"Akan tetapi, dia tidak pernah menjadi penyerang tengah atau nomor sembilan tradisional yang menunggu di kotak penalti. Dia juga bukan seorang pemain sayap klasik seperti Luis Figo. Ronaldo lebih berbahaya ketika memotong dari sektor sayap ke tengah," kata Santos.
Santos sendiri memiliki dua opsi taktik untuk timnya, yaitu 4-3-3 dan 4-4-2. Dengan skema 4-3-3, Ronaldo dianggap bisa beroperasi di barisan tiga pemain depan. Namun, dia dinilai tak mampu menempati posisi sayap dalam formasi 4-4-2.
"Ronaldo tidak bisa menjadi pemain sayap yang memiliki tugas bertahan. Dia menggunakan terlalu banyak energinya untuk menyerang, menjadi pemain terbaik dunia, dan mencetak gol paling banyak," tutur Santos.
Pada Piala Eropa 2016 nanti, Santos belum menentukan posisi yang tepat untuk Ronaldo. Dia mengaku masih mencocokkan potensi Ronaldo dengan karakter pemain lainnya.