Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Danny Welbeck dan Ironi Pemain Akademi (2)

Kompas.com - 18/03/2015, 07:49 WIB
Oleh: Viriya Paramita
Penulis adalah penggemar sepak bola, tinggal di Jakarta. Penulis bisa dihubungi melalui email viriya_71@hotmail.com

Sambungan dari artikel Danny Welbeck dan Ironi Pemain Akademi (1)

KOMPAS.com - Sejak Fergie memutuskan untuk pensiun, United memang seakan kehilangan daya gigitnya, mental juaranya, dan bahkan aura yang membuatnya disegani lawan. Dulu, mereka punya kemampuan untuk menang dengan tim seadanya. Kini, mereka bisa kalah walau menurunkan tim serba ada.

Padahal, dalam dua musim terakhir United telah menghabiskan setidaknya 210 juta poundsterling untuk belanja pemain. Banyak di antaranya dibeli dengan harga fantastis, di luar kebiasaan United era Fergie.

Dalam mimpi terliarnya sekali pun, pendukung United tak akan berani membayangkan Fergie akan mengeluarkan 27 juta poundsterling masing-masing untuk Marouane Fellaini dan Luke Shaw. Fergie juga tak akan sudi memecahkan rekor transfer hingga 60 juta poundsterling hanya untuk membeli seorang pemain, walau pemain itu bernama Angel Di Maria. Ia lebih suka membeli pemain muda tak terkenal seharga beberapa juta, membinanya, lalu menjualnya seharga 60 juta.

Akibatnya, kini United justru terlihat seperti Real Madrid sembilan tahun lalu. Pada pertengahan 2006, Real menunjuk Fabio Capello sebagai manajer baru untuk menghentikan puasa gelar yang telah terjadi selama tiga musim beruntun. Segera saja Capello menggelontorkan 100 juta euro untuk belanja pemain.

Masing-masing 10 juta euro dikeluarkan untuk membeli duet pemain uzur, Fabio Cannavaro dan Emerson, 26 juta euro untuk pembelian panik Mahamadou Diarra dalam rangka pencarian suksesor Claude Makelele, serta 40 juta euro untuk tiga pemain muda latin miskin pengalaman di Eropa, Marcelo, Fernando Gago dan Gonzalo Higuain.

Sebelumnya, di Real telah ada Antonio Cassano, mantan anak emas Capello di AS Roma. Mirip dengan keberadaan van Persie di United, yang notabene adalah anak emas van Gaal di tim nasional Belanda. Selain itu, Cannavaro adalah pemain bertahan favorit Capello saat masih melatih Juventus dahulu. Sama dengan Daley Blind bagi van Gaal di Belanda. Saat itu, Zinedine Zidane, metronom andalan Real, juga baru saja pensiun. Sama halnya seperti Paul Scholes di United.

Capello dan van Gaal juga sama-sama pelatih keras kepala yang berani mempertahankan filosofinya walau mesti dipecat oleh timnya. Di Real, Capello bersikeras menerapkan gaya main pragmatis untuk mencapai kemenangan. Ia juga berani mencadangkan David Beckham dan Ronaldo, dua pemain favorit sang presiden, Florentino Perez. Hasilnya, Capello dipecat walau berhasil membawa Real jadi juara liga di akhir musim 2006-2007. Alasannya, Real bermain kurang indah.

Sedikit berbeda dengan van Gaal di United. Ia kukuh memainkan formasi tiga bek walau selama puluhan tahun terakhir United identik dengan pola 4-4-2. Ia pun ngotot meminta timnya memainkan bola dengan umpan-umpan pendek dari lini pertahanan sendiri, walau pemain seperti Phil Jones dan Jonny Evans lebih paham caranya melanggar lawan. Alhasil, United jarang bermain konsisten dan terus tercecer dari perburuan gelar juara atau bahkan perebutan zona Liga Champions.

Untuk bermain dengan filosofi yang diinginkan, kedua pelatih itu butuh pemain yang bisa bermain dengan cara yang tepat, yang mampu menerjemahkan instruksi menjadi solusi. Terbatasnya sumber daya dalam tim membuat mereka berpaling membeli pemain dari luar.

Padahal, Real dan United sama-sama punya reputasi sebagai pencetak pemain muda andal. Tengok saja nama-nama seperti Raul Gonzales, Iker Casillas dan Guti Hernandez. Mereka adalah lulusan akademi Real yang mencuat pada akhir dan awal 2000-an lalu sukses jadi tulang punggung tim dalam waktu lama. Mereka adalah ikon yang begitu dibanggakan.

Namun setelah lewat generasi Raul, Real belum lagi mencetak pemain muda top yang langsung jadi andalan tim. Kebanyakan justru bersinar setelah dibuang ke tim lain. Sebut saja Esteban Cambiasso di Inter Milan, Alvaro Arbeloa di Liverpool (sebelum ditarik pulang ke Real), Roberto Soldado di Valencia, dan Juan Mata di Chelsea. Jangan buang waktu untuk membahas Francisco Pavon, Javier Portillo atau bahkan Jose Manuel Jurado.

