola melatih.

Klopp dan Ideologi yang Sejalan dengan Liverpool

Bagi Klopp, sepak bola adalah ideologi. Karakter itu membuat Klopp sangat cocok dengan Liverpool yang merupakan tim dengan tradisi kuat di Inggris.

Jumlah 18 gelar Liga Inggris dan lima trofi Liga Champions adalah beberapa faktor yang membuat nama Liverpool disegani di negeri sendiri maupun Eropa.

Angkernya Stadion Anfield dan himne You'll Never Walk Alone dari para fans menjadi aspek nonteknis yang juga melambungkan Liverpool.

Baca juga: Juergen Klopp Ingin Persembahkan Gelar Juara untuk Rakyat Liverpool

Namun, kejayaan itu diraih Liverpool di masa lalu. Liverpool seperti hidup dengan sejarah sebagai pakaian untuk menutupi kesulitan mengulang kejayaan di tubuhnya. 

Publik Liverpool kemudian kembali bergairah menyambut sosok Juergen Klopp pada akhir  2015. Klopp langsung membuat banyak gebrakan yang menunjukkan karakter sang pelatih sebagaimana disebut Hendrick adalah seorang ideolog.

Salah satu gebrakan Klopp yang mungkin paling diingat adalah terkait plat "This is Anfiled" di lorong stadion. Seperti diketahui, plat itu menjadi ikon Stadion Anfield dengan filosofi kuat baik untuk Liverpool maupun tim lawan.

Bagi Liverpool, para pemain terbiasa menyentuh plat itu sebelum bertanding untuk menambah rasa percaya untuk bertanding. Bagi lawan, plat itu menjadi tanda dan peringatan bahwa pertandingan tidak akan mudah karena mereka bermain di Stadion Anfield.

Saat kali pertama datang, Klopp langsung mengubah kebiasaan para pemain Liverpool yang sudah ada sejak lama. Klopp melarang para pemainnya menyentuh plat tulisan "This Is Anfield" di lorong stadion saat hendak keluar memasuki lapangan.

Menurut Klopp, plat itu adalah tanda kejayaan Liverpool yang punya magi tinggi sehingga harus sangat dihormati.

Klopp menilai hanya pemain yang sudah memberi gelar juara untuk Liverpool yang pantas menyentuh plat "This is Anfield".

Pelatih Liverpool, Juergen Klopp, membalas aplaus penonton di Stadion Anfield seusai timnya menang telak atas Watford pada laga Premier League, Sabtu (17/3/2018).AFP/LINDSEY PARNABY Pelatih Liverpool, Juergen Klopp, membalas aplaus penonton di Stadion Anfield seusai timnya menang telak atas Watford pada laga Premier League, Sabtu (17/3/2018).

Dari sisi teknis, Klopp terkenal dengan strategi gegenpressing. Strategi itu secara garis besar mengandalkan tenaga pemain untuk terus berlari merebut bola dengan cepat dan mencetak gol dalam waktu singkat.

Taktik ini dinamai Klopp dengan sebutan sepak bola Heavy Metal yang garang dan bertenaga. Karakter dan strategi ini membuat Klopp langsung mendapat tempat di hati para pendukung Liverpool.

Baca juga: INFOGRAFIK: Rekor Juergen Klopp bersama Liverpool di Anfield..

Sama seperti alasan melarang pemain menyentuh plat "This is Anfield", Klopp tentunya ingin menjadi juara agar romansa yang sudah terbangun dengan Liverpool tidak berakhir sia-sia.

Guardiola, Sosok Perfeksionis 

Berbeda dari Klopp, Guardiola adalah ahli strategi. Guardiola adalah sosok pelatih yang ingin timnya bermain sangat sempurna yakni selalu menyerang siapa pun lawannya.

Tiki taka atau perpindahan bola dari kaki ke kaki menjadi ciri khas sepak bola ala Guardiola.

