”Dari APPI (Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia), ada kesepakatan harus ada penyelesaian sampai bulan Maret mengingat Maret adalah deadline yang diberikan FIFA untuk penyelesaian segala masalah (sepak bola) di Indonesia,” kata pemain yang akrab disapa ”Bepe” itu dalam wawancara dengan Kompas di Jakarta, Rabu (9/1).
”Ketika sampai Maret tidak ada penyelesaian, mungkin ada sesuatu yang besar yang kami lakukan,” lanjut Bambang, Wakil Presiden APPI. Saat ini, ketika kompetisi musim 2013 telah bergulir, ratusan pesepak bola belum menerima pembayaran gaji musim lalu dari klub mereka.
Sebagai bentuk protes atas kasus itu di Persija Jakarta, Bambang dan sembilan pemain lain mogok bermain saat Persija menjamu Persisam Putra Samarinda pada laga perdana Liga Super Indonesia di Jakarta, Minggu lalu. Gaji lima bulan mereka musim lalu belum dibayarkan Persija.
Bambang menyebutkan, ada 200 pemain dari sekitar 10 klub yang gajinya musim lalu belum dibayarkan. Situasi ini sudah tidak bisa ditoleransi dan pemain harus bersikap. ”Mengingat begitu besar kasus yang menyedihkan sampai ada pemain yang meninggal dan masuk rumah sakit, menurut saya, ini situasi yang tidak bisa ditolerir,” katanya.
Sebelumnya, pemain Persis Solo, Diego Mendieta, meninggal karena sakit tifus, 3 Desember 2012, setelah berbulan-bulan tak digaji. Lalu, Moukwelle Ebanga Sylvain atau Sylo, pemain Persewangi Banyuwangi asal Perancis, dirawat di rumah sakit karena tifus. Gaji Sylo juga tak dibayarkan dalam 10 bulan terakhir.
”Ke depan, diharapkan pemain Indonesia lebih mengerti masalah (bagaimana) memproteksi diri dan mengerti value mereka,” lanjut pemain yang terpilih masuk ”10 Pemain Terbaik Asia 2012” di situs ESPN itu.
Pemain senior lainnya, Bima Sakti, menyarankan agar ke depan pemain tidak dirugikan oleh klub. Mereka harus mau mempelajari klausul kontrak terlebih dahulu. ”Kalau perlu, keluar uang dulu membayar konsultan hukum daripada asal tanda tangan kontrak dan rugi di kemudian hari,” kata Bima.
Menurut Bima, masih banyak pemain yang asal tanda tangan kontrak. Mereka hanya melihat nominal kontrak, tetapi tidak mempelajari soal pemenuhan hak atau penyelesaian persoalan dengan klub jika ada masalah.
Hal senada diungkapkan Kurniawan Dwi Julianto. Mantan pemain nasional ini mengkritik lemahnya pembelaan federasi sepak bola Indonesia atas nasib pemain yang ditelantarkan klub.
Hak-hak pemain seakan terlupakan dengan diizinkannya klub- klub penunggak gaji untuk ikut kompetisi. ”Yang lebih disayangkan lagi, masih ada sebagian pemain yang tetap bermain walau gajinya belum dilunasi,” kata Kurniawan.