Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bepe: Jangan Ada Cap Nasionalis dan Anasionalis

Kompas.com - 30/10/2012, 21:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Bomber Persija Jakarta, Bambang "Bepe" Pamungkas, berharap tidak ada lagi cap tak nasional bagi pemain yang enggan membela "Merah Putih". Pasalnya, dalam keadaan konflik yang tidak tentu arah seperti saat ini, bergabung atau tidaknya seorang pemain ke tim nasional bukan lagi sekadar masalah nasionalis atau tak nasionalis, melainkan lebih terhadap cara pandang setiap pemain dalam menyikapi masalah yang terjadi saat ini.

Sampai saat ini masih terjadi dualisme di dalam tubuh tim nasional. Hal tersebut mau tidak mau sangat memengaruhi persiapan tim nasional Indonesia menuju ajang AFF Cup. Mayoritas klub Liga Super Indonesia enggan melepas para pemainnya untuk bergabung ke timnas dan lebih memilih bergabung dengan timnas bentukan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI).

Ini sempat memunculkan cap nasionalis atau tak nasionalis kepada pemain. Bepe sendiri akhirnya memutuskan bergabung dengan timnas bentukan PSSI, setelah sebelumnya memilih tidak terlibat dalam timnas mana pun.

"Setiap orang tentu memiliki pemikiran dan keyakinan masing-masing dalam menanggapi serta menyikapi permasalahan ini. Begitu juga para pemain tersebut. Masyarakat bisa saja memiliki pendapat yang beraneka ragam karena mungkin tidak semua orang mengerti dan paham dengan pokok permasalahan yang sebenarnya terjadi. Atau, bisa jadi mereka juga akan melakukan hal yang sama, ketika mereka berada di posisi seperti pemain-pemain tersebut," tutur Bepe dalam situs pribadinya, bambangpamungkas20.

"Menurut pandangan saya pribadi, silakan jika ada yang berpendapat lain. Nasionalisme itu ketika kita mempunyai kesempatan untuk melukai bangsa kita sendiri, tetapi kita memutuskan untuk tidak melakukannya. Padahal, tidak akan ada siapa pun yang mengetahui tindakan kita. Atau ketika kita mampu melakukan sesuatu atas nama bangsa dan negara, tanpa harus menyebarluaskannya kepada khalayak ramai."

"Bagi saya itu adalah arti rasa nasionalisme dan konteksnya bisa menjadi sangat luas. Sekali lagi itu menurut saya. Orang-orang yang rajin, serta selalu berdiri di baris paling depan saat mengikuti upacara bendera hari Senin, belum tentu taat membayar pajak. Mereka-mereka yang dengan serta merta berdiri tegak dengan sikap hormat, setiap mendengar lagu kebangsaan, belum tentu tidak korupsi. Kita-kita yang memiliki nada dering 'Indonesia Raya' serta avatar ponsel lambang garuda belum tentu tidak membeli CD atau DVD bajakan."

Bambang melanjutkan, "Artinya, kita semua bisa saja menjadi seseorang yang nasionalis dan tak nasionalis dalam waktu yang bersamaan. Nasionalisme itu seperti iman, seberapa besar iman seseorang, hanya orang tersebut yang tahu. Demikian juga nasionalisme seseorang, rasa cinta terhadap tanah air itu ada di dalam hati sanubari kita masing-masing. Dan seberapa besar itu? Hanya kita yang tahu."

Dalam tulisan berjudul "Perbedaan Pendapat Itu Bagai Sebuah Cermin" tersebut, Bepe juga menyoroti tak maksimalnya Joint Committee dalam menyelesaikan konflik sepak bola Tanah Air. "Sejauh ini kinerja Joint Committe sendiri boleh dikatakan tidak maksimal. Bahkan, dalam beberapa pertemuan yang digelar, mereka sama-sama 'sepakat untuk tidak sepakat' antara satu dan lainnya atau deadlock. Padahal, kedua belah pihak memiliki semangat awal yang sama, yaitu 'Demi Harkat Dan Martabat Bangsa'," ujar pemain yang pernah membela Selangor tersebut.

