LEICESTER, KOMPAS.com - Juara bertahan Premier League, Leicester City, mengambil keputusan berani dengan memecat Claudio Ranieri sebagai manajer pada Kamis (23/2/2017) malam atau Jumat dini hari WIB.
Krisis hasil melatarbelakangi perpisahan kedua belah pihak. Pemecatan Ranieri ini hanya berjarak sembilan bulan setelah Leicester City angkat trofi Premier League.
Pada musim 2016-2017, tim beralias The Foxes memang merangkum sejumlah rapor minor, termasuk tersingkir dari Piala FA dan kalah dari Sevilla pada partai pertama babak 16 besar Liga Champions, Rabu (22/2/2017).
Paling buruk yakni capaian Leicester di Premier League. Sampai pekan ke-25, Leicester tertanam di peringkat ke-17 dengan 21 poin.
Mereka hanya terpaut dua angka dari tim peringkat terbawah, Sunderland. The Foxes juga menjadi juara bertahan pertama dalam 61 tahun yang merangkai lima kekalahan beruntun di liga teratas Inggris.
Before Leicester, the last reigning top-flight champion to lose 5 league games in a row were Chelsea in March 1956https://t.co/Jo5rlDdGH4 pic.twitter.com/yFJ2DsOJo6
— BBC Sport (@BBCSport) February 23, 2017
Ironisnya, lima kekalahan terakhir itu muncul tanpa satu pun ukiran gol dari anak asuh Ranieri. Masing-masing terjadi ketika bersua Chelsea (0-3), Southampton (0-3), Burnley (0-1), Manchester United (0-3), dan Swansea (0-2).
"Leicester City Football Club telah berpisah dengan Claudio Ranieri. Claudio, diangkat sebagai manajer pada Juli 2015, memimpin klub menuju kejayaan terbesar dalam 133 tahun sejarah klub dengan gelar juara Liga Inggris untuk kali pertama," bunyi pernyataan klub.
10th January 2017: Claudio Ranieri wins FIFA World Manager Of The Year.
23rd February 2017: Claudio Ranieri sacked by Leicester.
Madness. pic.twitter.com/SFsD1ZoFzk
— GeniusFootball (@GeniusFootball) February 23, 2017
"Statusnya sebagai manajer tersukses Leicester City sepanjang masa tidak diragukan. Akan tetapi, hasil di liga domestik telah menempatkan klub sebagai peserta Premier League dalam ancaman dan dewan secara berat hati merasa perlu adanya perubahan di level kepemimpinan."
Suara keprihatinan juga muncul dari Wakil Ketua Klub, Aiyawatt Srivaddhanaprabha.
"Keputusan ini merupakan hal tersulit yang kami ambil dalam hampir tujuh tahun sejak King Power mengambil kepemilikan Leicester City," ujar pengusaha asal Thailand tersebut di BBC Sport.
"Claudio telah membawa kualitas luar biasa ke klub ini. Kami akan selamanya berterima kasih padanya karena membantu kami berprestasi. Namun, kami kini berjuang mencapai target untuk bertahan di Premier League sebagai misi pertama dan satu-satunya di musim ini," kata Aiyawatt lagi dalam pernyataannya.
Sepeninggal Ranieri, tugas melatih tim utama diserahkan kepada duet Craig Shakespeare (asisten manajer) dan Mike Stowell (pelatih tim utama). (Berry Bagja)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.