Bagi PSSI memilih Simon bukan keputusan tiba-tiba. Ada pertimbangan bahwa ini pelatih yang memahami karakter sepak bola, catatan prestasi, secara kualifikasi memenuhi, dan ini sebagai bagian satu dari elemen suksesnya timnas.
Kami meyakini timnas senior bukan tim yang dipersiapkan melalui tc jangka panjang. Akhirnya elemen kompetisi tetap mendampingi bagian sukses dari timnas ini. Selebihnya lagi, PSSI mendukung seluruh tim yang akan dikomandoi Simon. Itu menyangkut masalah fasilitas, uji coba, dan lain-lain.
Karena itu, kami anggap Simon cocok. Kita tidak melihat apa yang dilakukan Vietnam atau negara lain. Bahwa ada fakta Vietnam berprestasi, ini bukan referensi kenapa enggak follow itu.
12. Kalau target PSSI juara SEA Games, kenapa bukan Simon yang latih timnas U-22?
Kami punya pengalaman saat timnas senior dan U-23 ditangani satu pelatih. Namun, seperti kehilangan rencana lain untuk menyiapkan tim karena basisnya anak-anak SEA Games dan Luis Milla.
Kami berkaca dengan itu. Setiap pelatih harus fokus ke salah satu timnas. Senior dan timnas U-23 sama-sama penting.
Lebih penting lagi Simon di Piala AFF 2020. Kami ingin sukses Piala AFF 2020 dipersiapkan jauh-jauh hari.
13. Bagaimana kelanjutan filanesia setelah Luis Milla tidak dipertahankan?
Filanesia lebih fokus ke grassroot and youth. Pelatih-pelatih muda dengan konsep sepak bola ala Indonesia. Ini adalah dokumen yang hidup dan dilakukan proses penyesuaian, koreksi, dan adaptasi. Kami memastikan filanesia tetap berjalan. Proses adaptasinya dan penyempurnaan terus berjalan di semua kelompok timnas.
13. Selama PSSI dipegang Edy Rahmayadi, berapa persen program PSSI berjalan?
Sebenarnya, Pak Edy atau saya tidak ada program yang dijalankan atas inisiatif tunggal dari seorang pemimpin. Ini adalah inisiatif kolektif yang diputuskan di kongres. Kita pada Januari 2018 telah merancang program jangka panjang.
Jadi Pak Edy atau saya harus mengikuti program yang dijalankan. Saya menganggap apa yang dilakukan pak Edy, semua confirm dengan apa yang kita rencanakan. Yang belum adalah menjawab harapan publik soal prestasi timnas Indonesia.
Pekerjaan saya menggambarkan sebagai pemain cadangan yang turun saat pemain sebelumnya diganti. Nah pekerjaan saya fokus mencetak gol.
Di luar ada pelatih, manajer, yang melihat kita. Pemain cadangan yang tidak pantas ditarik kapanpun kita harus ikut keputusan tersebut. Siapa pemain cadangan? Mereka adalah anggota, member, dan voter.
Ditambah ada yang di tribune penonton dan penonton layar kaca. Mereka mengawasi kami. Tapi saya tidak mungkin mengalokasikan energi saat main di tengah lapangan, saya bercakap-cakap dengan orang yang di luar. Fokus saya harus cetak gol. Itulah yang saya bayangkan pekerjaan terpenting.
14. Anda bilang target PSSI adalah membawa timnas prestasi. Salah satu masalah dari timnas adalah minimnya penyerang. Apa solusi dari Anda?
Secara umum bisa saya sampaikan tidak ada timnas yang kuat tanpa kompetisi yang kuat. Karena itu, mari gagasan ini dikompilasi dengan gagasan lain.
Saya menganggap sepak bola lumayan kompleks. Kita ada fase di mana ada jeda, ada momen untuk berdiskusi termasuk mengenai apa yang Anda sampaikan. Kami termasuk punya kewajiban mengelola gagasan sampai diputusakan adjusment yang baik seperti apa.
15. Sampai kapan Anda bertahan di PSSI?
Saya mengilustrasikan saat berada di tengah lapangan. Saya enggak boleh memikirkan apa yang dibicarakan ofisial. Saat mereka call Joko ke luar dari lapangan untuk diganti, saya punya kewajiban mengeksekusi inisiatif itu. Sepak bola ini harus take off dan landing dari landasan yang sama. Jadi inisiatif anggota adalah kedaulatan yang paripurna atas masa depan sepak bola ini. Tidak ada yang bisa menghalangi termasuk saya.