KOMPAS.com - "Saya menganggap Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah kakek dan saya sebagai anaknya. Lalu, saya diminta membuatkan hadiah untuk cucu-cucunya yang tersebar di seluruh daerah. Siapa yang terpintar, mendapatkan piala ini."
Begitulah penuturan Ida Bagus Lasem, pemahat trofi Piala Presiden, ketika ditemui Kompas.com dan Tabloid BOLA di kediamannya di Kabupaten Gianyar, Bali, 27 September 2015.
Siang itu, proses pemahatan trofi yang terbuat dari kayu jati Bojonegoro sudah mencapai 90 persen. Telah terlihat jelas ukiran karang batu, daun simpar, penopang baja, bendera, hingga bola di piala. Tidak satu pun relief ditafsirkan sebagai kemenangan, kesuksesan, atau kejayaan, seperti trofi pada umumnya.
Maklum, Piala Presiden edisi 2015 merupakan meruah Jokowi untuk menghadirkan turnamen sepak bola di tengah konflik para pemangku kepentingan. Di mata Ida, turnamen ini bertujuan menyatukan insan sepak bola yang terpecah belah dua tahun lalu.
Baca juga: Memaknai Trofi Piala Presiden
Pada edisi kali ini, makna kejayaan instan juga kurang kental. Piala Presiden lebih menyoal prestasi untuk hajat yang lebih luas, yakni tim nasional (timnas) U-22 pada SEA Games 2016.
Demi menyediakan kantong talenta untuk pelatih timnas, Luis Milla, panitia pelaksana menerapkan regulasi usia bagi setiap peserta. Klub kontestan wajib mendaftarkan lima pemain U-23, tiga di antaranya harus bermain selama 45 menit setiap pertandingan.
"Kalau mereka (pemain U-23) cuma bermain selama lima menit, bagaimana memantaunya? Aturan ini untuk timnas Indonesia," ujar Ketua Organizing Committee (OC), Iwan Budianto, menjawab suara kontra dari pihak klub, pada akhir Januari 2017.
Milla pun bisa menjaring lebih dari 40 nama dalam tiga tahapan proses seleksi timnas. Penting untuk dicatat, semuanya berasal dari klub peserta Piala Presiden.
Salah satunya adalah striker Persela Lamongan, Ahmad Nur Hardianto, yang masuk sebagai pengganti, lalu mencetak dua gol kemenangan timnya atas PSM Makassar pada partai Grup 3, 12 Februari 2017. Milla turut hadir di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, untuk menyaksikan pertandingan itu.
Pemain yang mengidolai Diego Costa itu, juga menjadi satu-satunya striker yang selalu dipanggil dalam tiga tahapan seleksi timnas U-22.
Baca Juga: Dipanggil Seleksi, Nur Hardianto Ingin Banggakan Ortu yang Telah Tiada
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.