RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com — Saat Kosta Rika memastikan tempat di perempat final, inilah sejarah terindah yang pernah dibuat negara berpenduduk 5 juta jiwa itu. Kini, tim sepak bola Kosta Rika yang berjuluk ”Los Ticos” punya asa untuk mengejar impian terbesar menembus semifinal Piala Dunia Brasil 2014 saat menghadapi Belanda di Stadion Arena Fonte Nova, Salvador, Minggu (6/7/2014) pukul 03.00 WIB.

”Kami memang harus realistis melihat peluang menghadapi Belanda. Akan tetapi, ini juga saatnya bagi kami untuk berani bermimpi,” kata pelatih Kosta Rika Jorge Luis Pinto.

Sejauh ini mental pemain Kosta Rika sudah teruji. Mereka tidak pernah diunggulkan selama berada di grup maut bersama Italia, Inggris, dan Uruguay. Namun, justru Los Ticos yang juara Grup D dan melaju hingga perempat final.

Keunggulan Kosta Rika adalah mereka sangat sabar menanti momen yang tepat untuk melumpuhkan lawan. Mereka mengundang lawan menyerang. Lima bek mereka menikmati tekanan lawan. Saat melawan Belanda, bek tengah Giancarlo Gonzalez dan Michael Umana akan menjadi tulang punggung pertahanan karena bek tengah ketiga Oscar Duarte diganjar kartu merah saat melawan Yunani.

”Kosta Rika tumbuh di dalam turnamen, sama seperti Belanda. Setipis apa pun perbedaan kekuatan antartim dan kelemahan sekecil apa pun nanti akan berujung pada kekalahan,” ujar pelatih legendaris Bora Milutinovic saat menyaksikan latihan tim Belanda di Stadion Jose Bastos Padilha, Rio de Janeiro, Selasa.

Milutinovic pernah memimpin lima tim berbeda di Piala Dunia, yaitu Meksiko (1986), Kosta Rika (1990), Amerika Serikat (1994), Nigeria (1998), dan Tiongkok (2002). Pelatih asal Serbia itu menilai, laga Belanda dan Kosta Rika akan sangat ketat. ”Kosta Rika kini berbeda dengan saat saya menjadi pelatih. Mereka kini memiliki lini belakang yang sangat tangguh dan pemain depan yang cepat,” ujarnya.

Kosta Rika baru kemasukan dua gol dalam empat laga Piala Dunia 2014. Laga 16 besar melawan Yunani semakin mengukuhkan kekuatan pertahanan Kosta Rika. Mereka memaksa Yunani menjalani adu penalti meskipun bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-66.

Produktivitas gol Kosta Rika tidak berlimpah, hanya lima dalam empat laga. Namun, setiap kali mencetak gol lebih dulu, barisan lini belakang akan menjaga keunggulan itu mati-matian. Pertahanan mereka semakin kokoh dengan kiper Keylor Navas yang melakukan tujuh penyelamatan gemilang saat melawan Yunani.

”Kami akan terus bertarung. Kami melihat sesuatu yang indah, tetapi kami ingin berkembang dan lebih baik. Belanda adalah tim kelas dunia dengan pemain hebat,” ujar Pinto.

Yang menarik, Kosta Rika dan Belanda sama-sama membangun tim dari lini belakang dengan memasang lima pemain bertahan. Pertahanan harus kokoh bak benteng yang tak bisa ditembus dan bisa cepat menepis serangan lawan. Namun, tim harus fleksibel untuk bisa cepat membangun serangan yang kuat.

Strategi itu diterjemahkan tim ”Oranye” dengan taktik formasi 5-3-2 dan variasinya, 4-3-3. Adapun Ticos memilih 5-4-1 dengan variasi 4-3-3 dan 5-3-2 saat menyerang.

Pelatih Belanda Louis van Gaal akan lebih berhati-hati menghadapi Kosta Rika yang memiliki sayap serang Bryan Ruiz. Pemain Fulham yang musim lalu dipinjamkan ke klub Belanda, PSV, itu telah mencetak dua gol. Ruiz juga lihai melepaskan umpan panjang untuk disantap striker Joel Campbell.

Dua pemain ini punya kecepatan lari maksimal 33,8 kilometer per jam. Mereka rajin melakukan sprint menembus kotak pertahanan lawan. Kecepatan serangan balik inilah yang membuat Italia tersingkir dan Uruguay kalah.

Van Gaal sangat sadar pada kemampuan tim kuda hitam Kosta Rika. Ia membutuhkan strategi yang segar untuk menembus pertahanan Ticos. Laga melawan Meksiko menjadi pelajaran penting. Saat situasi buntu dalam pola 5-3-2, Oranye harus segera beralih ke 4-3-3 untuk lebih banyak menciptakan peluang gol. Perubahan ini dilakukan saat melawan Meksiko.

Namun, Belanda tetap memiliki senjata mematikan di lini depan yang telah mencetak 12 gol. Arjen Robben yang dalam kondisi bugar akan kembali menjadi tumpuan lini serang bersama Wesley Sneijder dan Robin van Persie. (BBC/AFP/OTW)