SALVADOR, Kompas.com — ”Penghinaan dan bencana”. Itulah pilihan kata yang dikutip sebagian besar media di Spanyol untuk menggambarkan kekalahan 1-5 Spanyol dari Belanda dalam laga pembuka Grup B Piala Dunia 2014 di Salvador, Brasil, Sabtu (14/6/2014) dini hari waktu Indonesia.

Kedigdayaan sepak bola Spanyol seolah runtuh seketika. Pelampiasan kekecewaan dan kesedihan bahkan tidak cuma dengan kata-kata. Foto penjaga gawang Iker Casillas yang bertekuk lutut di antara dua pemain Belanda, Arjen Robben dan Wesley Sneijder, dipampang besar di halaman muka koran. Spanyol seperti sedang berduka.

Beberapa saat setelah pertandingan usai, para pemain Spanyol tertunduk lesu dan berjalan dengan langkah gontai menuju ruang ganti. Penjaga gawang Iker Casillas dan Xavi Hernandez memasang raut muka kecut dalam sesi acara jumpa pers.

Suasana senyap dan sendu terus menggelayuti wajah-wajah kuyu pemain Spanyol saat mereka meninggalkan stadion menuju bus. Begitu duka sehingga puluhan wartawan yang menunggu tak ada yang tega mengajukan sepenggal pertanyaan, begitu dilaporkan situs BBC.

”Ini kekalahan paling menyakitkan dalam hidup saya. Namun, kami masih di turnamen ini. Semua belum berakhir,” kata Xavi.

Menurut dia, semua anggota tim telah dipermalukan dengan lima gol Belanda. ”Ini karena kami bermain sangat buruk, semuanya amat buruk,” ujar Xavi.

Ini merupakan kekalahan terburuk yang dialami juara bertahan di sepanjang sejarah Piala Dunia. Bagi Spanyol, kekalahan dengan angka mencolok ini merupakan yang kedua kali setelah Piala Dunia 1950. Ketika itu, mereka takluk 1-6 dari tuan rumah Brasil. Namun, bagi Spanyol, kekalahan di laga perdana Piala Dunia bukanlah yang pertama.

Pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Spanyol juga kalah di laga pertama dari Swiss, 0-1. Namun, Spanyol bisa bangkit, sampai akhirnya tampil sebagai juara dengan mengalahkan Belanda 1-0 di partai puncak.

Beberapa pengamat menilai, situasi 2010 tidak sama dengan situasi sekarang. Pada Piala Dunia 2014, Spanyol datang dengan status juara bertahan. Kekalahan dari Belanda pun lebih menyakitkan karena jumlah gol yang bersarang sampai lima.

Secara psikologis, ini akan berdampak besar pada penampilan Spanyol berikutnya yang akan menghadapi Cile dan Australia. Terlebih beberapa saat setelah duel Spanyol-Belanda berakhir, Cile mengalahkan Australia 3-1.

Spanyol benar-benar terpojok. Mereka harus bisa menyapu kemenangan di dua laga terakhir.

Percaya diri

Di awal pertandingan, Spanyol tampil sangat percaya diri. Terlebih setelah unggul 1-0 lewat gol eksekusi tendangan penalti Xabi Alonso pada menit ke-27. Gol ini seolah meyakinkan mereka bahwa mereka bisa menaklukkan Belanda lagi seperti di final Piala Dunia 2010. ”La Furia Roja” bahkan punya peluang bagus menambah satu gol seandainya sontekan gelandang David Silva gagal ditepis penjaga gawang Belanda, Jasper Cillessen.

Menurut pelatih Spanyol Vicente del Bosque, seandainya sontekan Silva masuk, hasil pertandingan akan berbeda. Menurut dia, keunggulan 2-0 akan membuat pemain Belanda lebih tertekan, sedangkan pemainnya akan lebih percaya diri.

Yang terjadi, Belanda justru membuat kejutan. Mereka menyamakan kedudukan, 1-1, lewat aksi brilian Robin van Persie yang ”terbang” menanduk umpan silang Daley Blind.

Di masa jeda, pelatih Belanda Louis van Gaal mampu memotivasi pemainnya. Hasilnya, mereka tampil lebih terbuka dan berani menekan. Sebaliknya, pemain Spanyol justru gugup. Barisan pertahanan meninggalkan banyak celah.

Robben dengan tenang menyontek bola setelah memperdaya Sergio Ramos. Keunggulan Belanda pun bertambah setelah Van Persie mencuri bola yang salah diantisipasi dengan baik oleh kiper Casillas. Robben pun menutup kemenangan menjadi 5-1 lewat aksi brilian adu sprint dengan Ramos hampir separuh lapangan, sebelum mengecoh Casillas, Ramos, dan Gerard Pique yang berupaya menutup ruang di bawah mistar.

”Kepala kami benar-benar tertunduk setelah gol ketiga. Kami tahu, setelah tertinggal 1-3, semuanya telah berakhir. Kami pun harus mengakui kekalahan ini. Yang harus kami lakukan kini adalah memikirkan pertandingan melawan Cile,” kata Casillas, yang paling dituding bersalah dalam pertandingan ini.

Del Bosque menegaskan, tidak ada satu pemain pun yang disalahkan. Semua jadi tanggung jawabnya. Dia masih yakin timnya bisa bangkit. Namun, dia tak lepas dari kritik. Del Bosque dianggap terlalu memaksakan diri untuk memasang Diego Costa dibandingkan David Villa atau Fernando Torres sebagai ujung tombak. Terlebih, kondisi Costa masih meragukan setelah cedera.

Di lain pihak, Van Gaal mendapat banyak pujian. Kebijakannya memainkan Blind dan Daryl Janmaat sebagai pemain bek yang aktif bergerak ke depan mengingatkan orang pada gaya total football yang pernah diusung Belanda. ”Belanda memainkan gaya aslinya. Ini membuat Spanyol tak berdaya,” kata mantan striker klub Arsenal dan timnas Perancis, Thierry Henry.

Sementara mantan kapten tim Inggris, Alan Shearer, secara khusus memuji penampilan Robben dan Van Persie. (BBC/FOOTBAlLESPANA/ AFP/REUTERS/OTW)