Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patriotisme Nil Maizar

Kompas.com - 20/11/2012, 07:42 WIB

KOMPAS.com Sekitar 334 Sebelum Masehi, Alexander Agung, seorang Raja Macedonia, untuk kali pertama menapakkan kakinya di Persia. Hanya satu yang ada di benak murid filsuf terkenal Aristoteles itu, yaitu mencari cara untuk menaklukkan keperkasaan Persia pimpinan Raja Darius III, yang pada zaman tersebut dianggap sebagai negara dengan pasukan perang terbaik di dunia.

Dalam buku Alexander the Great's Art of Strategy karya Partha Bose dikisahkan, setibanya di sebuah selat bernama Dardanelles, yang menjadi salah satu wilayah kekuatan Persia, Alexander kemudian memerintahkan 36.000 prajuritnya untuk membakar kapal-kapal yang mengangkut mereka dan mengatakan, "Kita pulang dengan kapal Persia, atau kita akan mati."

Meski sempat dinaungi rasa takut, ucapan itu bagaikan cambuk dan pelecut semangat puluhan ribu prajurit Macedonia, yang jumlahnya tak berarti jika dibandingkan dengan kekuatan pasukan Persia. Walhasil, karena keberanian sang pemimpin yang juga dilengkapi dengan pasukan yang terlatih, Macedonia akhirnya berhasil menaklukkan Persia dalam pertempuran Gaugamela, 331 SM.

Catatan sejarah lain mencatat pemimpin bangsa barbar di Afrika, Tarik bin Ziyad, pun pernah melakukan hal serupa dengan Alexander saat ingin meruntuhkan Kerajaan Andalusia (Spanyol) pimpinan Raja Roderic pada 717 Masehi. Setibanya di Eropa, Tarik memerintahkan prajuritnya untuk membakar kapal-kapal mereka sehingga tidak ada pilihan lain selain maju bertempur dan memenangkan peperangan.

Teladan
Beragam sejarah heroisme seorang pemimpin besar dunia yang dikisahkan secara turun-temurun seperti Alexander dan Tarik sering kali dijadikan panutan generasi selanjutnya. Tak terkecuali dengan Pelatih Tim Nasional Indonesia, Nil Maizar. Menurutnya, kandungan filosofis cara berpikir dua pemimpin itu merupakan teladan yang dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari.

"Arti dari cerita itu adalah jangan pernah ada pikiran untuk kembali kalau kita sudah berada di medan perang. Risiko dan tantangan apa pun harus kita tanggung," ujar Nil saat berbincang dengan Kompas.com beberapa waktu lalu.

Lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat, 2 Januari 1970, sepak bola sudah lekat dalam kehidupan Nil muda. Sejak berumur 10 tahun, ia bergabung dengan Persatuan Sepak Bola Payakumbuh hingga 1986. Setelah itu, karier usia muda dilanjutkannya dengan bergabung ke Diklat Padang (1986-87) dan Diklat Ragunan (1987-1988).

Nil melanjutkan karier profesionalnya ketika bergabung dengan Semen Padang di Galatama. Saat kariernya berkembang, pria berposisi sebagai bek tengah itu kemudian dimasukkan ke dalam proyek nasional Garuda II yang dibentuk pada 1986 hingga 1991. Namanya pun tercatat sebagai anggota timnas pada Pra-Olimpiade di Barcelona 1992.

Karier kepelatihan Nil dimulai saat dia mengarsiteki Semen Padang Yunior pada 2000-2003. Setelah itu, ia menjadi asisten pelatih tim utama Semen Padang selama lima musim hingga 2010. Satu tahun setelahnya, ia menggantikan posisi Pelatih Arcan Lurie dan dipercaya menjadi pelatih utama tim berjuluk "Kabau Sirah" tersebut.

Pada musim 2010-11, Nil langsung sukses membawa Semen Padang menduduki peringkat empat klasemen akhir IPL. Kecemerlangan itu berlanjut hingga pertengahan musim berikutnya karena Semen Padang mampu bercokol di puncak klasemen. Atas dasar itulah, PSSI kemudian menunjuk Nil sebagai arsitek tim nasional Indonesia senior, menggantikan Aji Santoso, 13 April 2012.

Risiko
Nil mengakui menjadi pelatih timnas, yang ketika itu tengah mempersiapkan Piala AFF 2012, bukan tugas mudah. Maklum saja, kisruh PSSI dan KPSI semakin menjadi. Belum lagi dengan beban berat dari harapan 240 juta masyarakat pencinta bola Indonesia yang jelas merindukan prestasi karena 21 tahun lamanya telah mati suri.

