Balotelli juga sering naif, enggan membuat pertimbangan sebelum melakukan sesuatu. Namun, beberapa hal itulah yang membuat nama penyerang asal Italia keturunan Ghana tersebut melejit di dalam dunia sepak bola.
"Mau apa lagi kalian?" Begitulah kalimat yang seakan ingin diucapkan Balotelli seusai mencetak gol ke gawang Jerman pada semifinal Piala Eropa 2012. Masih berusia 21 tahun, dengan tinggi 1,89 meter, dan berat 88 kilogram, Balotelli membuka seragam dan mengencangkan ototnya di pinggir lapangan. Ia ibarat petinju yang baru memukul KO lawannya.
Seluruh Italia kemudian memujanya bagaikan raja karena menjadi penentu kemenangan 2-1 atas Jerman, yang sebelumnya difavoritkan untuk lolos. Anggapan bad boy bertransformasi menjadi pahlawan bagi Italia. Meski skuad Azzurri dikalahkan Spanyol di partai final, Balotelli tetaplah dianggap seorang juara.
Setelah menikmati "surga" di Piala Eropa, Balotelli terjun bebas ke "dunia" karena kariernya kembali dibalut sejumlah kontroversi, baik saat berseragam Manchester City, AC Milan, hingga klub terakhirnya saat ini, Liverpool. Lihat saja kasus teranyar, ketika ia mendapatkan sanksi dari Federasi Sepak Bola Inggris (FA), setelah terbukti bersalah mengunggah gambar berbau rasial di Instagram.
Balotelli dinilai pengguna media sosial rasialis karena mengunggah gambar Super Mario, tokoh game Super Mario Bros, pada awal Desember 2014. Gambar itu dilengkapi tulisan, "Jangan rasialis. Jadilah seperti Mario. Ia adalah tukang ledeng Italia, diciptakan oleh orang Jepang, bicara dengan bahasa Inggris, dan tampak seperti orang Meksiko. Ia melompat seperti orang kulit hitam dan meraih koin seperti orang Yahudi."
Ulah itu membuat Balotelli dipinggirkan oleh manajer Liverpool, Brendan Rodgers. Ia pun saat ini lebih sering duduk di bangku candangan. Liverpool bahkan seakan sudah rela jika harus rugi telah menggelontorkan dana sebesar 20 juta pounds saat mendatangkannya ke Anfield pada musim panas 2014.
Liar
Sejumlah pemain mempunyai sederet daftar keliarannya di luar sepak bola, seperti melanggar lalu lintas, gaya hidup bebas dengan wanita, dan sebagainya. Tak sedikit pun dicatat kehebatannya bermain sepak bola. Namun, orang kiranya harus mengakui, mereka bisa keliru jika menganggap Balotelli hanyalah pembuat onar belaka.
Gol ke gawang Jerman di Piala Eropa adalah contoh Balotelli juga bisa menjadi pahlawan. Dan hal itu kini kembali dilakukannya di dalam lapangan pada laga leg pertama babak 32 besar Liga Europa antara Liverpool melawan Besiktas di Stadion Anfield, Kamis (19/2/2015). Balotelli menjadi pahlawan Liverpool setelah mencetak gol penalti penentu kemenangan pada menit ke-85.
Akan tetapi, meski menjadi pahlawan, Balotelli tetap dihujani kritik seusai pertandingan. Maklum, di saat Jordan Henderson ingin mengeksekusi penalti, tiba-tiba Balotelli merebut bola dari tangan kapten skuad The Reds tersebut. "Jordan adalah kapten dan Mario sedikit tidak memiliki rasa hormat di sana," ujar Steven Gerrard mengkritik keputusan Balotelli.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.