Laporan langsung Anju Christian dan Kukuh Wahyudi dari Manila, Filipina
KOMPAS.com - Pelatih tim nasional (timnas) Filipina, Thomas Dooley, menjadi sosok pertama yang masuk ke sebuah ruangan di Marco Polo Hotel Ortigas, Manila, Jumat (18/11/2016). Dia didampingi oleh kapten Filipina, Phil Younghusband.
Setelah Dooley, pelatih Thailand, Kiatisuk Senamuang, menyusul masuk ke ruangan. Dia sempat dihampiri oleh Younghusband.
"Bagaimana Australia?" tanya Younghusband kepada Kiatisuk.
Thailand memang baru saja melakoni partai kontra Australia pada Kualifikasi Piala Dunia zona Asia, Selasa (15/11/2016). Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-2.
"Mereka sungguh tangguh," jawab Kiatisuk, lalu melanjutkan percakapan ringan dengan Younghusband.
Setelah berbincang dengan Younghusband, Kiatisuk menuju sebuah meja panjang dengan empat kursi. Di situ, pelatih Indonesia, Alfred Riedl, mengajukan pertanyaan yang sama dengan Younghusband.
Kedua pelatih yang bakal berduel keesokan harinya itu, berbincang selama kurang lebih tiga menit. Percakapan semakin ramai karena Dooley dan V. Sundramoorthy (Singapura) bergabung di meja. Semuanya tampak bersahabat.
"Kami di sini adalah kolega. Tujuan kami sama, yaitu memajukan sepak bola Asia Tenggara. Ada persahabatan di antara kami," ucap Kiatisuk sebagai pelatih pertama yang berbicara pada sesi jumpa pers tersebut.
Pertemuan Kiatisuk Senamuang dan Alfred Riedl... #BanggaGarudaKita pic.twitter.com/6sUdYFahLT
— Juara (@Juara) November 18, 2016
Keramahan tersebut ditunjukkan keempat pelatih kepada para jurnalis. Salah satu contohnya, yakni ketika Kiatisuk melayani permintaan foto bersama dari jurnalis Tabloid BOLA, Kukuh Wahyudi.
Momen tersebut terjadi pada jumpa pers berikutnya di Novotel Araneta Center, Manila, satu hari sebelum partai Filipina kontra Indonesia atau Senin (21/11/2016).
Setelah berfoto, Kiatisuk bertutur dengan Bahasa Indonesia, "Terima kasih."
Lalu, dia mengatakan lagi dengan Bahasa Inggris, "Sukses untuk tim Anda melawan Filipina besok."
Bahkan, eks pemain timnas Thailand itu mengulurkan tangannya terlebih dahulu untuk berjabat dengan Kukuh.
Kiatisuk juga bersikap lebih kooperatif lagi kepada jurnalis dari negara asalnya. Setiap jumpa pers, Kiatisuk selalu menjawab pertanyaan dengan Bahasa Thailand, yang bakal diterjemahkan lagi oleh stafnya menjadi Bahasa Inggris.
Baru setelah melihat pertanyaan mulai habis, dia mengucapkan kata kunci berbunyi, "Oke, oke?"
Keramahan juga ditunjukkan oleh Dooley. Contohnya yakni ketika sebelum jumpa pers Senin dimulai.
Dia kembali menjadi orang pertama yang hadir di ruangan. Eks pemain timnas Amerika Serikat itu sempat menyeduh kopi di antara para jurnalis. Tak satu pun wartawan mendatangi dia untuk sesi wawancara singkat.
"Kasihan dia. Jarang ada wartawan lokal meminta wawancara. Sepak bola di Filipina memang kurang peminat sih," kata seorang perempuan jurnalis asal Indonesia.
Kompas.com pun coba menghampiri Dooley yang sedang memegang gelas kopi. Dooley tersenyum dan bertanya terkait negara asal.
Kompas.com lalu menjawab dan kembali bertanya, "Sudah siap melawan kami besok?"
Dooley membalas, "Kami selalu siap. Kami juga mengetahui kalau tim Anda memiliki pemain ofensif yang bagus. Boaz (Solossa) dan Andik (Vermansah), ya mereka pemain hebat. Kami akan mewaspadainya."
"Bagaimana dengan kami?" sang pelatih kembali bertanya.
"Kalau menurut Riedl, tim Anda bagus dalam umpan silang dan tandukan. Anda pasti juga sudah mengetahui kalau Filipina unggul secara fisik," jawab Kompas.com.
Hanya, jangan coba-coba tanyakan strategi apa yang bakal digunakan oleh Filipina kepada Dooley.
"Saya tidak akan memberi tahu Anda. Pastinya, Anda akan menyampaikan kepada dia (Riedl)," jawab Dooley, lalu tertawa.
Riedl
Bagaimana dengan Riedl? Dia tidak cuma bisa bersikap hangat, tetapi juga marah ketika kesal.
Kompas.com pernah menuliskan bagaimana Riedl merasa jengkel karena para pemain meninggalkan kopernya di salah satu pintu Terminal 2 Bandara Internasional Ninoy Aquino, Kamis (17/11/2016).
Ada pula momen ketika Riedl memarahi seorang jurnalis yang mengabadikan gambar para pemain tengah makan malam di Novotel Araneta Center.
Riedl memang menerapkan aturan ketat terkait hal kecil, termasuk makan malam. Hal tersebut berbeda dengan ketika timnas diasuh pelatih lokal, yang sering memberikan keleluasaan kepada jurnalis untuk bergabung pada sesi makan tim.
Momen Jenaka Kala Boaz Coba Rebut Kado Ultah Lerby Eliandry https://t.co/e9CUcELj1d pic.twitter.com/ajoHYgXNht
— Juara (@Juara) November 21, 2016
Karakter Riedl tersebut juga terlihat saat dirinya bersungut-sungut dengan berujar, "Pertanyaan konyol."
Momen terakhir terjadi ketika ada salah persepsi antara Riedl dan seorang jurnalis perihal Muchlis Hadi dalam sesi jumpa pers pertama.
Hanya, suasana kembali hangat dan diwarnai tawa ketika Riedl dan jurnalis tersebut coba menyamakan persepsi setelah jumpa pers berakhir.
Protokoler Singapura
Singapura menerapkan aturan lebih ketat lagi. Di Novotel Araneta Center yang menjadi tempat penginapan empat tim, jangan harap bisa sering melihat para pemain Singapura berkeliaran.
Federasi Sepak Bola Singapura (FAS) memberlakukan protokoler selama Piala AFF. Untuk makan malam misalnya, para pemain melakukannya di lantai atas yang tidak bisa dijangkau jurnalis.
Beda hal dengan Indonesia, Filipina, dan Thailand yang menikmati makanan di lantai dasar bersama tamu hotel lainnya.
Alhasil, Kompas.com hanya satu kali melihat rombongan tim Singapura di lantai dasar, yaitu ketika mereka hendak menaiki bus guna menjalani uji coba lapangan di Philippine Sports Stadium, Senin (21/11/2016).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Inilah jadwal tanding Indonesia di Piala AFF 2016 #BanggaGarudaKita pic.twitter.com/uAnIuExC0W
— Juara (@Juara) November 18, 2016