RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com Kegagalan demi kegagalan telah mematangkan generasi emas Jerman dan Argentina. Tempaan pengalaman pahit itulah yang mengantar kedua tim ke final Piala Dunia Brasil 2014. Mereka mengulang pertemuan terakhir 24 tahun lalu, di Italia, untuk memenuhi janji membawa pulang gelar juara dunia.

Jerman terakhir kali mengangkat Piala Dunia 24 tahun lalu di Italia. Mereka menundukkan Argentina, 1-0. Ini pembalasan Jerman (waktu itu Jerman Barat) setelah dikandaskan Maradona dan kawan-kawan, 2-3, di final Meksiko 1986.

Setelah era Maradona berakhir di Piala Dunia 1990, Argentina tidak pernah mencapai final. Di sisi lain, Jerman terus tumbuh dan kembali mencapai final 2002, tetapi dikandaskan Brasil, 0-2.

Dua tahun kemudian, Jerman mengalami kemunduran karena gagal lolos penyisihan grup Piala Eropa 2004. Kegagalan itu menjadi awal revolusi penataan sistem pengembangan sepak bola mereka. Dalam dua tahun, Jerman yang dipimpin pelatih Juergen Klinsmann dan asistennya, Joachim Loew, bangkit. Mereka menembus semifinal Piala Dunia 2006.

Setelah Klinsmann mundur, Loew membawa Jerman ke final Piala Eropa 2008, tetapi kalah 0-1 dari Spanyol di final. Dua tahun kemudian, di Piala Dunia Afrika Selatan, skuad muda Jerman menembus semifinal, tetapi kembali disingkirkan Spanyol. Pemain Jerman yang rata-rata berusia 24,9 tahun itu sebenarnya disiapkan untuk Piala Dunia 2014.

Rencana itu menjadi kenyataan. Jerman kini memiliki generasi emas yang matang. Mereka adalah pemain angkatan 2009 yang menjuarai Piala Eropa U-21, seperti Mesut Oezil, Sami Khedira, Manuel Neuer, Benedikt Hoewedes, Mats Hummels, dan Jerome Boateng. Enam pemain itu masuk dalam 11 pemain inti Jerman di Brasil.

Loew memasukkan pemain senior, seperti Philipp Lahm, Bastian Schweinsteiger, dan Miroslav Klose, untuk menciptakan harmoni. Dia juga memasukkan dua pemain muda, Toni Kroos dan Thomas Mueller, yang menjadi pemain kunci di Brasil.

”Kami memiliki generasi pemain yang sangat berpengalaman. Kami telah matang dan berkembang bersama. Banyak pemain berpengalaman di laga penting bersama klub. Saya pikir, pengalaman mendalam pemain sangat penting untuk turnamen seperti ini,” ujar Lahm, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Agung Setyahadi.

Kepercayaan diri Jerman terangkat setelah menyingkirkan Perancis di perempat final dan menghajar Brasil, 7-1, di semifinal. ”Kami punya kesempatan membawa pulang gelar juara dan bertekad mengulang penampilan kami di semifinal,” kata Lahm.

Angkatan 2005

Generasi emas Jerman akan bertemu generasi emas Argentina yang dikenal dengan angkatan 2005. Tim asuhan Alejandro Sabella ini diperkuat enam pemain yang menjuarai Piala Dunia U-20 2005, yaitu Lionel Messi, Sergio Aguero, Pablo Zabaleta, Ezequiel Garay, Fernando Gago, dan Lucas Biglia.

Sabella mengombinasikan mereka dengan pemain senior, seperti Javier Mascherano dan Martin Demichelis. Sayap serang Angel di Maria dan kiper Sergio Romero merupakan angkatan 2007 yang membawa Argentina U-20 juara dunia. Pemain inti tim ”Tango” itu matang di kompetisi Eropa, seperti Mascherano di Barcelona.

Argentina dipastikan mempertahankan formula bertahan yang solid seperti melawan Belanda. Sementara itu, Jerman akan memaksimalkan bola mati jika permainan terbuka gagal. Jerman tidak banyak mencetak gol melalui bola mati, tetapi semua diciptakan saat situasi sulit.