COTIA, KOMPAS.com — Bagi skuad Kolombia, tidak ada lagi tim yang harus ditakuti. Nyali anak-anak asuh pelatih senior Jose Pekerman ini sangat tebal setelah menggilas Uruguay, 2-0, di babak 16 besar Piala Dunia. Tim berjuluk ”Los Cafeteros” pun mulai bermimpi menjadi juara dunia.

Mimpi itu mengobarkan motivasi untuk mengalahkan Brasil di perempat final, 4 Juli. ”Kami tidak takut kepada mereka (Brasil). Namun, kami tetap menghormati mereka yang memiliki sejarah panjang dan pemain-pemain bagus,” ujar gelandang Kolombia, Carlos Sanchez, dalam konferensi pers di pusat latihan Cotia, Sao Paulo, Brasil, Senin (30/6), yang dihadiri wartawan Kompas, Agung Setyahadi.

”Saya setuju dengan Carlos. Kami tidak takut kepada mereka meski mereka tim tuan rumah dan punya banyak pemain bagus serta didukung suporter yang sangat banyak. Kami hormati mereka, tetapi kami tidak takut kepada mereka,” kata pemain serang Kolombia, Adrian Ramos.

Kepercayaan diri skuad Kolombia semakin tebal setelah menuai poin sempurna di babak penyisihan Grup C. Mereka menggulung Yunani 3-0, Pantai Gading 2-1, dan Jepang 4-1. Di babak 16 besar, Kolombia menundukkan Uruguay 2-0 berkat dua gol James Rodriguez.

Pemain sayap kiri Kolombia itu menyuntikkan kepercayaan diri kepada rekan-rekannya setelah kehilangan Radamel Falcao yang cedera lutut. Sebelum Falcao cedera, skuad Kolombia bermain untuk mendukung bomber maut AS Monaco itu. Setelah itu, para pemain Kolombia saling mendukung dan menciptakan permainan kolektif yang solid.

Perubahan ini membuka jalan bagi Rodriguez dan Juan Cuadrado yang bermain di sayap kiri dan kanan untuk mengeluarkan kemampuan maksimal mereka. Kedua pemain ini menjaga filosofi sepak bola menyerang yang diterapkan oleh Pekerman.

”Ini saatnya Brasil mengkhawatirkan kami karena kami kini memiliki senjata,” ujar Ramos.

Ramos dan Sanchez menegaskan, Kolombia tidak perlu mengubah pola permainan menyerang saat melawan Brasil. Semua pemain percaya, pola permainan yang diterapkan selama ini adalah yang terbaik dan telah membuahkan empat kemenangan.

”Kolombia akan terus memainkan sepak bola menyerang, melanjutkan apa yang telah kami lakukan,” ujar Sanchez.

”Sekarang kami ada tantangan di perempat final dan kami menjaga mimpi kami untuk terus mencetak sejarah. Kami akan melakukan yang terbaik untuk meraih itu,” ujar pemain klub Spanyol, Elche, itu.

Di Brasil, Kolombia mencetak sejarah baru dengan lolos ke perempat final. Ini pertama kalinya mereka melaju ke babak delapan besar dalam lima penampilan di putaran final. Pada empat Piala Dunia, yaitu 1962, 1990, 1994, dan 1998, Kolombia tersingkir pada penyisihan grup.

”Saya yakin kemungkinan (juara) itu ada. Namun, kami harus fokus pada pertandingan yang akan kami hadapi satu per satu. Jika berhasil mengalahkan Brasil, kami bisa mulai memikirkan final,” kata Sanchez tegas.

Gelandang bertahan berusia 28 tahun itu merupakan pemain kunci Kolombia sejak debutnya pada 2007. Sanchez, yang memiliki kekuatan dan stamina istimewa, menjadi sorotan di Copa America 2011 karena sukses meredam Lionel Messi. Di Piala Dunia 2014, ia kembali tampil brilian dengan menjaga pergerakan gelandang Pantai Gading, Yaya Toure.

Sejak Pekerman memimpin Kolombia, Januari 2012, Sanchez menjadi pilihan utama. Pemain berjuluk ”La Roca”—karena solid seperti batu—itu akan kembali jadi andalan lini tengah Kolombia untuk meredam Neymar saat bertemu Brasil di Fortaleza. Sanchez mengatakan telah mempelajari kelemahan Brasil.

”Brasil bukan hanya Neymar. Pemain lainnya juga sangat bagus di semua posisi. Neymar memang jadi tolok ukur, tetapi banyak pemain bintang di sana. Semoga saya bisa menghentikan dia,” ujar Sanchez.

Kunci melawan Brasil adalah mengendalikan emosi. ”Sekarang kami harus yakin kami adalah tim besar. Kami bisa mengalahkan tim mana pun. Kami akan melakukan yang terbaik dan menang melawan Brasil,” kata Ramos optimistis.