"Saya sadar itu (melatih timnas) adalah sebuah risiko. Banyak yang bilang, 'Ngapain saya ke timnas? Lebih baik tetap di Semen Padang. Apalagi Semen Padang sedang onfire. Tapi, saya selalu bilang, saya melatih timnas dengan sebuah kejujuran. Saya juga mencoba menapak tangga yang lebih tinggi," beber Nil.

Keinginan untuk menapak prestasi lebih tinggi tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Laiknya kisah heroisme Pangeran Alexander dan Tarik, Nil sadar di depannya menanti sebuah lapangan pertempuran besar penuh tantangan. Di antara hunjaman tekanan sana-sini kepada timnas, Nil tetap sadar diri untuk selalu tegar dan ikhlas.

Lihat saja sulitnya Nil mematangkan timnas karena adanya pelarangan dari KPSI yang tidak mengizinkan klub ISL melepas pemainnya untuk membela negaranya. Belum lagi dengan ulah mereka membuat timnas tandingan yang sempat membuat air mata Nil jatuh saat lagu "Indonesia Raya" dikumandangkan di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, sebelum laga Indonesia kontra Vietnam, 15 September lalu.

Cercaan secara personal dan non-personal dari sejumlah pihak juga pernah menghampiri Nil. Mulai dari kecaman karena timnas dinilai sebagai tim abal-abal karena tidak diisi pemain-pemain yang tidak berkualitas dan tidak terkenal hingga kapasitas dirinya yang dinilai tidak pantas melatih skuad "Garuda" pun sempat terpampang di sejumlah media nasional.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Daftar Pemain Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024

    Daftar Pemain Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024

    Badminton
    Anthony Engelen Siap Tarung di HSS Series 5 dengan 10 Jahitan di Kaki

    Anthony Engelen Siap Tarung di HSS Series 5 dengan 10 Jahitan di Kaki

    Olahraga
    Championship Series Liga 1, Persib Pantang Bergantung Hasil Tim Lain

    Championship Series Liga 1, Persib Pantang Bergantung Hasil Tim Lain

    Liga Indonesia
    3 Fakta Usai Timnas Indonesia Takluk dari Qatar di Piala Asia U23 2024

    3 Fakta Usai Timnas Indonesia Takluk dari Qatar di Piala Asia U23 2024

    Timnas Indonesia
    Hasil Persebaya Vs Dewa United 0-3, Bajul Ijo Dijebol Mantan

    Hasil Persebaya Vs Dewa United 0-3, Bajul Ijo Dijebol Mantan

    Liga Indonesia
    Barcelona Vs PSG, Bukan Pertarungan Xavi dan Luis Enrique

    Barcelona Vs PSG, Bukan Pertarungan Xavi dan Luis Enrique

    Liga Champions
    Peringatan Pochettino kepada Jackson dan Madueke yang Rebutan Penalti

    Peringatan Pochettino kepada Jackson dan Madueke yang Rebutan Penalti

    Liga Inggris
    Piala Asia U23, STY Sebut Timnas Indonesia Dibuat Tak Nyaman Jelang Vs Qatar

    Piala Asia U23, STY Sebut Timnas Indonesia Dibuat Tak Nyaman Jelang Vs Qatar

    Timnas Indonesia
    Timnas U23 Indonesia Vs Qatar, Reaksi Ivar Jenner Usai Kartu Merah Kontroversial

    Timnas U23 Indonesia Vs Qatar, Reaksi Ivar Jenner Usai Kartu Merah Kontroversial

    Timnas Indonesia
    Top Skor Liga Inggris: Cole Palmer-Haaland Teratas dengan 20 Gol

    Top Skor Liga Inggris: Cole Palmer-Haaland Teratas dengan 20 Gol

    Liga Inggris
    Prediksi Skor Barcelona Vs PSG Leg Kedua 8 Besar Liga Champions

    Prediksi Skor Barcelona Vs PSG Leg Kedua 8 Besar Liga Champions

    Liga Champions
    Piala Asia U23 2024, Timnas Indonesia Protes ke AFC Usai Wasit Kontroversial

    Piala Asia U23 2024, Timnas Indonesia Protes ke AFC Usai Wasit Kontroversial

    Timnas Indonesia
    STY Nilai Laga Indonesia Vs Qatar seperti Pertunjukan Komedi

    STY Nilai Laga Indonesia Vs Qatar seperti Pertunjukan Komedi

    Timnas Indonesia
    Piala Asia U23 2024, Kata Pelatih Qatar Usai Kalahkan Timnas Indonesia

    Piala Asia U23 2024, Kata Pelatih Qatar Usai Kalahkan Timnas Indonesia

    Timnas Indonesia
    Jadwal Timnas U23 Indonesia Usai Dibekuk Qatar, Bangkit Lawan Australia

    Jadwal Timnas U23 Indonesia Usai Dibekuk Qatar, Bangkit Lawan Australia

    Timnas Indonesia
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com