Tak jauh beda, United selalu membanggakan angkatan 1992 akademinya yang menghasilkan generasi emas seperti Beckham, Giggs, Scholes dan Neville bersaudara. Namun setelahnya, hanya ada pemain-pemain yang kelewat dibanggakan dan perkembangannya tak sesuai harapan. Darren Fletcher selalu berada dalam bayang-bayang Keane dan Scholes, serta terlalu mudah cedera. John O’Shea lamban. Wes Brown gemar membuat blunder. Tom Cleverley tak berani memegang bola lebih dari lima detik. Evans sering demam panggung. Bebe hanya pura-pura bisa main sepak bola.

Sementara itu beberapa pemain yang sempat masuk akademi justru telat dipromosikan atau diberi kepercayaan hingga pindah dan unjuk gigi di tim lain. Gerard Pique tentu tak akan menyesal meninggalkan United menuju Barcelona. Kini Paul Pogba jadi tulang punggung lini tengah Juventus bersama Andrea Pirlo. Lalu Welbeck, justru kembali menemukan jalannya di Arsenal.

Para pemain ini pergi karena kalah saing dengan nama-nama besar di tim utama. Selain itu, sepak bola modern menuntut mereka untuk berkembang lebih cepat dari seharusnya. Semua ingin melihat Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo baru yang “meledak” sejak remaja dan telah jadi tulang punggung tim saat baru beranjak dewasa.

Bila sudah begitu, mereka hanya bisa pergi dan memulai petualangan baru. Seperti kata Nistelrooy, banyak hal berjalan salah, tapi mereka harus segera melupakan, lalu mencobanya lagi dan lagi. (Selesai)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bayern Vs Dortmund: Tuchel Tak Membawa Muenchen ke Arah yang Benar

Bayern Vs Dortmund: Tuchel Tak Membawa Muenchen ke Arah yang Benar

Bundesliga
Amunisi Muda Barca, Marc Guiu: Xavi Sangat Penting bagi Barcelona

Amunisi Muda Barca, Marc Guiu: Xavi Sangat Penting bagi Barcelona

Liga Spanyol
Lorenzo Nilai Bagnaia Lakukan Kesalahan Saat Insiden dengan Marquez

Lorenzo Nilai Bagnaia Lakukan Kesalahan Saat Insiden dengan Marquez

Motogp
Prediksi Persib Vs Bhayangkara FC, Maung Pincang Tanpa 6 Pemain Utama

Prediksi Persib Vs Bhayangkara FC, Maung Pincang Tanpa 6 Pemain Utama

Liga Indonesia
Kata Indra Sjafri soal Label Pemain Keturunan di Timnas Indonesia

Kata Indra Sjafri soal Label Pemain Keturunan di Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Prediksi Ranking FIFA: Indonesia Salip Malaysia, Naik Peringkat Ke-135

Prediksi Ranking FIFA: Indonesia Salip Malaysia, Naik Peringkat Ke-135

Timnas Indonesia
Jadwal Spain Masters 2024, Indonesia Pastikan Wakil di Perempat Final

Jadwal Spain Masters 2024, Indonesia Pastikan Wakil di Perempat Final

Badminton
Kalahkan Arema FC, Bajul Ijo Langsung Penuhi Janji Jalan Kaki 1,5 Km

Kalahkan Arema FC, Bajul Ijo Langsung Penuhi Janji Jalan Kaki 1,5 Km

Liga Indonesia
Ronaldo Marah ke Wasit Setelah Portugal Kalah

Ronaldo Marah ke Wasit Setelah Portugal Kalah

Internasional
Dampak Program Naturalisasi bagi Level Persaingan Timnas Indonesia

Dampak Program Naturalisasi bagi Level Persaingan Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Jadwal Liga Inggris Akhir Pekan, Man City Vs Arsenal

Jadwal Liga Inggris Akhir Pekan, Man City Vs Arsenal

Liga Inggris
Belum Latihan di Pelatnas, Kevin Sanjaya Akan Dipanggil PBSI

Belum Latihan di Pelatnas, Kevin Sanjaya Akan Dipanggil PBSI

Badminton
Ricky Soebagja Harap PBSI Gelar Acara Perpisahan untuk Marcus Gideon

Ricky Soebagja Harap PBSI Gelar Acara Perpisahan untuk Marcus Gideon

Badminton
Persik Vs Persikabo: Situasi Makin Sulit, Djanur Tegaskan Masih Punya Semangat Tempur

Persik Vs Persikabo: Situasi Makin Sulit, Djanur Tegaskan Masih Punya Semangat Tempur

Liga Indonesia
PR dari Shin Tae-yong untuk PSSI dan Kita

PR dari Shin Tae-yong untuk PSSI dan Kita

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com