Pelatih asal Spanyol itu ingin semua pemain di atas lapangan terlibat saat menyerang, termasuk kiper.

Baca juga: Guardiola: Man City Gagal Juara Liga Champions Bukan Bencana!

Alhasil, para pemain yang pernah diasuh Guardiola dianggap memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Di awal masa jabatannya, Guardiola langsung mengeluarkan banyak uang untuk belanja pemain. Total 12 pemain didatangkan termasuk dua kiper top di dua musim pertama.

Tangan dingin Guardiola membuat ikon dan kapten kedua Man City, Joe Hart, harus terbuang dari skuad. Menurut Guardiola, Joe Hart tidak punya kemampuan umpan yang bagus untuk mendukung skema permainannya.

Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, merayakan kemenangan timnya atas Chelsea dalam laga Community Shield di Stadion Wembley, London, Inggris pada 5 Agustus 2018.
GLYN KIRK/AFP Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, merayakan kemenangan timnya atas Chelsea dalam laga Community Shield di Stadion Wembley, London, Inggris pada 5 Agustus 2018.

Keputusan Guardiola itu sempat dikecam publik Inggris karena Joe Hart adalah kiper utama timnas Inggris. Namun, Guardiola seolah tidak peduli dengan kecaman dari luar. Baginya, selama pemain tidak punya kemampuan yang dinginkan pasti tidak akan mendapat tempat di tim.

Hal serupa juga pernah dilakukan Guardiola saat membesut Barcelona. Di musim pertamanya, Guardiola berani menjual pemain bintang sekaliber Ronaldinho. 

Perfeksionis adalah kata yang tepat menggambarkan bagaimana cara Guardiola melatih.

Hal itu juga tercermin dalam film dokumenter berjudul "All or Nothing". Film itu menceritakan perjalanan penuh Man City pada musim 2017-2018.

Baca juga: Kompany Prediksi Liverpool Menangi Sisa Laga Liga Inggris

Guardiola menjadi sosok yang paling sering mendapat sorot kamera di film tersebut. Satu adegan yang paling sering muncul adalah ketika Guardiola memberi motivasi kepada pemain sebelum pertandingan atau saat jeda.

Entah saat Man City tertinggal atau unggul, Guardiola selalu berapi-api dalam berbicara. Terdapat empat kalimat yang sangat sering diucapkan Guardiola kepada pemainnya saat pertandingan.

Empat kalimat itu adalah "Kita harus menang, kita harus mencetak gol, kita harus bermain menunjukkan keberanian, dan kita harus lebih banyak menguasai bola".

Keempat kalimat itu sudah cukup menggambarkan bagaimana Guardiola yang selalu ingin timnya bermain sangat sempurna dan tidak mengubah filosofi dalam kondisi apa pun.

Hasilnya, Guardiola membawa Man City juara Liga Inggris musim lalu dengan berbagai rekor, seperti selisih poin terlebar, jumlah gol, dan total kemenangan di Liga Inggris.

Delapan Laga Sisa Penentu Gelar Juara

Di musim ini, baik Klopp dan Guardiola sudah berulang kali saling melontarkan pujian. Klopp memuji Guardiola sebagai pelatih terbaik di dunia.

Sementara itu, Guardiola menganggap Liverpool asuhan Klopp adalah tim paling komplet di Eropa, bahkan dunia.

Entah kebetulan atau tidak, setelah Klopp dan Guardiola melontarkan pujian, kedua tim langsung menelan kekalahan di Liga Inggris.

Baca juga: De Bruyne: Saya adalah Penggemar Liverpool sejak Kecil

Man City kalah dua kali beruntun pada pekan ke-18 dan ke-19 setelah Klopp memuji Guardiola akhir Desember 2018 lalu.

Di sisi lain, Guardiola membawa Man City mengalahkan Liverpool pada pekan ke-21 awal Januari 2019.

