MADRID, KOMPAS.com — Mantan Presiden Real Madrid, Ramon Calderon, mengaku bersyukur Los Galacticos mengakhiri kerja sama dengan Pelatih Jose Mourinho musim depan. Ia menilai keputusan itu tepat karena membawa Mourinho ke Santiago Bernabeu adalah sebuah kesalahan.
Mourinho dipastikan tak akan menukangi Madrid musim depan setelah Presiden Florentino Perez membuat pernyataan resmi, Senin (20/5/2013). Kegagalan meraih satu trofi pun disebut sebagai alasan utama mengakhiri kerja sama dengan pelatih asal Portugal tersebut.
Calderon mengatakan, selama dilatih Mourinho, Madrid memiliki rekor terburuk sepanjang sejarah. Meski begitu, pria yang memimpin Madrid pada periode 2006 hingga 2009 itu menilai para petinggi Madrid, khususnya Presiden Florentino Perez, juga harus bertanggung jawab atas minimnya prestasi Madrid dalam beberapa tahun terakhir.
"Tentu saja dia (Mourinho) telah gagal. Ini adalah rekor terburuk dari setiap pelatih Madrid dalam tiga tahun terakhir. Saya menegaskan, itu (tanpa gelar) bukan satu-satunya alasan. Anda dapat gagal di sebuah klub dengan berbagai alasan," ujar Calderon seperti dilansir The Sun.
"Apa yang saya tidak suka beserta beberapa pendukung Madrid lainnya adalah cara dia berperilaku. Saya tidak mengetahui apa yang dia lakukan di Inggris. Tetapi, perilakunya di Spanyol tidak cocok dengan sejarah besar Real Madrid. Kami memiliki bagian himne di mana mengatakan 'Ketika kami kalah, kami tetap berjabat tangan'. Kita tidak mencolok jari mata orang lain, seperti apa yang dilakukannya kepada Tito Vilanova," sindirnya.
"Saya selalu mengatakan bahwa dia bukan satu-satunya yang harus disalahkan. Itu juga harus dipertanyakan kepada orang-orang yang membawanya ke Real Madrid. Mourinho sudah seperti itu sebelum dia datang ke Madrid. Setelah insiden itu (colok mata Vilanova), kami memiliki sebuah spanduk besar 60 meter di belakang gawang, yang ditunjukkan kepada Presiden (Perez), dengan kalimat 'Mou, jari Anda menunjukkan cara kita bermain'," jelasnya.
Calderon mengatakan, insiden antara Mourinho dan Vilanova adalah bentuk pemicu kekerasan yang tidak dapat diterima. Oleh karena itu, ia menyesali jika Perez menyetujui keputusan klub untuk memboyong mantan pelatih Chelsea tersebut.
Menurut Calderon, Perez saat ini hanya memikirkan cara instan, yaitu dengan gelontoran dana besar miliknya. "Untungnya dalam hidup, Anda tidak bisa membeli kesuksesan dan itu justru akan berakibat kegagalan. Karena itu, dia (Perez) memutuskan untuk pergi jauh (dari cara berpikir yang sebenarnya). Dia melakukan sesuatu yang bahkan lebih buruk dari Mourinho dengan membenarkan segala cara," kata Calderon.
"Dia berpikir bahwa dengan memenangi Liga Champions akan cukup. Jadi, seluruh fondasi klub ini telah runtuh. Sekarang, saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan Mourinho. Tetapi, saya pikir akan menjadi bantuan bagi Madrid jika dia (Mou) pergi," katanya lagi.
Saat mengumumkan bahwa Mourinho tidak lagi menangani Madrid musim depan, Perez mengaku bahwa pihaknya tidak memecat Mourinho. Menurutnya, keputusan itu diambil melalui kesepakatan bersama karena Mourinho sendiri telah merasa tidak nyaman berada di Spanyol.
Calderon pun mengaku tidak sependapat dengan pernyataan Perez tersebut. Ia menilai, salah satu alasan pemutusan kerja sama itu bukan karena Mourinho tidak tahan dengan tekanan bekerja di Spanyol.
"Saya pikir kepergiannya diharapkan oleh semua orang (di Spanyol), jika mempertimbangkan situasi selama satu tahun terakhir. Keadaan Madrid sudah sangat sulit dan perilakunya belum tepat," kata Calderon.
"Mendengarkan Presiden, saya tidak berpikir Mourinho akan senang dengan apa yang dia katakan bahwa dia tidak bisa mengatasi tekanan. Dia bukan orang semacam itu. Dia sangat suka tekanan dan dia senang dengan hal itu. Saya tidak berpikir Mourinho adalah salah satu orang yang bisa menderita dengan tekanan."
"Sebaliknya, dia akan merasa senang dengan tekanan itu karena dia merasa seperti bintang. Dia suka hal itu. Saya mengaku memang itu tidak baik bagi Mourinho, tetapi saya berpikir karakternya telah membuat hidupnya lebih sulit."
"Saya tidak tahu apakah mereka benar-benar memiliki kesepakatan atau apakah Real Madrid yang memutuskan untuk memecatnya. Saya tidak yakin. Saya sangat bersemangat untuk tahu apa yang akan Mourinho katakan setelah Presiden mengatakan dia tidak bisa mengatasi tekanan."
"Dia pasti sangat marah pada saat ini dan saya tidak sabar untuk mendengar apa yang akan dia katakan ketika dia berada di Inggris nanti," tutup Calderon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.