Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Pemain Kompak, Perpecahan Bisa Dihentikan

Kompas.com - 20/01/2013, 16:04 WIB

KOMPAS.com -- Kendala yang dihadapi Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) tidak hanya datang dari luar. Kendala itu juga muncul dari kalangan pemain sepak bola sendiri yang masih enggan menyuarakan kepentingan mereka sendiri. Padahal, andaisaja mereka sadar dan berani, para pemain itu memiliki kekuatan dan daya tawar yang tinggi saat berhadapan dengan klub, federasi, atau pihak-pihak lain.

Bahkan, di tengah konflik dan perpecahan sepak bola di Tanah Air yang tidak menunjukkan tanda-tanda bakal berakhir, pemain bisa mengambil peran penting untuk ikut menghentikan konflik dan perpecahan itu. Bambang Pamungkas telah memberi contoh langsung, seperti dipaparkannya dalam lanjutan wawancara berikut ini:

Anda secara ekonomi sudah mapan. Apa yang mendorong Anda untuk terus memperjuangkan itu semua?

Itu yang saya bilang. Dengan perjalanan karier saya, dengan perjalanan karier semua anggota Exco   --di sana ada saya, Kurniawan (Dwi Julianto), Ponaryo, Firman Utina, ada (Ahmad) Bustomi, ada Bima Sakti. Artinya, mereka pemain-pemain yang sudah kenyang main di Liga Indonesia, dari segi ekonomi, alhamdulillah mungkin kami sudah mapan.

Tetapi, ada tanggung jawab moral bagi kami untuk melindungi generasi di bawah kami. Artinya, bahwa kami mungkin sudah sedikit-banyak mengalami segala permasalahan di dunia sepak bola Indonesia. Kami tidak ingin, permasalahan itu juga menimpa pemain-pemain yang nantinya --pemain yang saat ini berada di usia 12, 14, 15 (tahun)-- mengalami hal yang sama.

Kita ingin, sekali kali, saya katakan, menata sebuah pondasi yang bagus yang kokoh yang nantinya mereka nyaman bermain sepak bola. Itu adalah dasar pemikiran kami. Jadi, kami tidak hanya berpikir untuk kami, tetapi berpikir ke depan buat generasi di bawah kami.

Kalau bicara mengenai pemain muda, maka tidak pernah ada kata menyerah bagi kami. Karena, saya yakin, banyak bibit atau banyak potensi yang kita punya. Sayang, mereka sangat ingin mencapai hasil maksimal. Dengan adanya kenyamanan dan proteksi bermain, mereka bisa bermain dengan maksimal. Itu yang kita harapkan. Memang ini hal yang berat untuk mengawali. Tetapi, kalau tidak sekarang, maka kapan lagi?

Tetapi, pemain seperti tidak berdaya dan kehilangan orientasi, terlebih saat sepak bola kita mengalami perpecahan seperti saat ini....

Itu yang tadi saya katakan. Kebersamaan pemain masih sangat kurang. Artinya, kesadaran berorganisasi itu yang masih minim. Itu yang sebenarnya ingin kita encourage dari sekarang. Keberadaan APPI sebenarnya adalah, pertama, untuk mengedukasi dan baru memproteksi pemain.

Tetapi, sekarang ini berubah. Karena begitu terbentuk, (APPI) terbentur dengan permasalahan yang luar biasa. Kita harus memproteksi dulu, baru pelan-pelan mengedukasi mereka. Jadi sebenarnya ada perubahan orientasi dulu dari kinerja APPI.

Tetapi, sekali lagi, itulah kondisi sekarang yang kita hadapi. Bahwa pemain masih, saya tidak ingin mengatakan mereka takut, tetapi mereka masih, bingung. Mereka masih belum menyadari. Jadi, lambat-laun kami ingin mereka segera sadar. Mereka segera mengerti bahwa pemain adalah aset. Kami ingin, mereka juga mengerti pemain adalah komponen paling penting dari  sebuah olahraga sepak bola ini sehingga nantinya mereka berani bersikap.

Andai saja ada kebersamaan pemain, apakah Anda berpikir, itu juga bisa mengurangi atau bahkan menghentikan perpecahan?

Tentu. Sebagai contoh ketika waktu itu saya memboikot tim nasional, ketika saya tidak ingin bergabung timnas KPSI (Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia) maupun timnas PSSI. Artinya, kalau kita melakukan itu, kedua tim tidak mempunyai pemain. Mau tidak mau mereka harus duduk satu meja untuk menyelesaikan permasalahan.