Sapuan John Stones atas tendangan Sadio Mane masih membentur Ederson Moraes pada pertandingan Manchester City vs Liverpool di Stadion Etihad dalam lanjutan Liga Inggris, 3 Januari 2019. AFP/OLI SCARFF Sapuan John Stones atas tendangan Sadio Mane masih membentur Ederson Moraes pada pertandingan Manchester City vs Liverpool di Stadion Etihad dalam lanjutan Liga Inggris, 3 Januari 2019.

Kemenangan Man City itu diraih tiga hari setelah Guardiola menyebut Liverpool tim terbaik dunia.

Hasil laga di Stadion Etihad itu menjadi kekalahan pertama dan satu-satunya yang didapat Liverpool di Liga Inggris musim ini.

Jika niat Guardiola dan Klopp memuji lawannya sebagai serangan psikologis, maka keduanya mendapatkan hasil yang diinginkan.

Baca juga: Mohamed Salah Tumpul, Sadio Mane Pikul Beban Liverpool

Di sisa delapan laga musim ini, Liverpool dan Man City sama-sama akan berhadapan dengan dua tim bepredikat enam besar musim lalu.

Liverpool masih akan melawan Tottenham Hotspur (pekan ke-32) dan Chelsea (34). Adapun Man City masih harus berhadapan dengan Manchester United (laga tunda pekan ke-31) dan Spurs (35').

Keempat laga ini tentunya akan sangat menentukan peta persaingan juara untuk Liverpool dan Man City.

Persaingan ini jauh berbeda dari musim lalu, di mana Man City sangat mendominasi. Man City sudah menyegel gelar juara pada pekan ke-34 dan mengakhiri musim dengan keunggulan 19 poin.

Baca juga: Lallana Yakin Persaingan Liverpool dan Man City Berlangsung hingga Laga Terakhir

Menilik sejarah Premier League, kedua tim juga pernah bersaing ketat pada musim 2013-2014. Saat itu, Liverpool harus rela memberikan gelar juara untuk Man City karena pada tiga laga penutup hanya bisa meraih empat poin.

Pep Guardiola tampak berbincang dengan Naby Keita seusai laga Liverpool vs Manchester City di Stadion Anfield, 7 Oktober 2018. PAUL ELLIS Pep Guardiola tampak berbincang dengan Naby Keita seusai laga Liverpool vs Manchester City di Stadion Anfield, 7 Oktober 2018.

Para pendukung Liverpool tentunya tidak akan pernah melupakan kejadian memilukan itu. Apa lagi, mantan kapten dan Legenda Liverpool, Steven Gerrard, turut menjadi biang kegagalan.

Insiden Gerrard terpeleset saat Liverpool kalah 0-2 dari Chelsea pada pekan ke-36 hingga saat ini masih sering dibicarakan. Pada akhirnya, Man City menjadi juara dengan keunggulan dua angka atas Liverpool.

Baca juga: Guardiola Takkan Menyesal Jika Liverpool Juara Liga Inggris Musim Ini

Di musim ini, baik Liverpool dan Man City punya ambisi berbeda untuk juara Liga Inggris. Liverpool tentunya ingin mengakhiri puasa juara sejak 1990 dan meraih trofi Premier League pertamanya.

Gelar Liga Inggris ke-19 yang diraih pada 2019 untuk mengakhiri puasa selama 19 tahun terlihat sangat spesial untuk Liverpool.

Di sisi lain, Man City yang kerap dianggap tim baru di Inggris juga tidak mau kehilangan momen.

Menjadi tim Inggris pertama yang mampu meraih quadruple alias empat gelar dalam semusim menjadi ambisi Guardiola dan Man City.

Manajer Liverpool, Juergen Klopp, menyelamati para pemain Chelsea yang menang 2-1 atas timnya pada pertandingan babak ketiga Piala Liga Inggris di Stadion Anfield, 26 September 2018. AFP/PAUL ELLIS Manajer Liverpool, Juergen Klopp, menyelamati para pemain Chelsea yang menang 2-1 atas timnya pada pertandingan babak ketiga Piala Liga Inggris di Stadion Anfield, 26 September 2018.

