Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Columbus, Jerman, dan Emas Amerika Latin yang Hilang...

Kompas.com - 17/07/2014, 09:45 WIB
Ary Wibowo

Penulis

Dan bagi masyarakat Amerika Latin, salah satu cara untuk keluar dari penderitaan kultural, religius, dan sosial oleh negara-negara Barat salah satunya adalah lewat sepak bola. Toh, bagi sebagian besar masyarakat di sana, sepak bola juga dianggap sebagai sebuah budaya dan agama. Dengan sepak bola yang hidup di kalangan masyarakat bawah yang tertindas itu, mereka merasa bisa memainkan kemerdekaan dan kebebasan untuk menentang segala bentuk penindasan.

Di Brasil, misalnya, sepak bola dijadikan sebagai jalan hidup untuk membuktikan keberadaan mereka atas kedigdayaan bangsa Eropa. Berbeda dengan bangsa Barat yang memainkan sepak bola dengan tiang-tiang gawang dari besi, di Brasil anak-anak sejak kecil dengan lincah hanya memainkan bola kusam di sudut jalan dengan tiang-tiang gawang berupa tumpukan-tumpukan batu.

Meski begitu, hal tersebut justru membuat Brasil berubah menjadi salah satu kekuatan sepak bola di dunia. "Di Brasil, sepak bola sama pentingnya dengan persoalan hidup dan mati," kata salah satu komentator terkenal Brasil, Osmar de Oliveira. Dan dari penderitaan dan kemiskinan itulah muncul para jogobonito seperti Pele, Garrincha, Tostao, Jairzinho, Ronaldo, hingga Neymar. Pun halnya di Argentina yang sukses melahirkan bintang dunia Diego Maradona hingga Lionel Messi.

Piala Dunia
Amerika Latin pun seakan benar-benar menunjukkan pembuktian dan pembalasan dendam atas bangsa Eropa dalam perhelatan Piala Dunia. Maklum, sejak turnamen tersebut bergulir untuk kali pertama pada 1930 di Uruguay, tidak ada satupun tim dari Eropa yang berhasil mengangkat trofi itu di tanah Amerika Selatan.

Namun, pada Piala Dunia 2014, sejarah yang bertahan sejak puluhan tahun itu akhirnya patah juga. Langit Amerika pun tak lagi cerah ketika para pemain Jerman berpesta mengangkat trofi Piala Dunia di depan hadapan masyarakat Brasil dan Argentina. Jerman berhasil keluar sebagai juara dunia setelah menundukkan Argentina pada final di Stadion Maracana, Minggu (13/7/2014).

Sejarah pun seakan berulang. Jika dulu Columbus yang dianggap menindas penduduk asli Amerika, kini Jerman-lah yang membuat publik Amerika Selatan menderita. Apalagi, skuad Der Panzer mampu membumihanguskan Brasil di semifinal dengan skor telak, tujuh gol berbalas satu. Bahkan, Amerika Serikat pun dipaksa bertekuk lutut setelah kalah 0-1 di penyisihan grup. Hanya rivalitas dengan Argentina-lah yang membuat publik Brasil menyampingkan sejarah dan mendukung Jerman untuk berpesta di tanah air mereka.

Keberhasilan Jerman itu telah membuka mata banyak masalah yang menerpa sejumlah tim Amerika Selatan. Brasil sebagai raja sepak bola dunia, misalnya, mengalami krisis identitas. Brasil menghilangkan ciri khas permainain indah. Mereka tidak bermain lagi dengan hati dan cinta yang merupakan inti roh Samba. Dalam skuad mereka kini satu-satunya pemain yang dianggap sebagai roh jogobonito hanya Neymar.

Dan ketika Neymar absen karena cedera pada tulang belakang, Brasil terbukti menderita. Ketika melawan Jerman, selain Neymar, Brasil memang juga kehilangan Thiago Silva. Namun, kehadiran Silva ternyata juga tidak banyak membantu karena pada partai perebutan tempat ketiga, Brasil dipaksa menyerah tiga gol tanpa balas oleh Belanda. Malahan, sepanjang laga perebutan tempat ketiga itu, Brasil seperti berguru kepada Belanda.

Argentina kemudian menjadi satu-satunya harapan masyarakat Amerika Selatan, kecuali Brasil, ketika mereka meraih tiket final usai menaklukkan Belanda. "Sejujurnya warga Argentina mendapat penilaian terlalu tinggi. Tetapi, tidak ada cara lain, Piala Dunia di Amerika Latin harus dimenangi oleh tim Amerika Latin," ujar Humberto Melendez, seorang suporter asal Meksiko.

