KOMPAS.com - CEO PT Liga Indonesia Baru (LIB), Risha Adi Wijaya, mengatakan bahwa kompetisi Liga 1 2019 dipastikan tidak akan menggunakan asisten wasit video atau video assistant referee (VAR).
Hal itu disebabkan teknologi VAR masih belum bisa dipergunakan di kompetisi kasta tertinggi persepakbolaan Indonesia.
Risha Adi Wijaya mengatakan, keputusan kompetisi Liga 1 2019 memakai VAR atau tidak itu bukan dari PT LIB, melainkan PSSI.
Pasalnya, PSSI yang mengurusi semua wasit, termasuk peralatannya sebelum ditugaskan memimpin sebuah pertandingan.
Risha Adi Wijaya mengatakan, secara teknis VAR bisa dipergunakan apabila semua laga di persepakbolaan Indonesia disiarkan secara langsung atau setidaknya memiliki rekaman pertandingan.
Menurut dia, VAR itu mengacu kepada teknologi kamera yang menentukan keputusan dari sang wasit tersebut.
Perlu diketahui bersama, VAR adalah asisten wasit sepak bola yang bertugas meninjau keputusan wasit kepala dengan melihat rekaman video instan.
VAR belum menjadi bagian dari Laws of the Game, tetapi penggunaannya telah diuji coba oleh International Football Association Board di beberapa turnamen.
Baca Juga: Ini Alasan Stefano Cugurra Gabung Bali United
"Kalau itu sudah dipenuhi, VAR baru bisa diterapkan, tetapi proses untuk menggunakan VAR secara teknis butuh waktu paling tidak satu tahun," kata Risha Adi Wijaya kepada BolaSport.com.
"Kenapa? Karena ada proses latihan lagi kepada wasit, kepada (petugas) kamera, dan tentu saja itu membutuhkan waktu," ucap Risha Adi Wijaya menambahkan.
Mantan Direktur Keuangan PT Persib Bandung Bermartabat itu cukup memahami bagaimana proses pemakaian VAR di kompetisi sepak bola dunia, termasuk Eropa.
Risha Adi Wijaya juga mengaku sempat berdiskusi dengan penyedia jasa VAR yang berasal dari Eropa dan mendapatkan lisensi FIFA.
Baca Juga: Rekap Transfer Persib Bandung - 8 Pemain Angkat Kaki dan Datangkan 5 Penggawa Baru
"Jadi, ini butuh waktu satu tahun untuk proses menggunakan VAR karena proses itu harus terbiasa dengan teknologi tersebut," ucapnya.
"Kedua kamera juga harus disesuaikan, tidak hanya mementingkan sisi komersial saja, tetapi ini memang tidak mudah," ucap Risha Adi Wijaya.
Risha Adi Wijaya juga mengungkapkan bahwa penyedia jasa VAR berlisensi FIFA itu sempat memberikan proposal satu tahun kepada PT LIB untuk proses pembiasaan dan pengajaran.
Pada proposal tersebut, tertulis setiap pertandingan harus memiliki minimal delapan kamera untuk menggunakan VAR.
Saat ini, PT LIB sudah memiliki delapan kamera di setiap pertandingan.
Kendati demikian, ada kesulitan yang akan dirasakan PT LIB bila harus menerapkan VAR di kompetisi sepak bola Indonesia.
"Kalau dari LIB kemampuan kami sudah ada delapan kamera, dari sana kami sudah siap, tetapi mohon maaf untuk daerah yang jauh itu kan sulit," ucapnya.
"Ada satu tempat di mana kami tidak bisa mengangkat peralatan itu untuk siaran televisi karena keterbatasan dari sisi transportasi," kata Risha Adi Wijaya.
Teknologi VAR rencananya tahun ini akan dilakukan di Thai League 2019 dan Vietnam League 2019.
Pada tahun depan, VAR juga akan dipergunakan pada kompetisi Malaysia Super League 2020. (M Hary Prasetya)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.