"Jika mencari solusi untuk kepentingan bangsa dan negara saja tidak segera sejalan, apakah bapak-bapak berjas dan berbaju batik itu bisa digolongkan sebagai orang-orang yang tidak memiliki rasa nasionalisme? Saya tidak sedang ingin berkata demikian. Akan tetapi, jika semangat awalnya saja sudah sama 'Demi Harkat dan Martabat Bangsa', mengapa membahas masalah tim nasional saja tidak kunjung menemukan kata sepakat. Sekali lagi saya tidak sedang mengatakan bahwa bapak-bapak tersebut tidak memiliki rasa nasionalisme. Akan tetapi setidaknya, fakta yang terjadi adalah, dikarenakan kegagalan mereka dalam mencapai kata sepakat mengenai tim nasional, maka hal tersebut membuat 'Harkat dan Martabat Bangsa' dipertaruhkan di AFF Cup 2012 nanti," lanjutnya.

Dikatakan Bepe, rekonsiliasi itu mengenai saling memaafkan, saling memberi kesempatan kepada setiap kubu untuk memberi masukan, dan mengoreksi diri dalam konteks untuk kemajuan serta kebaikan bersama. "Bukan saling memaksakan kehendak dan berusaha untuk menjadi pemenang. Ada hal yang harus kita ingat, perbedaan pendapat tidak serta merta menjadikan kita harus saling memusuhi karena, pada kenyataannya, tidak selamanya pendapat kita benar dan belum tentu juga lawan kita salah," kata Bepe.

"Sungguh sangat ironis bukan, diskusi yang awalnya dilandasi dengan semangat 'Demi Harkat dan Martabat Bangsa' tersebut pada akhirnya malah membuat hal yang mereka perjuangkan, mereka pertaruhkan sendiri. Perbedaan pendapat itu bagai sebuah cermin. Kita membutuhkan orang-orang yang tidak sependapat dengan kita agar dapat mengoreksi diri. Ini karena kita tidak akan pernah mampu melihat diri sendiri seutuhnya. Lagi pula, tidak selamanya diri kita benar," imbuhnya.

Oleh karena itu, Bepe memandang, dalam keadaan konflik yang tidak tentu arah seperti saat ini, bergabung atau tidaknya seorang pemain ke tim nasional bukan lagi sekadar masalah nasionalis atau tak nasionalis. "Karena sejatinya, setiap pemain sepak bola di negeri ini pasti ingin merasakan bermain untuk tim nasional Indonesia. Bohong besar jika ada yang berkata tidak. Jadi, jangan lagi menyangkut-pautkan masalah tim nasional dengan rasa nasionalisme. Nasionalisme itu penjabarannya bisa sangat luas, tidak hanya dalam lingkup sepak bola," paparnya.

"Pemain yang memilih bermain untuk tim nasional tidak serta merta lebih nasionalis daripada mereka yang memilih untuk memberi dukungan melalui layar kaca. Begitu pula sebaliknya. Sebelum kita berteriak mengingatkan seseorang tentang apa itu arti nasionalisme, ada baiknya jika kita melihat dahulu ke dalam diri kita sendiri. Apakah kita sudah menjadi seseorang yang cukup nasionalis sebagai sebuah pribadi? Atau sudah pantaskah kita untuk mengingatkan orang lain tentang apa itu arti kata nasionalisme?"

"Akhir sekali saya ingin mengingatkan kita semua, termasuk juga diri saya, bahwasanya Indonesia kita tercinta ini adalah sebuah bangsa yang besar. Sebuah bangsa besar yang saat ini tengah dalam keadaan yang sedikit terpuruk. Mengembalikan kebesaran republik ini adalah tanggung jawab kita bersama. Tanggung jawab saya, tanggung jawab Anda, tanggung jawab kalian, dan tanggung jawab kita semua seluruh anak bangsa Indonesia. Dengan selalu berusaha memberikan hasil terbaik dalam setiap apa pun profesi yang kita geluti, maka tanpa kita sadari kita sudah turut serta dalam mengembalikan kejayaan dan kebesaran bangsa ini, walau dalam skala yang sangat kecil."

