Nasib yang dialami Chelsea itu merupakan dampak hasil laga pamungkas babak Grup E Liga Champions, Kamis (6/12) dini hari WIB. Kemenangan telak Chelsea dengan skor 6-1 atas Nordsjaelland belum cukup untuk meloloskan tuan rumah ke babak 16 besar.
Penghuni Grup E yang lolos adalah Juventus sebagai pemuncak grup dengan 12 poin dan Shakhtar Donetsk sebagai runner-up dengan 10 poin. Juventus mendapat kemenangan cuma-cuma dari Shakhtar dalam duel di Donbass Arena, Donetsk, Ukraina, Rabu, dengan hasil 1-0. Gol semata wayang itu adalah gol bunuh diri pemain Shakhtar, Olexander Kucher.
Lebih menyakitkan lagi, Chelsea dan Shakhtar sama-sama mengantongi nilai 10 dari enam kali laga (tiga kali menang, sekali seri, dan dua kali kalah), tetapi Shakhtar unggul dalam aturan gol tandang dalam head-to-head dengan Chelsea. Pada laga di Donetsk, Shakhtar menang 2-1 atas ”The Blues”. Sementara dalam pertemuan di London, Chelsea unggul 3-2. Dengan demikian, Shakhtar lolos karena mencetak gol lebih banyak di kandang Chelsea (dua gol) daripada gol Chelsea di Donetsk.
Sepanjang laga babak grup, sepak terjang Chelsea memang kurang meyakinkan sebagai tim juara bertahan. Selain di hadapan Shakhtar, Chelsea juga tak garang di hadapan pemimpin klasemen, Juventus. Di London, Si Biru hanya bermain seri 2-2. Sementara di Torino, tim ”Nyonya Besar” menang besar 3-0 dalam laga yang berbuntut pemecatan pelatih Roberto Di Matteo.
Pelatih baru Chelsea, Rafael Benitez, yang disambut dingin suporter Chelsea sejak menginjakkan kaki di Stamford Bridge, pasrah menerima keadaan.
”Kami sudah kalah pada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Namun, sebagai pelatih, saya puas dengan penampilan pemain,” kata Benitez.
Akan tetapi, pengganti Di Matteo itu masih berkesempatan mengukir prestasi di Liga Europa. Benitez menyatakan siap menerima tantangan di Liga Europa.
Kiper Petr Cech menuturkan, kemungkinan Chelsea gagal masuk babak 16 besar sudah dipikirkan. ”Celakanya, kegagalan kami karena kekalahan pada laga sebelumnya,” katanya.