Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spaso Ingin Jadi Legenda di Indonesia

Kompas.com - 11/07/2017, 15:17 WIB
Ferril Dennys

Penulis

Seperti apa kriteria klub yang Anda inginkan? 

Sebagai pemain profesional yang memiliki ambisi besar, tentu saja ingin klub yang punya ambisi juara. Pada 2015, saya juara Piala Presiden dengan Persib. Lalu, saya juara dengan Melaka pada 2016. Tentu saja ada keinginan untuk menjadi juara pada 2017.

Tim yang punya ambisi juara adalah nilai plus. Yang paling penting klub punya visi dan misi bagus. Jadi kita lihat saja apa tantangan yang ada di klub baru.

Boleh Anda ceritakan momen terbaik saat berkarier di klub Indonesia?

Pertama saya main di Bali Devata, lalu PSM Makassar, Mitra Kukar, Putera Samarinda, dan Persib. Saya bangga bisa bermain di semua klub itu. Saya memiliki suka dan duka.

Namun, yang paling spesial tentu saja juara Piala Presiden 2015 dengan Persib. Waktu itu, kompetisi berhenti. Tiga bulan tidak ada pertandingan. Pak Presiden dan organisasi buat Piala Presiden. Menurut saya Piala Presiden seperti kompetisi. Ada gengsi.

Di Final, ada sekitar 80.000 orang di Stadion GBK. Saya merasakan atmosfer luar biasa. Satu momen yang tak bisa terlupakan.

Gol yang mengesankan saat Anda bermain di Indonesia?

Kembali lagi ke Piala Presiden. Waktu itu, kami lawan Mitra Kukar di semifinal. Di Tenggarong, kami kalah 0-1. Artinya di Bandung, kami harus menang 2-0 atau 3-1.

Pada pertandingan awal, kami kebobolan. Jadi, kami perlu tiga gol. Lalu kami dapat gol bunuh diri. Skor jadi 2-1 kalau tidak salah Atep yang cetak gol. Saya mencetak gol ketiga dan kami lolos ke final. Menurut saya, itu gol yang paling spesial.

Bagaimana perkembangan soal perpindahan kewarganegaraan Anda dari Montenegro ke Indonesia?

Soal naturalisasi, saya tidak ingin berbicara banyak. Soal naturalisasi, itu keinginan saya sejak dulu. Bukan hal baru. Saya sudah tujuh tahun di Indonesia. Istri saya orang Indonesia. Dua anak saya kewarganegaraan Indonesia. Soalnya, pemerintah Montenegro tidak memperbolehkan seseorang memiliki dua kewarganegaraan.

Jadi, kami memilih kewarganegaraan Indonesia karena kami ingin tinggal di sini. Yang bikin saya sakit hati, kedua anak saya memerlukan visa untuk masuk ke negara asal saya.

Saya ingin satu kewarganegaraan dengan keluarga saya. Itu keinginan saya dari dulu. Setelah menikah, keinginan itu lebih besar lagi.

Saya urus berbagai dokumen. Contoh saya urus Kitas, KTP untuk warga negara asing, dan kartu keluarga. Semua berjalan ke arah situ.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com