“I really have no desire to make everyone happy...” – Juergen Klinsmann
Salah satu kesalahan terbesar manusia adalah mencoba untuk menyenangkan semua pihak. Googling saja dengan keyword "we can't make everyone happy", maka akan muncul sejumlah quotation menarik terkait hal tersebut.
Salah satunya adalah, "I don't know the key to success but the key to failure is trying to please everybody."
Prinsip "ingin membuat semua orang bahagia" itu tampaknya sempat dimiliki oleh Claudio Ranieri. Ketika masih melatih Chelsea, Ranieri kerap melakukan perombakan formasi dan susunan pemain.
Tujuan dia cuma satu. Melatih di klub dengan skuad multinasional dengan banyak ego bersatu, Ranieri ingin semua pemain Chelsea senang karena mendapatkan kesempatan bermain yang adil - ingat adil bukan berarti sama dalam jumlah.
Julukan The Tinkerman muncul karena kebiasaan Ranieri itu. Sampai-sampai, istilah tersebut masuk salah satu kamus di Inggris untuk merujuk pada pelatih yang suka menggonta-ganti formasi dan susunan pemain.
"Saya senang ketika suporter senang. Ketika pemain senang, pemilik klub pun akan serasa berada di bulan," ujar Ranieri ketika masih melatih Chelsea.
Akan tetapi, keinginan Ranieri untuk membahagiakan semua pemain itu tak menyenangkan bagi Roman Abramovich, pemilik Chelsea. Finis sebagai peringkat kedua dianggap tak cukup bagi Chelsea dan Abramovich yang telah mengeluarkan dana besar untuk transfer.
Abramovich pun memecat Ranieri. Taipan asal Rusia itu mengatakan Ranieri takkan pernah menjadi juara liga. Julukan Mr. Runner-up dianggap sebagai tabu sepanjang kiprah Ranieri sebagai pelatih.
Tak ada lagi The Tinkerman
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.