Untuk pertandingan-pertandingan yang rawan terjadi kekacauan, Rayana melanjutkan, para petugas keamanan sudah menyadari dan mempersiapkan sebelumnya.
"Kalau di sana, pengamanan menyadari bahwa kalau ada tontonan yang dianggapnya rawan terjadi suatu masalah, mereka mengamankan pertandingan dengan dua kali pengamanan," ujar dia.
Rayana mencontohkan sistem keamanan yang diterapkan Italia saat menjamu Inggris di sebuah laga internasional.
Petugas keamanan dari Italia mengadakan pertukaran informasi dengan kepolisian Inggris untuk mengetahui kultur pendukung sepak bola yang dikenal dengan sebutan hooligans itu.
Setelah mengetahui kebudayaan penonton Inggris yang gemar mabuk-mabukan, pihak Italia kemudian menyesuaikan diri dengan menerapkan kebijakan sesuai kondisi tertentu.
"Jadi apa yang dijaga di sana, melihat budaya suporter ini suka minum-minum, itu diberhentikan bar-bar atau restoran-restoran menjual minuman-minuman yang alkoholnya di atas persentase tertentu. Jadi tidak ada minuman keras," kata Rayana.
Penonton Inggris dipersilahkan datang ke Italia untuk menyaksikan pertandingan, karena ini adalah perhelatan internasional. Akan tetapi, mereka akan datang dalam keadaan sadar, tanpa pengaruh alkohol.
Di dalam negeri, Raya menuturkan, sepak bola masih cenderung menggunakan permainan fisik yang keras.
Permainan di lapangan yang seperti itu tentu akan meningkatkan adrenalin penonton yang terkenal memiliki fanatisme tinggi terhadap klubnya.
"Di sini lihat pemain gaprek-gaprekan (bermain keras), di situ sudah bangkit suporter, loncat untuk apa segala. Itu memacu juga adrenalin dari para suporter. Belum lagi kalau ada yel-yel yang provokatif," dia mencontohkan.
Baca juga: Orang Tua Suporter Persija yang Tewas Berharap Tak Ada Korban Lagi
Dia menilai, peristiwa kelam kemarin berakar pada sebuah rivalitas yang diwarnai dendam setelah muncul korban tewas.
Perseteruan ini berawal pada tewasnya tiga orang pendukung Persib Bandung, yang dikenal dengan sebutan Viking di Gelora Bung Karno, Jakarta pada 2012 silam.
Saat itu, tiga pendukung Persib Bandung yang tewas adalah Rangga Cipta Nugraha (22), Lazuardi (29), dan Dani Maulana (17).
Baz menyesali hadirnya dendam di antara pendukung Persija dan Persib Jakarta, apalagi kembali menghadirkan korban tewas.
Menurut dia, rivalitas klub dan suporter bisa saja tetap ada, namun tanpa harus disertai kekerasan, apalagi pembunuhan.
"Boleh saja bersaing, tetapi jangan sampai bentrok fisik. Artinya ya mereka itu sampai kapan pun akan tetap fanatik. Cuma fanatik itu beda dengan gila," ujar Baz.