Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berani seperti Daud, Bertarung bak Garuda

Kompas.com - 20/11/2012, 07:44 WIB

DAHULU kala terjadi peperangan antara orang Israel dan orang Filistin. Kedua kubu mengumpulkan pasukan dan saling berhadapan di antara dua bukit. Daud yang telah diurapi Samuel menjadi raja menggantikan Saul dilarang oleh kakak-kakaknya berperang. Daud dianggap masih terlalu kecil ikut berperang melawan Filistin.

Suatu saat, Daud diperintahkan ayahnya, Isai, untuk mengantarkan makanan bagi kakak-kakaknya yang berada di medan perang. Daud pun terkejut melihat Goliat yang petantang-petenteng di atas bukit menantang setiap orang-orang Israel untuk bertarung dengannya. Goliat memang pendekar dengan tubuh yang besarnya luar biasa. Bahkan, tinggi Goliat mencapai enam hasta atau sekitar tiga meter. Goliat bak raksasa.

Seketika, terbakar semangat Daud begitu mendengar makian dan tantangan Goliat. Dengan gagah berani, Daud menantang Goliat bertarung. Tanpa mengenakan jubah perang, Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin, dan ditaruhnya dalam kantong gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedangkan umban dipegang di tangannya.

Goliat menganggap tantangan Daud sebagai lelucon. Sang raksasa menilai tak adakah orang kuat di Israel. Apalagi, Daud masih muda dan datang dengan tongkat dan umban.

"Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat? Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang," kata Goliat kepada Daud.

Nyali Daud tak ciut.

"Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kau tantang itu. Hari ini juga Tuhan akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu," tegas Daud.

Pertarungan pun dimulai. Goliat bergerak maju menemui Daud. Daud kemudian memasukkan tangannya dalam kantongnya, diambilnya sebuah batu dari dalamnya, diumbannya. Goliat roboh setelah batu itu terbenam di dahinya. Dengan cepat, Daud mengambil pedang Goliat dan dipancunglah kepala Goliat dengan pedang tersebut.

Keberanian dan keyakinan Daud sudah semestinya ditiru oleh para penggawa tim nasional Indonesia yang lima hari lagi bertarung dalam peperangan bernama Piala AFF 2012 di Malaysia. Laos, Singapura, dan tuan rumah Malaysia bukanlah Goliat. Tetapi, dengan segala permasalahan yang bertubi-tubi melanda timnas, Indonesia bak melawan raksasa karena persiapan mereka lebih maksimal.

Seperti diketahui, timnas dirundung berbagai persoalan, di antaranya keputusan Menpora yang tak sudi mencabut keputusannya yang tak mendanai timnas dan paling anyar kelakuan Diego Michiels yang mencederai kepercayaan Pelatih Nil Maizar. Pemain naturalisasi asal Belanda tersebut kini harus mendekam dalam penjara menyusul penganiayaan yang dilakukannya terhadap Mef Paripurna, warga Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Yang paling ironis adalah sikap sejumlah kalangan yang meremehkan kualitas skuad tim besutan Nil Maizar. Sang pelatih mau tak mau memaksimalkan pemain-pemain baru menyusul sikap klub-klub Indonesia Super League (ISL) melarang pemain-pemainnya membela timnas. Mereka justru bergabung dengan timnas yang dibentuk oleh Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Keputusan para pemain tersebut tak bisa disalahkan karena mereka terikat dengan kebijakan klubnya masing-masing.   

Terlepas dari itu, dengan alasan apa pun, sangat tidak elok meremehkan Irfan Bachdim dan kawan-kawan. Mereka datang ke medan perang dengan membawa nama negara. Bukan PSSI atau KPSI. Masyarakatlah yang pasti bangga ketika Indonesia seandainya juara dan malu seandainya Indonesia gagal.

Beruntung, timnas memiliki Nil Maizar yang tabah dan sabar menghadapi segala persoalan. Pun tidak ada kata menyerah dalam kamus pelatih berusia 42 tersebut. Hal itulah yang ditanamkan Nil kepada 23 pemainnya. 

"Anda berteman dengan Allah kalau ada bahagia, damai, dan tenang di hati. Nah, itu yang saya berikan kepada pemain agar mereka tidak cemas saat bertanding. Pemain harus bekerja total dan bersungguh-sungguh," tandas Nil.

Fokus dan membuktikan diri adalah pekerjaan yang harus dilakukan timnas di medan peperangan. Bertarunglah bagai burung garuda yang penuh percaya diri, energik, dinamis, dan pantang menyerah. Tiru pula semangat timnas Italia. "Gli Azzuri" berhasil menjuarai Piala Dunia 2006 meskipun skandal Calciopoli mengguncang "Negara Pizza" tersebut. 

Apa pun hasilnya nanti, kalian tetaplah patriot-patriot yang berjuang untuk bangsa dan negara ini. Semoga harapan kami yang haus prestasi selama 21 tahun ini bisa terwujud dan membawa damai bagi sepak bola Tanah Air. 

Ayo garuda, bentangkan sayapmu!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com