Sejauh ini, Man City sudah meraih Carabao Cup, melaju ke semifinal Piala FA, dan perempat final Liga Champions.

Baca juga: Mo Salah Korbankan Mimpi di Liga Champions demi Juarai Liga Inggris

Melihat kedalaman skuad saat ini, Man City di atas kertas mampu menciptakan sejarah tersebut.

Lantas siapa yang menjadi pemenang antara ideologi Juergen Klopp atau strategi Pep Guardiola? Semua itu akan terjawab pada Mei mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kabar Baik dan Buruk Persib Jelang Lawan Persebaya

Kabar Baik dan Buruk Persib Jelang Lawan Persebaya

Liga Indonesia
Cerita Unik di Balik Kemenangan PSM atas PSIS

Cerita Unik di Balik Kemenangan PSM atas PSIS

Liga Indonesia
Persib Lolos Championship Series, Manfaatkan Hasil Persija Vs Persis

Persib Lolos Championship Series, Manfaatkan Hasil Persija Vs Persis

Liga Indonesia
Persija Menang atas Persis di Jakarta, Jakmania Bicara Identitas dan Pembenahan

Persija Menang atas Persis di Jakarta, Jakmania Bicara Identitas dan Pembenahan

Liga Indonesia
Empat Tim di Semifinal Liga Champions: Real Madrid Vs Bayern, PSG Vs Dortmund

Empat Tim di Semifinal Liga Champions: Real Madrid Vs Bayern, PSG Vs Dortmund

Liga Champions
Rahasia Kiper Madrid Gagalkan Tendangan Penalti Bernardo Silva

Rahasia Kiper Madrid Gagalkan Tendangan Penalti Bernardo Silva

Liga Champions
Hasil Liga Champions: Man City Vs Real Madrid 1-1, Bayern 1-0 Arsenal

Hasil Liga Champions: Man City Vs Real Madrid 1-1, Bayern 1-0 Arsenal

Liga Champions
Gagal ke Semifinal Liga Champions, Arsenal Dinilai Tetap Hebat

Gagal ke Semifinal Liga Champions, Arsenal Dinilai Tetap Hebat

Liga Champions
Hasil Man City vs Real Madrid 1-1 (Pen. 3-4): El Real Lolos ke Semifinal

Hasil Man City vs Real Madrid 1-1 (Pen. 3-4): El Real Lolos ke Semifinal

Liga Champions
FT Man City vs Real Madrid 1-1 (agg. 4-4): De Bruyne Samakan Kedudukan, Laga Lanjut Extra Time

FT Man City vs Real Madrid 1-1 (agg. 4-4): De Bruyne Samakan Kedudukan, Laga Lanjut Extra Time

Liga Champions
Hasil Bayern Vs Arsenal, The Gunners Tersingkir karena Tandukan Maut

Hasil Bayern Vs Arsenal, The Gunners Tersingkir karena Tandukan Maut

Liga Champions
Jadwal Jeka Saragih di UFC, Hadapi Fighter Veteran Westin Wilson Juni Nanti

Jadwal Jeka Saragih di UFC, Hadapi Fighter Veteran Westin Wilson Juni Nanti

Sports
Barcelona Mengarah ke Nama Rafa Marquez Sebagai Pengganti Xavi

Barcelona Mengarah ke Nama Rafa Marquez Sebagai Pengganti Xavi

Liga Spanyol
Hasil dan Klasemen Liga 1: Persija Menang, Madura United Libas Borneo FC

Hasil dan Klasemen Liga 1: Persija Menang, Madura United Libas Borneo FC

Liga Indonesia
Shin Tae-yong Bicara Moril Pasukan Timnas U23 Setelah Laga Kontroversial Kontra Qatar

Shin Tae-yong Bicara Moril Pasukan Timnas U23 Setelah Laga Kontroversial Kontra Qatar

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com