Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Kelola Kompetisi dengan Sistem Bapak Angkat

Kompas.com - 15/03/2013, 15:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) berharap, liga bisa dikelola dengan baik dari segi manajemen dan bisnis. Dengan hal tersebut, APPI yakin tidak akan muncul lagi persoalan tunggakan gaji pemain yang dilakukan klub.

Seperti diketahui, terjadi dualisme kompetisi sepak bola Indonesia, yakni Indonesia Super League (ISL) dan Indonesian Premier League (IPL). Demi menyelesaikan persoalan itu, FIFA meminta PSSI menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) pada 17 Maret mendatang.

KLB akan mengagendakan empat hal, yakni penyatuan kompetisi, revisi statuta, pengembalian Komite Eksekutif PSSI yang sebelumnya dipecat, dan peserta kongres adalah pemilih saat Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI pada Juli 2011. Agenda itu sesuai Memorandum of Understanding (MoU) antara PSSI dan KPSI di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Maret 2012.

"APPI berharap adanya satu organisasi PSSI yang saling mengakui dan diakui. Kita gak bisa lepas dari empat agenda tersebut. Timnas sudah ada kemajuan seperti yang kita inginkan yakni satu timnas. Mudah-mudahan ini bukan karena nilai tawar. Namun, hal ini diharapkan bisa memberikan perubahan," tutur Manajer Umum APPI, Valentino Simanjuntak, kepada Kompas.com, Jumat (15/3/2013).

Bagi APPI, poin yang paling penting untuk segera diselesaikan adalah penyatuan liga. Dengan adanya kompetisi kembar, memunculkan berbagai masalah di antaranya banyak klub yang menunggak gaji pemainnya, kericuhan dalam pertandingan, pelarangan pemain membela timnas, dan lain-lain. Sampai saat ini, sejumlah klub masih belum menyelesaikan tanggungjawabnya kepada pemain.

"Nantinya, klub bisa berkompetisi ketika tidak ada tunggakan lagi terhadap pemain. Pada saat memulai liga, klub bisa memberikan jaminan bahwa klub bisa membayar pemain selama satu musim. Harapan kita seperti itu," tegas Valentino.

Klub-klub, lanjut APPI, harus mematuhi segala klausul kontrak pemain yang selama ini cenderung diabaikan. Salah satunya adalah klausul kontrak mengenai asuransi kesehatan pemain.

Dalam standar kontrak pemain yang terdapat di manual liga ISL 2012/13, pada artikel keenam mengenai kewajiban klub dijelaskan bahwa klub berkewajiban untuk memberikan jaminan kesehatan dalam bentuk asuransi atau bentuk perlindungan pemain.

"Praktiknya, 'kan, tidak ada. Ini sudah penyimpangan. Hal ini tidak bisa dimaklumi. Tapi, seakan dibikin maklum," beber Valentino.

Karena itu, APPI berharap, kompetisi bisa di kelola dengan baik ke depannya. Perlu ada sistem manajemen dan bisnis yang baik dalam mengelola kompetisi. Bukan sistem bapak angkat.

"Soal modelling-nya, bapak-bapak itu jauh lebih pintar. Model mana yang lebih tepat untuk Indonesia. Yang lebih penting, bagaimana mematuhi model yang disepakati dan dijalankan dengan sungguh-sungguh. APPI melihat yang sering menjadi kendala adalah pengelolaan. Bagaimana bisa dikelola dengan sistem manajemen dan bisnis yang baik. Bukan sistem kebapakangkatan. Menurut APPI, jauh lebih baik ke depannya meskipun pertama-tama akan berdarah-darah," ulas Valentino.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com