Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bepe: Adu Timnas Bukan Solusi Cerdas!

Kompas.com - 07/10/2012, 16:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — "Menghadapkan pemain dengan pemain bukan hal yang cerdas dan bijaksana. Hal tersebut bukan masalah siapa yang takut kalah atau siapa yang merasa di atas angin. Bola itu bundar. Tim yang di atas angin tidak selamanya menang. Begitu juga sebaliknya, tim yang diremehkan sering kali mampu memutar prediksi banyak orang."

Demikian diucapkan bintang tim nasional Indonesia, Bambang Pamungkas, menyoroti langkah KPSI yang berencana mengadu timnas bentukannya dengan PSSI beberapa waktu lalu. Bepe—sapaan Bambang Pamungkas—sadar, sepak bola Indonesia saat ini membutuhkan persatuan bukan perpecahan dan konflik tiada henti yang terus terjadi saat ini.

Pernyataan Bepe bukan tanpa alasan. Ratusan juta masyarakat Indonesia saat ini rasanya sudah bosan dengan perseteruan PSSI dan KPSI yang tiada henti. Seharusnya para pengurus kedua kubu tersebut sadar masalah krisis prestasi timnas saat ini jauh lebih penting daripada agenda pribadi, kelompok, atau pengusaha bisnis tertentu.

Bayangkan saja, sejak prestasi terakhir didapatkan pada 1991 silam, ketika skuad "Merah Putih" meraih emas SEA Games 1991 di Manila, apakah publik pernah melihat tegaknya kepala anak bangsa dalam podium kemenangan sepak bola? Tidak! Justru yang ada tundukan lesu para penggawa timnas di podium kekalahan selalu ditayangkan di media nasional sejak 21 tahun lalu.

Bepe menilai, jika pertandingan uji coba tersebut benar-benar terealisasi, maka bukan "pertarungan" sepak bola indah yang tersaji dalam lapangan sepak bola. Justru, menurutnya, yang ada hanya "pertumpahan darah" dan "pertempuran" ego dari sejumlah pengurus yang bertikai.

"Ini mengenai harga diri dan ego. Harga diri dan ego siapa? Mereka-mereka yang duduk di atas sana. Sedangkan pemain? Hanya menjadi tumbal keserakahan dan para pemimpin persepakbolaan negeri ini," kata Bepe seperti dikutip dari situs resmi pribadi miliknya (http://bambangpamungkas20.com/bepe).

Pemain
Sejatinya, dalam seluruh rangkaian konflik panjang dalam dunia sepak bola Indonesia ini, kurang logis jika pelatih dan pemain yang disalahkan. Para pengurus yang berseterulah yang harus dituntut tanggung jawabnya. Tidak ada kebesaran hati untuk membangun sepak bola Indonesia bersama-sama.

Tanggung jawab prestasi ini ada di pundak para pengurus federasi sepak bola. Pasalnya, mereka yang mengurusi pembinaan, persiapan, kompetisi, penyediaan fasilitas, hingga pendanaan. Sementara itu, kondisinya kini, kompetisi karut-marut, pertikaian tiada henti yang berujung pada mati surinya prestasi Ibu Pertiwi.

Bepe mengatakan, setiap pemain pasti memiliki alasan mengapa mereka mengambil keputusan untuk bergabung dengan timnas, baik di Malang (KPSI) maupun di Jakarta (PSSI), meskipun pria kelahiran 10 Juni 1980 ini menilai pemain juga turut serta dalam memelihara perpecahan yang selama ini terjadi.

"Tetapi, ketika semua pemain dapat bersatu dan menyuarakan hak-hak kita untuk membela timnas secara bersama-sama, bukan tidak mungkin kita dapat berperan dalam mencari jalan keluar terbaik bagi segala permasalahan pesepakbolaan kita ini," harap Bepe.

Hati
Melihat sejumlah fakta yang terpampang jelas di depan mata publik sepak bola, pertanyaan besar harus disematkan kepada para pengurus sepak bola Indonesia. Sebanyak 240 juta masyarakat Indonesia pasti sadar bahwa dari Sabang sampai Merauke tersimpan banyak talenta emas sepak bola yang bisa menghadirkan prestasi bagi bangsa.

Akan tetapi, hingga saat ini, tak ada tindakan yang jelas dari sejumlah pengurus sepak bola untuk persoalan krusial ini. Jika berbicara soal jabatan dan kursi, barulah mereka lantang berbicara. Penyelesaian sejumlah masalah sepak bola negeri ini pun lebih mirip langkah yang diambil seorang politisi dibandingkan dengan pamong olahraga sejati.

