Schumacher dan Hakkinen saling beradu kecepatan sejak masih sama-sama balapan di ajang Formula 3 (F3).
Rivalitas ini berlanjut sampai mereka ada di kelas paling elite yakni F1.
"Pria yang paling saya hormati selama ini adalah Mika Hakkinen. Pertarungan yang luar biasa, tetapi relasi personal kami tetap stabil," kata Schumi.
3. Idola masa kecil Schumacher bukan pebalap
Schumacher tak menampik bahwa sosok mendiang Ayrton Senna (Brasil) mencuri perhatiannya saat masih membalap di level karting.
Selain Senna, juara F3000 tahun 1995 Vincenzo Sospiri (Italia) juga sempat dia kagumi.
Meski begitu, Schumi menegaskan bahwa idola masa kecilnya bukanlah pebalap melainkan pesepak bola yang nama keluarganya sama persis dengan nama keluarga Schumi.
"Pada awal karier di karting, saya melihat Ayrton Senna dan Vincenzo Sospiri yang sangat saya kagumi. Namun, idola sesungguhnya buat saya ialah Toni Schumacher karena dia adalah pesepak bola yang hebat," kata Schumi.
Toni Schumacher adalah eks penjaga gawang nomor satu Jerman yang memiliki sederet kontroversi dalam perjalanan kariernya.
4. Ragu dengan kemampuan menyetir
Bagi sebagian besar orang, Schumacher identik dengan arogansi. Namun, siapa sangka di balik pencitraan yang negatif itu, Schumi justru memiliki rasa tidak percaya diri terhadap kemampuan menyetirnya.
"Rekor adalah satu hal. Keraguan, saya pikir sangat penting untuk tidak terlalu percaya diri, untuk menjadi skeptis, untuk mencari pengembangan dan langkah selanjutnya," ucap Schumacher.
"Saya selalu merasa kurang cukup baik dan perlu memperbaiki diri. Itulah salah satu resep yang membuat saya menjadi seperti sekarang," kata dia lagi.
Baca juga: Pihak Keluarga Akhirnya Ungkap Kondisi Kesehatan Michael Schumacher
5. Mempelajari semua rival
Selain selalu memiliki keraguan, salah satu kunci sukses Schumacher di F1 ialah mempelajari semua rivalnya.