Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bambang Pamungkas: ESENSI SEPAK BOLA KITA SUDAH HILANG

Kompas.com - 20/01/2013, 03:46 WIB

Dia ikon sepak bola Tanah Air satu dekade terakhir ini. Sepak terjangnya selalu menjadi buah bibir. Saat perpecahan melanda sepak bola negeri ini, langkah-langkahnya sering kali mengejutkan. Ia adalah Bambang Pamungkas, striker tim nasional yang telah belasan tahun mewarnai lembaran sepak bola nasional. MH SAMSUL HADI

Ia kenyang dengan segala pujian, makian, hingga pernah diancam penggemarnya. Tekanan itu terus diterimanya hingga hari ini saat ia juga aktif dalam gerakan advokasi memperjuangkan hak-hak pemain sepak bola melalui Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Ia Wakil Presiden APPI. Dengan langkah terakhir itu, ”Bepe”—sapaan populernya—masuk ”10 Pemain Terbaik Asia 2012” di mata kolumnis sepak bola Asia.

Bepe sebenarnya termasuk sosok yang menjaga jarak dengan media. Hanya saat jumpa pers resmi ia biasa buka mulut. Namun, Rabu (9/1), ditemani Mulyawan Munial (Presiden Direktur Munial Sport Group/MSG), dan sahabatnya, Yudhi F Oktaviadi (wartawan tabloid Bola), hampir tiga jam ia menerima Kompas di kantor MSG, Kemang, Jakarta Selatan.

Akhir Desember 2012, kolumnis sepak bola di laman ESPN memasukkan Anda ”10 Pemain Terbaik Asia 2012”, antara lain berkat kegetolan Anda menyuarakan hak-hak pemain yang gajinya tertunggak di klub. Tanggapan Anda?

Jujur awalnya saya sangat kaget karena saya tidak pernah berpikir masuk 10 besar pemain terbaik Asia. Namun, setelah saya baca, bisa dipahami bahwa mungkin tindakan yang saya lakukan membuat mereka mengapresiasi itu.

Jika apa yang saya lakukan diapresiasi positif oleh media asing, untuk itu saya sangat bersyukur. Ini bukti persepakbolaan kita masih dipandang oleh dunia internasional. Namun, sayangnya dalam dua tahun terakhir, apa yang tergambar dari wajah persepakbolaan kita hampir semuanya negatif.

Awal tahun ini Anda mogok bermain untuk Persija sebagai protes atas tertunggaknya lima bulan gaji Anda dan rekan- rekan?

Bagi kami, sepak bola itu kan hakikatnya dimainkan untuk menjalin persahabatan, persatuan. Itu artinya ada saling menghargai. Esensi itu yang hilang. Bagaimana bisa disebut menghargai ketika satu pihak menuntut pihak lain untuk melakukan kewajiban, sedangkan sebagian haknya tak dipenuhi, dan sebaliknya.

Artinya, salah satu komponen yang terkait merasa dirugikan, dalam hal ini pemain. Itu yang coba kita wakili untuk diperjuangkan melalui asosiasi pemain.

Anda sekarang terlihat bertransformasi dari pemain profesional menjadi aktivis perjuangan hak-hak pemain?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com