Tetapi, ketika mereka sama-sama mempunyai tim, semua akan berjalan terus. Itu juga message yang ingin saya sampaikan ketika bergabung tim nasional. Bahwa tim nasional Indonesia hanya satu, yaitu yang diakui FIFA, yang bisa  bermain di AFF. Itu message yang ingin saya sampaikan. Bahwa tim nasional seharusnya menjadi semacam tempat bergabungnya seluruh talenta terbaik di Indonesia, mewakili bangsa Indonesia.

Karena, timnas ini tidak hanya mewakili PSSI atau mewakili KPSI, atau mewakili La Nyalla atau mewakili Djohar Arifin. Tim nasional Indonesia ya mewakili bangsa Indonesia. Tim nasional adalah kumpulan pemain terbaik dari seluruh Indonesia. Itu message yang ingin saya sampaikan ketika walaupun saya bermain di ISL, tetapi saya memilih bermain di tim nasional.

Bagi saya, tim nasional yang saya bela 13 tahun lalu ya yang ini, masih sama. Tim nasional tidak pernah menjadi dua. Nah, hal seperti itu yang ingin saya sampaikan pada teman-teman bahwa ada saat di mana kita bisa menentukan sesuatu. Ada saat di mana kita harus berani mengatakan benar jika itu benar dan mengatakan salah ketika itu salah. Dan itu yang saat ini perlu mulai teman-teman pertimbangkan. Ketika kita ikut arus, perselisihan ini tidak akan pernah selesai.

Bersambung ke Bagian 5: Apa Pun Hasilnya, Saya Membela Timnas yang Benar.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Liverpool Mundur dari Perburuan Alonso, Ada 2 Kandidat Pengganti Klopp

Liverpool Mundur dari Perburuan Alonso, Ada 2 Kandidat Pengganti Klopp

Liga Inggris
Keputusan Sudah Diambil, Xabi Alonso Satu Musim Lagi di Leverkusen

Keputusan Sudah Diambil, Xabi Alonso Satu Musim Lagi di Leverkusen

Bundesliga
Link Live Streaming Laga Liga 1 Malam Ini, PSM Makassar Vs Borneo FC

Link Live Streaming Laga Liga 1 Malam Ini, PSM Makassar Vs Borneo FC

Liga Lain
Man City Vs Arsenal: Meriam ke Kandang Macan, City 38 Laga Tak Terkalahkan

Man City Vs Arsenal: Meriam ke Kandang Macan, City 38 Laga Tak Terkalahkan

Liga Inggris
PSM Vs Borneo FC, Catatan Gemilang Tim Tamu Bikin Tavares Sulit Menutup Mata

PSM Vs Borneo FC, Catatan Gemilang Tim Tamu Bikin Tavares Sulit Menutup Mata

Liga Indonesia
Pengamat Malaysia Soroti Kemajuan Timnas Indonesia, Puji Prinsip STY

Pengamat Malaysia Soroti Kemajuan Timnas Indonesia, Puji Prinsip STY

Timnas Indonesia
Sorotan Media Korea Selatan ke 'Magis Shin Tae-yong' Bersama Timnas Indonesia

Sorotan Media Korea Selatan ke "Magis Shin Tae-yong" Bersama Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Gianluigi Buffon Bergabung, Italia Tak Akan Mengecewakan di Euro 2024

Gianluigi Buffon Bergabung, Italia Tak Akan Mengecewakan di Euro 2024

Internasional
Target Medali Indonesia Olimpiade Paris 2024 Tunggu Kualifikasi Semua Cabor

Target Medali Indonesia Olimpiade Paris 2024 Tunggu Kualifikasi Semua Cabor

Olahraga
Chelsea Vs Burnley: Sterling dan Pochettino Paham Kemarahan Fan

Chelsea Vs Burnley: Sterling dan Pochettino Paham Kemarahan Fan

Liga Inggris
Alphonso Davies Dapat Ultimatum Bayern, Madrid Pantau Situasi

Alphonso Davies Dapat Ultimatum Bayern, Madrid Pantau Situasi

Bundesliga
Persaingan Kiper Persebaya: Andhika Tahan Penalti, Ujian untuk Ernando Ari

Persaingan Kiper Persebaya: Andhika Tahan Penalti, Ujian untuk Ernando Ari

Liga Indonesia
Barito Putera Vs PSIS: Nikmati Pertandingan Usai Sikat Juara Bertahan

Barito Putera Vs PSIS: Nikmati Pertandingan Usai Sikat Juara Bertahan

Liga Indonesia
Legenda Bayern Yakin Leverkusen Akan Juara Bundesliga 2023-2024

Legenda Bayern Yakin Leverkusen Akan Juara Bundesliga 2023-2024

Bundesliga
Persib Ditahan Bhayangkara, Cemas Ciro Alves dan Beckham Putra Cedera

Persib Ditahan Bhayangkara, Cemas Ciro Alves dan Beckham Putra Cedera

Liga Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com