"Secara pribadi, saya akan sangat mengapresiasi positif kepada para pemain yang pada akhirnya memutuskan untuk bergabung ke tim nasional. Akan tetapi, di sisi lain, saya juga tidak akan menyalahkan mereka-mereka yang tetap memilih untuk bertahan. Karena sekali lagi, ini bukan hanya masalah nasionalisme, melainkan masalah cara pandang setiap pemain dalam menyikapi konflik yang berkepanjangan ini. Sedang bagi saya pribadi, ikut berjibaku di lapangan, duduk manis di bangku cadangan, mendukung dari tribun penonton, atau menyaksikan pertandingan melalui layar televisi tidak akan pernah menggambarkan seberapa besar jiwa nasionalisme saya. Karena sebesar apa kecintaan saya terhadap negara saya, hanya saya yang tahu. Sekali lagi 'Hanya Saya yang Tahu'," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Link Live Streaming Jepang Vs Uzbekistan Final Piala Asia U23, Kickoff 22.30 WIB

Link Live Streaming Jepang Vs Uzbekistan Final Piala Asia U23, Kickoff 22.30 WIB

Internasional
Hasil Thomas Cup 2024: Semifinal Ke-6 Beruntun Indonesia, Denmark Tersingkir

Hasil Thomas Cup 2024: Semifinal Ke-6 Beruntun Indonesia, Denmark Tersingkir

Badminton
Piala Thomas 2024: Cara Ginting Menang Usai Permainannya Terbaca Lawan

Piala Thomas 2024: Cara Ginting Menang Usai Permainannya Terbaca Lawan

Badminton
Piala Uber 2024: Semangat Apriyani/Fadia, Ingin Buktikan Indonesia Bisa

Piala Uber 2024: Semangat Apriyani/Fadia, Ingin Buktikan Indonesia Bisa

Badminton
Hasil Thomas Cup 2024, Fajar/Daniel Pastikan Kelolosan Indonesia ke Semifinal

Hasil Thomas Cup 2024, Fajar/Daniel Pastikan Kelolosan Indonesia ke Semifinal

Badminton
Asa Indonesia Belum Sirna, Ivar Jenner Bidik Tiket Terakhir ke Olimpiade

Asa Indonesia Belum Sirna, Ivar Jenner Bidik Tiket Terakhir ke Olimpiade

Timnas Indonesia
Daftar Juara Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Usai Tuntas Digelar

Daftar Juara Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Usai Tuntas Digelar

Sports
Hasil Thomas Cup 2024: Lewat Rubber Game, Jojo Bawa Indonesia Unggul 2-1 atas Korsel

Hasil Thomas Cup 2024: Lewat Rubber Game, Jojo Bawa Indonesia Unggul 2-1 atas Korsel

Badminton
'Jika Tak Mampu Dukung Saat Kalah, Jangan Sorak Saat Timnas Menang'

"Jika Tak Mampu Dukung Saat Kalah, Jangan Sorak Saat Timnas Menang"

Timnas Indonesia
Timnas Indonesia Buru Tiket Terakhir ke Olimpiade, Grup 'Neraka' Menanti

Timnas Indonesia Buru Tiket Terakhir ke Olimpiade, Grup "Neraka" Menanti

Timnas Indonesia
Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Tumbang, Indonesia Vs Korsel 1-1

Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Tumbang, Indonesia Vs Korsel 1-1

Badminton
Eksklusif UFC 301: Jean Silva Percaya Diri, Tekad Jatuhkan William Gomis

Eksklusif UFC 301: Jean Silva Percaya Diri, Tekad Jatuhkan William Gomis

Sports
Hasil Thomas Cup 2024: Ginting Berjuang 75 Menit, Indonesia 1-0 Korsel

Hasil Thomas Cup 2024: Ginting Berjuang 75 Menit, Indonesia 1-0 Korsel

Badminton
Guinea Vs Indonesia: Pelatih Guinea Nilai Tembus Olimpiade adalah Kebanggaan

Guinea Vs Indonesia: Pelatih Guinea Nilai Tembus Olimpiade adalah Kebanggaan

Timnas Indonesia
Pemain Bayer Leverkusen Fokus Ukir Sejarah, Alonso Ingatkan untuk Waspada

Pemain Bayer Leverkusen Fokus Ukir Sejarah, Alonso Ingatkan untuk Waspada

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com