Seperti kata Raja Tua di novel "Sang Alkemis" karya Paulo Coelho, "Ketika seseorang keinginan kuat, seluruh semesta akan berusaha untuk mewujudkannya," ucap dia.
Mimpi tujuh suporter Liverpool itu pun terwujud. Perjuangan mereka melalui futsal akhirnya berbuah hal yang diimpi-impikan. Mereka bisa menyaksikan langsung The Reds di tribune Stadion Anfield dan bertemu sejumlah legenda klub.
"Ini pengalaman luar biasa bagi saya. Kali pertama naik pesawat dan terbang ke luar negeri, bisa langsung menyaksikan Liverpool bertanding," ujar Achmad Fachri. salah satu anggota tim asal Jakarta.
"When you have dream, go and get with the power of prayer. Alhamdulillah i'm in here, in the place that always there in my dreams," tulis Setio Pramono, peserta asal Bekasi di akun Instagram pribadinya, saat mengunggah foto memegang tulisan "This is Anfield" di lorong menuju lapangan.
Perasaan mereka itu sama seperti yang saya rasakan...
Bermula dari kegagalan
Ketika ditanya kapan pertama kali menyukai Liverpool, saya akan menjawab sejak Sabtu, 14 Mei 1988.
Pada tanggal itu, saya pertama kali peduli dengan Liverpool. Namun, bukan karena The Reds pada tanggal tersebut meraih kejayaan. Justru sebaliknya, saat itu, Liverpool kalah 0-1 dari Wimbledon pada final Piala FA di Stadion Wembley.
Saya menyaksikan pertandingan tersebut melalui TVRI. Satu momen yang paling saya diingat adalah ketika Dave Beasant, kiper Wimbledon, menggagalkan penalti John Aldridge, striker Liverpool.
Kecekatan Beasant membuat saya kagum. Namun, kegagalan Aldridge itu memunculkan rasa empati saya kepada dia dan klub berseragam merah yang dibelanya. Sikap enggak tegaan - yang mungkin diwariskan oleh ibu - itu menjadi dasar saya menyukai sebuah tim.
Seperti halnya saat Persib Bandung kalah dari PSMS Medan pada final Perserikatan 1985 dan Jerman (Barat) dikalahkan Argentina di final Piala Dunia 1986, saya suka Liverpool lantaran kegagalan penalti Aldridge di final Piala FA 1988.
Siapa sangka, 28 tahun berselang, saya bisa bertemu dia tepat sebelum Liverpool bertanding melawan Watford di Anfield, Minggu (8/5/2016).
"Kamulah orang yang membuat saya suka terhadap klub ini," ucap saya. Kalimat yang sudah saya impikan untuk dibicarakan langsung kepada Aldridge.
Dia terlihat terkejut tetapi juga gembira dengan ucapan saya itu. Saya pun lalu menceritakan rasa empati saya kepada dia saat menyaksikannya lewat layar kaca.
"Jangankan Anda, saya pun sedih dan suka menangis jika melihat kegagalan penalti itu," ujar Aldridge kepada saya.
Hal apa lagi yang lebih baik selain bisa mewujudkan mimpi dengan bertemu langsung sang causa prima dari awal kecintaan saya terhadap Liverpool, menyaksikan langsung The Reds bertanding di Anfield, dan bernyanyi "You'll Never Walk Alone" sebelum pertandingan?
Seperti halnya arti harfiah dari lagu kebangsaan Liverpool itu, kita tak bakal sendirian ketika ingin mewujudkan mimpi. Jadi, jangan takut untuk bermimpi. Seperti kata sang Raja Tua, seluruh semesta akan membantumu untuk mewujudkannya.
#YNWA
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.