Dia aktif sebagai pengurus PB PASI. Selama jadi pengurus organisasi, dia pun aktif memberikan kritik membangun dan motivasi untuk para pengurus lain.
Baca juga: Sejahterakan Atlet, Pesan Terakhir Mantan Sprinter Purnomo Yudhi
Untuk para atlet, dia juga selalu menyempatkan diri datang melihat perkembangan latihan hingga menyaksikan pertandingan. Bahkan, itu dilakukannya saat sudah sakit.
"Purnomo benar-benar jadi contoh nyata dunia olahraga Indonesia. Dia mencurahkan dirinya sepenuh hati untuk perkembangan dunia olahraga nasional, terutama atletik. Sebagai atlet maupun pengurus organisasi, dia menjadi teladan nyata untuk kita semua," ujar Mustara.
Totalitas Purnomo juga diungkapkan putra sulungnya, Gian Asiara (30).
"Saat menahan sakit, papa tetap bicara tentang olahraga Indonesia," kenangnya di rumah duka, Perumahan Discovery Lumina, Tangerang Selatan.
Penuh perhatian
Di tengah sakit, perhatiannya terhadap perkembangan olahraga Indonesia tak padam. Purnomo selalu bercerita tentang perlunya menyejahterakan olahraga Indonesia. Hal itu mencakup tentang perhatian pemerintah terhadap siapa pun yang telah mengharumkan nama bangsa.
"Jangan bicara soal memajukan olahraga Indonesia karena olahraga Indonesia tidak pernah mundur, tetapi sejahterakanlah olahraga Indonesia," demikian petuah sang ayah, pada pengujung masa hidupnya.
Di sisi lain, peraih emas nomor 100 meter kejuaraan ASEAN II di Kuala Lumpur, Malaysia, 1982 ini, tak hentinya memberi motivasi kepada orang lain.
"Papa selalu menceritakan kisah hidupnya kepada siapa pun. Ia pernah pergi ke sekolah dengan tidak pakai sepatu. Berkat kegigihan, sekarang bisa menyekolahkan anak-anaknya," kata Gian.
Baca juga: Papa Purnomo Sosok yang Kuat, Memotivasi Penderita Kanker seperti Dia
Emma Tahapary, mantan atlet atletik yang juga hadir ke rumah duka, tak bisa menahan air matanya ketika bercerita tentang rekannya yang pernah sesama di pelatnas itu. Betapa tidak, Purnomo adalah penyemangat baginya.
Di kejuaraan atletik ASEAN 1984 di Manila, Filipina, Purnomo tak hentinya memberi semangat kepada Emma. Hal itu manjur. Emma berhasil mencatatkan waktu 54,2 detik di nomor lari 400 meter.
"Om Pur menunggu saya di finis, dia memeluk dan merangkul saya. Kenangan manis itu tak bisa saya lupakan sampai sekarang," kata Emma.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan, kegigihan Purnomo harus menjadi contoh bagi sprinter muda Indonesia. Kepada Imam, istri Purnomo bercerita bahwa suaminya, manusia tercepat di era 1980-an, tidak pernah menyerah terhadap penyakitnya. Semangatnya untuk sembuh tetap tinggi.
"Purnomo adalah legenda dan sekarang beliau sudah meninggalkan kita, dan kita akan melanjutkan perjuangannya, yaitu menjadi pemuncak di Olimpiade," kata Imam. (Insan Alfajri)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.