Dalam laga menjamu Aston Villa, Senin lalu, sekitar 75.000 suporter MU meneriakkan yel-yel dengan kekuatan suara maksimal, ”
”Luar biasa perasaan ini,” kata Van Persie. ”Ini tim yang fantastis dan para pemain yang fantastis. Ini gelar juara bagi semua pemain.”
Bagi Ferguson, ini gelar juara liga ke-13 dari total 49 trofi yang dia persembahkan sejak melatih MU pada 1986. Menurut Ferguson, sukses menjuarai musim ini secara cepat—ada empat laga tersisa bagi MU—merupakan respons atas peristiwa traumatis musim lalu. ”Anda harus kagum atas fokus yang kami perlihatkan musim ini. Kami ulet. Konsistensi kami bagus,” katanya.
Kendati performa individu Van Persie memegang peran penting, sukses MU dibangun di atas ambisi kolektif seluruh tim untuk kembali juara. Penampilan David de Gea, Rafael da Silva, Danny Welbeck, dan Michael Carrick juga berkesan.
Dari sosok Welbeck, Ferguson membuktikan kepercayaannya kepada pemain muda. Dalam usianya yang masih 22 tahun, perjalanan Welbeck masih panjang. Ia disebut-sebut hampir menyamai kelas sejumlah mantan striker MU, seperti Andy Cole, Dwight Yorke, Teddy Sheringham, atau Dimitar Berbatov.
”Banyak pemain muda di tim ini. Ini tim yang masih bisa berbicara dalam waktu lama dan mudah-mudahan mereka mampu membuktikan,” ungkap Ferguson. Selain Welbeck, masih ada Javier Hernandez, David de Gea, Rafael, Phil Jones, Chris Smalling, Alexander Buttner, Tom Cleverley, Shinji Kagawa, dan Nick Powell, yang usia mereka masih di bawah 25 tahun.
Deretan pemain muda itu dikombinasikan dengan kematangan pemain veteran, seperti Ryan Giggs dan Paul Scholes. Giggs memasuki usia ke-40 tahun dan telah memperpanjang kontrak di MU hingga musim depan. Ia masih menjadi bagian penting untuk memperkokoh MU musim depan.
”Dia ajaib,” kata Ferguson mengenai Giggs. Pemain asal Wales selalu menjadi bagian penting MU—selalu mencetak gol—saat klub itu 13 kali juara liga di bawah Ferguson. ”Dia masih bisa bermain dua musim lagi. Percayalah.”
Seperti dua sisi dari satu keping mata uang, konsistensi permainan MU yang berbuah gelar juara musim ini juga tak lepas dari buruknya penampilan City pada pertengahan musim, kisruh manajerial yang mewarnai ruang ganti Chelsea, dan Arsenal yang lambat dalam start.
Setelah sukses mengamankan gelar, roda keperkasaan MU masih terus berputar. Masih ada empat laga. Seperti yang kerap diucapkannya, Ferguson tak mau menoleh ke belakang.
Satu hal yang dia instruksikan kepada pemain, membidik rekor perolehan poin juara yang saat ini dipegang Chelsea (95 poin) pada musim 2004-2005. Rekor itu bakal pecah jika MU memenangi keempat laga sisa.
Apalagi, trofi juara baru akan mereka dapatkan dalam upacara penyerahan setelah laga kandang MU terakhir lawan Swansea City, 12 Mei. Tentu, bakal sempurna jika trofi diraih dan rekor Chelsea juga dilampaui. (AP/ AFP/REUTERS/ BBC/GUARDIAN)