Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memaknai Trofi Piala Piala Presiden 2015

Kompas.com - 29/09/2015, 15:47 WIB
Anju Christian

Penulis

GIANYAR, KOMPAS.com - Kebanyakan trofi dimaknai sebagai kemenangan, kesuksesan, atau kejayaan. Tidak demikian dengan trofi Piala Presiden 2015.

Sang pemahat, Ida Bagus Lasem, tak menyebut ketiga kata tersebut dalam perbincangan dengan Kompas.com di kediamannya di Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu (27/9/2015). Dalam percakapan kurang lebih satu jam tersebut, Lasem lebih banyak bertutur soal nilai persatuan.

Bukan tanpa alasan. Sepak bola Indonesia memang tengah terpecah. Sejak Surat Keputusan (SK) Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, tertanggal 17 April 2015 terbit, sepak bola nasional dirundung konflik. Sedari PSSI menghentikan semua level kompetisi pada 2 Mei 2015, stadion menjadi sepi.

"Ada satu tujuan untuk menciptakan suatu piala yang bisa benar-benar berguna. PSSI sedang pecah, ini pendapat saya. Semoga dengan ini bisa bersatu," kata Lasem.

Tujuan tersebut terpenuhi sejak pembukaan Piala Presiden 2015 di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Minggu (30/8/2015). Untuk kali pertama sejak PSSI dibekukan, Ketua Umum La Nyalla Mattalitti bisa bersua dan berjabat tangan dengan Menpora Imam Nahrawi.

Anatomi

Tak seperti trofi kebanyakan yang terbuat dari logam, trofi Piala Presiden justru menggunakan kayu sebagai bahan baku. Lasem memilih kayu jati Bojonegoro karena dianggap lebih elastis dibandingkan kayu lainnya.

Hingga Minggu, trofi tersebut sudah mencapai 90 persen. Bentuknya pun sudah hampir menyerupai sketsa yang diberikan oleh Mahaka Sports and Entertainment.

Ada sedikit perbedaan dibandingkan sketsa trofi. Lasem menambahkan pendemen hiasan Bali sebagai dasar bangunan agar nuansa budaya turut terasa.

Anju Christian / Kompas.com Bagian dasar trofi Piala Presiden disebut karang batu. Di setiap sudut karang batu terdapat jurai daun simbar dan buahnya.

Bagian dasar tersebut berbentuk persegi disebut Lasem sebagai karang batu. Menurut Lasem, batu adalah elemen terkuat untuk menjadi dasar bangunan. "Tanpa batu, bangunan bisa rontok," katanya.

Di setiap sudut karang batu terdapat jurai daun simbar dan buahnya. Bagian ini dimaknai sebagai hubungan antara manusia dan pertiwi.

Terukir tulisan "Piala Presiden" di salah satu sisi. Nantinya, dua kata tersebut bakal dicat dengan cat kayu berwarna emas.

Selanjutnya, di atas paduan daun simpar dan buahnya, ada kalung yang melingkari penopang trofi. Seperti halnya lingkaran yang tak ada ujungnya, gairah sepak bola Indonesia tak pernah mati.

Disebut Lasem, penopang trofi menyerupai baja. Menurut dia, sepak bola Indonesia membutuhkan penopang yang tak tergoyahkan oleh apa pun. "Kekuatan baja itu untuk jangka panjang," lanjutnya.

Penopang baja yang terbagi menjadi dua sisi turut mengapit bendera merah putih. Lasem pun tak mengubah makna merah dan putih dalam bendera Indonesia. Merah adalah semangat, sedangkan putih adalah suci.

Anju Christian / Kompas.com Trofi Piala Presiden 2015 terbuat dari kayu jati Bojonegoro.

Fokus utama dari trofi ini adalah bagian di atas penopang baja, yaitu bola yang diikat tali menyerupai bintang. Bagi Lasem, bentuk bola yang bulat merepresentasikan tujuan Presiden Jokowi menggelar turnamen ini.

"Membulatkan tekad untuk memersatukan generasi muda. Semoga dengan ini, semua bisa bersatu lewat olahraga," kata Lasem.

Di mata Lasem, bola juga mempunyai kesamaan dengan manusia. "Ditembak, ditendang, disundul, disanjung. Namun, karena senang, mereka tak peduli," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com