KOMPAS.com- Harapan Brasil untuk meraih gelar keenam Piala Dunia di rumahnya sendiri kini dalam tanda tanya besar setelah kehilangan sang pemain bintang, Neymar. Sang bintang mengalami patah tulang belakang setelah dihantam pemain belakang Kolombia, Juan Zuniga, dalam laga perempat final, Jumat (4/7/2014).

Hilangnya Neymar ibarat bencana besar. Pemain berusia 22 tahun ini adalah roh tim ”Samba”. Brasil pantas panik. Hantu kegagalan di final Piala Dunia 1950 seakan bangkit membayangi.

Pelatih Felipe Luiz Scolari kini harus melawan egonya yang menciptakan ketergantungan kepada sosok Neymar dalam timnya. Padahal, legenda Brasil, Pele, sudah mengingatkan, tim Brasil sangat rentan. ”Neymar pemain yang bagus. Akan tetapi, tim ini juga perlu pemain seperti Ronaldinho, Kaka, atau Pato,” ujar Pele beberapa bulan menjelang Piala Dunia 2014.

Menurut Pele, baru kali ini ia melihat tim Brasil yang begitu lemah di lini depan, tetapi sangat kuat di lini belakang. Kualitas Fred, Hulk, atau Jo dinilai belum mumpuni. Itu sebabnya, ketergantungan kepada Neymar terlalu besar dan dibutuhkan pemain seperti Ronaldinho, Kaka, atau Pato untuk pelapis yang nyatanya tak dipanggil Scolari.

Hilangnya Neymar bahkan masih lebih buruk daripada Argentina jika kehilangan Lionel Messi. Di tim Argentina, Messi memang pemain kunci. Namun, tim ”Tango” masih punya pemain yang levelnya tidak terlalu jauh dan masih bisa diandalkan.

Mantan pelatih Inggris Glenn Hoddle menilai, tim Brasil sekarang sangat jauh berbeda dengan tim ”Samba” era 1970-an atau 1980-an. ”Tim Luiz Felipe Scolari bermain sangat pragmatis. Mereka cuma mengandalkan ’sulap’ dari Neymar. Jika Neymar bermain buruk, Brasil bukan tim istimewa,” kata Hoddle.

Pada usianya yang baru 22 tahun, Neymar sudah tampil untuk tim ”Samba” sebanyak 54 kali. Striker klub Barcelona ini juga sudah menyumbang 35 gol yang menempatkan dirinya di posisi keenam pencetak gol terbanyak di tim Brasil.

Sebelum laga lawan Kolombia, Neymar sudah mencetak empat gol. Terakhir ia mencetak gol dalam adu penalti yang dimenangi timnya atas Cile. Pada pertandingan melawan Kolombia, aksi Neymar berkali-kali merepotkan pertahanan lawan. Gol pertama Brasil yang dicetak kapten tim Thiago Silva juga tak lepas dari peran Neymar yang mengambil tendangan penjuru.

Dengan hilangnya Neymar, di lini depan Scolari hanya punya pilihan kepada Fred, Hulk, Oscar, Willian, Ramires, dan Bernard. Scolari bisa saja memasang tiga gelandang sekaligus dengan formasi Ramires di posisi gelandang kiri menggantikan peran Neymar, Oscar di tengah, dan Willian di kanan. Sementara di depan, Fred menjadi ujung tombak. Alternatif lainnya dengan tetap memasang Hulk di posisi gelandang kanan.

Menurut Hoddle, sulit bagi Brasil untuk memenangi Piala Dunia tanpa Neymar. ”Dalam dua tahun terakhir, Neymar tidak pernah absen dan selalu menjadi andalan dalam 38 pertandingan. Jadi, sulit untuk mengatakan Brasil akan melaju mudah tanpa Neymar,” ujarnya.

Menurut catatan Hoddle, Neymar pernah absen saat Brasil mengalahkan Denmark, 3-1, dalam laga persahabatan pada 31 Mei 2012. Namun, laga ini situasinya tidak akan sama saat Brasil menghadapi Jerman di semifinal tanggal 8 Juli.

Sebagian masyarakat Brasil masih optimistis Brasil bisa juara, seperti yang mereka lakukan di Piala Dunia 1962. Ketika itu, tim ”Samba” kehilangan Pele, tetapi tetap melaju. Bedanya, ketika itu Brasil tidak cuma punya Pele. Masih ada Garrincha dan Vava yang tampil menawan.

Di awal turnamen, Scolari mengatakan, ”Satu-satunya yang dia inginkan adalah Neymar bisa bermain dengan kegairahan. Dia pemain yang spesial.” Kini, Scolari harus melupakannya dan segera berpikir keras membawa timnya juara. (BBC/THE INDEPENDENT/ AFP/OTW)