"Saat para pemain sebangsa dan senegara saling cabik di lapangan, bagai ayam aduan, bapak-bapak di atas tribun VVIP tersebut akan menyaksikan pertandingan sambil harap-harap cemas menunggu siapa yang akhirnya tersungkur. Setelah itu, mereka yang akan membusungkan dada dan bertepuk tangan dengan puas," ujar Bepe.

Padahal, banyak contoh dari sejarah masa lalu yang dapat dijadikan pelajaran bagi sejumlah pengurus sepak bola Indonesia. Lihat saja, memori kegemilangan prestasi Indonesia dahulu kala yang membuat Indonesia disegani di kancah sepak bola Asia ataupun dunia. Belum lagi dengan julukan "Macan Asia" yang kini hanya tinggal kenangan semata.

Kepekaan sebagai warga negara yang ingin timnasnya berprestasi tampaknya harus ditanamkan kepada sejumlah pengurus PSSI ataupun KPSI. Sejumlah pengurus yang bertikai itu baiknya mengilhami pernyataan Presiden ke-35  Amerika Serikat, John Fitzgerald Kennedy, "Jangan bertanya apa yang negara berikan kepadamu, tapi bertanyalah apa yang bisa kau berikan untuk negaramu."

Pun halnya dengan Bepe yang mengutip pernyataan Abraham Lincoln, "Sebuah bangsa yang terpecah dari dalam, tidak akan pernah tegak berdiri."

Jika kita adalah bangsa besar, rasanya pantas pernyataan itu dijadikan renungan sejumlah pengurus sepak bola. Kerendahan hati dan jiwa kepahlawanan dari keduanya sangat dinantikan. Jangan sampai perpecahan mengorbankan mimpi anak negeri untuk mencari secercah prestasi bagi Ibu Pertiwi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PSSI Terbuka untuk Emil Audero Bela Timnas Indonesia, Tanpa Paksaan

PSSI Terbuka untuk Emil Audero Bela Timnas Indonesia, Tanpa Paksaan

Internasional
Nagelsmann Perpanjang Kontrak Bersama Jerman hingga Piala Dunia 2026

Nagelsmann Perpanjang Kontrak Bersama Jerman hingga Piala Dunia 2026

Internasional
IBL 2024, Kesuksesan Prawira Bandung Lakukan Revans Atasi Bali United

IBL 2024, Kesuksesan Prawira Bandung Lakukan Revans Atasi Bali United

Sports
Man City vs Chelsea: Haaland Diragukan untuk Tampil di Semi Final

Man City vs Chelsea: Haaland Diragukan untuk Tampil di Semi Final

Liga Inggris
Hasil dan Klasemen Liga Italia: Lazio Berjaya, Juventus Seri, Inter Masih di Puncak

Hasil dan Klasemen Liga Italia: Lazio Berjaya, Juventus Seri, Inter Masih di Puncak

Liga Italia
Hasil Cagliari vs Juventus 2-2: Nyonya Tua Kebobolan Dua Gol dari Penalti

Hasil Cagliari vs Juventus 2-2: Nyonya Tua Kebobolan Dua Gol dari Penalti

Liga Italia
MU Umumkan Kedatangan Jason Wilcox, Kejar Standar Performa Tertinggi

MU Umumkan Kedatangan Jason Wilcox, Kejar Standar Performa Tertinggi

Liga Inggris
Timnas U23 Jepang dan Arab Saudi Lolos ke Babak Knockout

Timnas U23 Jepang dan Arab Saudi Lolos ke Babak Knockout

Internasional
Klub Liga Belanda Vitesse Diganjar Pengurangan 18 Poin, Degradasi Pertama Setelah 35 Tahun

Klub Liga Belanda Vitesse Diganjar Pengurangan 18 Poin, Degradasi Pertama Setelah 35 Tahun

Liga Lain
Jadwal Semifinal Piala FA: Man City Vs Chelsea, Coventry Vs Man United

Jadwal Semifinal Piala FA: Man City Vs Chelsea, Coventry Vs Man United

Sports
Persib Vs Persebaya, Munster Bicara Tantangan Finis di Posisi Terbaik

Persib Vs Persebaya, Munster Bicara Tantangan Finis di Posisi Terbaik

Liga Indonesia
Kata Pelatih Yordania Soal Timnas U23 Indonesia

Kata Pelatih Yordania Soal Timnas U23 Indonesia

Timnas Indonesia
LPDUK Kemenpora Ungkap Alasan Boyong Red Sparks ke Indonesia

LPDUK Kemenpora Ungkap Alasan Boyong Red Sparks ke Indonesia

Sports
Red Sparks Vs Indonesia All Star, Asa Lahirkan Penerus Megawati

Red Sparks Vs Indonesia All Star, Asa Lahirkan Penerus Megawati

Sports
Alasan Persik Layangkan Laporan ke Satgas Antimafia Bola

Alasan Persik Layangkan Laporan ke Satgas Antimafia Bola

Liga Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com