SAO PAULO, KOMPAS.com — Argentina belum bisa melepaskan diri dari ketergantungan pada Lionel Messi. Tim berjuluk ”La Albiceleste” kembali bergantung pada kecemerlangan Messi untuk menundukkan Swiss, 1-0, pada laga babak 16 besar Piala Dunia 2014 di Arena Corinthians, Sao Paulo, Selasa (1/7/2014). Ketergantungan ini bisa mengganjal Argentina saat melawan kuda hitam Belgia di perempat final.

Messi kembali menjadi penentu hasil pertandingan meskipun tidak mencetak gol. Ia menginspirasi gol Angel di Maria pada menit ke-118 berkat kejernihan visi, kecerdikan, dan kematangan mental sebagai pemimpin tim. Setelah menerima umpan dari lini tengah, Messi memiliki peluang untuk melepaskan tendangan langsung ke gawang Swiss. Namun, ia melihat peluang lebih bagus saat Di Maria menusuk melalui sisi kanan.

”Saya sempat berpikir seharusnya saya mengambil kesempatan itu untuk mencetak gol. Namun, saya melihat Angel di kanan. Saya melepaskan umpan kepada dia dan bersyukur kami bisa mencetak gol,” ujar Messi dalam konferensi pers seusai pertandingan.

Atas penampilan itu, Messi pun terpilih menjadi pemain terbaik untuk keempat kali selama Piala Dunia ini.

Melawan Swiss, Messi menjalani laga yang sulit karena selalu dikawal tiga pemain lawan. Ruang geraknya sangat sempit. Sepanjang 120 menit, Messi hanya melepaskan satu tendangan ke gawang dari dua usaha. Sementara Di Maria melepaskan 10 tendangan ke gawang dari 12 kesempatan. Pemain sayap Real Madrid itu sangat agresif, tetapi umpan-umpan silangnya sering membentur pemain bertahan Swiss yang sangat disiplin.

Saat Swiss bertahan rapat dengan ruang tembak sempit, hanya Messi yang bisa meliuk-liuk di jantung pertahanan lawan. Dalam situasi seperti itu, Di Maria, Ezequiel Lavezzi, dan Gonzalo Higuain lebih sering melepaskan tendangan jarak jauh.

Tugas Messi menjadi sangat sulit ketika tidak ada pemain Argentina lain yang bisa menarik bek lawan meninggalkan posisinya. Peran membuka pertahanan lawan ini biasa dijalankan Sergio Aguero yang cedera.

Taktik bermain rapat dan mengawal Messi racikan pelatih Swiss Ottmar Hitzfeld itu bisa menjadi model bagi Belgia untuk menyingkirkan Argentina di perempat final. Pelatih Belgia Marc Wilmots kini memiliki skuad yang lengkap setelah Romelu Lukaku kembali mencetak gol saat melawan Amerika Serikat. Gol Lukaku ke gawang Amerika Serikat merupakan gol internasional pertamanya sejak 1 Juni.

Belgia melaju ke perempat final setelah menang 2-1 atas Amerika Serikat. Gol pertama Belgia dicetak Kevin de Bruyne, asis dari Lukaku. Satu gol Amerika Serikat dicetak Julian Green.

Beruntung

Messi menilai, Argentina beruntung bisa memenangi laga yang sangat ketat itu. Semua pemain menderita karena pertandingan memeras seluruh kemampuan teknik, konsentrasi, dan motivasi untuk menang. Pertandingan ini sangat penting bagi tim karena pemain tahu cara mengatasi situasi seperti itu. Mereka bisa memaksakan pertandingan berakhir tanpa adu penalti.

”Saya sempat khawatir karena kami tidak bisa mencetak gol dan kesalahan apa pun bisa melempar kami keluar dari Piala Dunia. Kami tidak ingin menjalani adu penalti dan kami ingin memenangi pertandingan pada babak perpanjangan waktu,” tutur Messi.

Ia menegaskan, di babak sistem gugur, semua pertandingan akan berlangsung imbang. Kemenangan ditentukan oleh detail permainan. Laga melawan Swiss merupakan pelajaran untuk mempersiapkan pertandingan sebaik mungkin.

Pelatih Argentina Alejandro Sabella menilai, anak-anak asuhnya menunjukkan permainan yang cerdas secara tim. Laga ini layak dimenangi Argentina yang menguasai pertandingan pada babak kedua. Mereka juga menciptakan peluang gol, bahkan setelah Di Maria mencetak gol pada menit ke-118.

Mengenai peluang final Argentina melawan Brasil seperti yang diinginkan sebagian besar penggemar sepak bola, Sabella mengatakan, saat ini ia tidak memimpikan final. Sabella selalu menghindari pertanyaan mengenai Argentina dan Brasil. Ia tidak ingin terlibat dalam polemik dan memilih fokus pada timnya.

”Tidak, tidak. Mimpi kami adalah menyiapkan tim untuk menghadapi pertandingan berikutnya dan lolos ke semifinal. Kami tidak melihat terlalu jauh, tetapi setahap demi setahap. Meski saat ini sudah tidak ada Spanyol, Italia, Uruguay, Portugal, dan yang lainnya, semua laga tetap sulit,” tegas Sabella.