Namun, apa daya, pressing ketat para pemain Jerman terhadap Messi membuat irama permainan tango skuad Albiceleste macet di lapangan. Argentina bahkan seakan dijauhi oleh dewi fortuna ketika sejumlah peluang emas, mulai dari yang didapat Gonzalo Higuain hingga Messi terbuang sia-sia. Mereka pun pada akhirnya harus puas pulang membawa predikat runner-up.

Jika Brasil mempunyai bintang seperti Neymar dan Argentina memiliki Messi, bagaimana dengan Jerman? "Jerman saat ini menjadi tim dengan komposisi pemain paling komplet. "Pada masa lalu kami tidak dapat melakukan ini. Jika bermain di sini, Tim Amerika Latin selalu mendominasi. Tetapi, kami tahu bahwa dengan skuad saat ini, kami bisa membuat sejarah," kata pelatih Jerman, Joachim Loew.

Dengan begitu, keberhasilan Jerman seakan kembali mengulang memori kelam penduduk Amerika atas kedidayaan bangsa Eropa semasa zaman abad pertengahan. Dan mau tidak mau, Brasil, Argentina, atau tim Amerika Selatan lainnya harus segera berbenah agar masa kedaulatan sepak bola mereka tak lagi dicoreng oleh bangsa Eropa. Der Panzer akan tetap menjadi hantu bagi sepak bola Amerika, karena Jerman memiliki sistem pembinaan dan kompetisi, yang menjamin regenerasi serdadu lapangan hijau tak akan terputus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Persija Kembali Main di Jakarta Saat Jamu Persis di SUGBK

Persija Kembali Main di Jakarta Saat Jamu Persis di SUGBK

Liga Indonesia
Jawaban soal Kans Nathan Dipanggil STY ke Timnas U23 Indonesia

Jawaban soal Kans Nathan Dipanggil STY ke Timnas U23 Indonesia

Liga Indonesia
Saat Shin Tae-yong Merasa Tak Enak Hati Usai Troussier Dipecat Vietnam...

Saat Shin Tae-yong Merasa Tak Enak Hati Usai Troussier Dipecat Vietnam...

Internasional
Liverpool Mundur dari Perburuan Alonso, Ada 2 Kandidat Pengganti Klopp

Liverpool Mundur dari Perburuan Alonso, Ada 2 Kandidat Pengganti Klopp

Liga Inggris
Keputusan Sudah Diambil, Xabi Alonso Satu Musim Lagi di Leverkusen

Keputusan Sudah Diambil, Xabi Alonso Satu Musim Lagi di Leverkusen

Bundesliga
Link Live Streaming Laga Liga 1 Malam Ini, PSM Makassar Vs Borneo FC

Link Live Streaming Laga Liga 1 Malam Ini, PSM Makassar Vs Borneo FC

Liga Lain
Man City Vs Arsenal: Meriam ke Kandang Macan, City 38 Laga Tak Terkalahkan

Man City Vs Arsenal: Meriam ke Kandang Macan, City 38 Laga Tak Terkalahkan

Liga Inggris
PSM Vs Borneo FC, Catatan Gemilang Tim Tamu Bikin Tavares Sulit Menutup Mata

PSM Vs Borneo FC, Catatan Gemilang Tim Tamu Bikin Tavares Sulit Menutup Mata

Liga Indonesia
Pengamat Malaysia Soroti Kemajuan Timnas Indonesia, Puji Prinsip STY

Pengamat Malaysia Soroti Kemajuan Timnas Indonesia, Puji Prinsip STY

Timnas Indonesia
Sorotan Media Korea Selatan ke 'Magis Shin Tae-yong' Bersama Timnas Indonesia

Sorotan Media Korea Selatan ke "Magis Shin Tae-yong" Bersama Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Gianluigi Buffon Bergabung, Italia Tak Akan Mengecewakan di Euro 2024

Gianluigi Buffon Bergabung, Italia Tak Akan Mengecewakan di Euro 2024

Internasional
Target Medali Indonesia Olimpiade Paris 2024 Tunggu Kualifikasi Semua Cabor

Target Medali Indonesia Olimpiade Paris 2024 Tunggu Kualifikasi Semua Cabor

Olahraga
Chelsea Vs Burnley: Sterling dan Pochettino Paham Kemarahan Fan

Chelsea Vs Burnley: Sterling dan Pochettino Paham Kemarahan Fan

Liga Inggris
Alphonso Davies Dapat Ultimatum Bayern, Madrid Pantau Situasi

Alphonso Davies Dapat Ultimatum Bayern, Madrid Pantau Situasi

Bundesliga
Persaingan Kiper Persebaya: Andhika Tahan Penalti, Ujian untuk Ernando Ari

Persaingan Kiper Persebaya: Andhika Tahan Penalti, Ujian untuk Ernando Ari

Liga Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com