Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Swedia Bukan Cari Menang

Kompas.com - 23/07/2012, 10:43 WIB

KOMPAS.com — Tim ”Garuda Muda” U-14 pulang ke Tanah Air dari festival sepak bola usia muda Gothia Cup di Gothenburg, Swedia, dengan senyum puas. Walau kandas di semifinal, perjuangan tim Indonesia terekam dalam data statistik: 9 kali main, menang 8 kali, kalah sekali, 40 gol tercipta, dan hanya kebobolan 4 gol.

Di kategori U-14 putra Gothia Cup, Indonesia menurunkan tim Sekolah Sepak Bola (SSB) Kabomania SKF Indonesia. Tim bermateri 18 pemain itu merupakan hasil seleksi SSB peserta Liga Kompas Gramedia (LKG) U-14 musim 2012. Setiap hari Minggu selama delapan bulan, LKG U-14 musim 2012 digelar di Stadion Ciracas, Jakarta Timur. Dari kompetisi itu, tim pencari bakat LKG U-14 menyeleksi pemain yang layak ke Swedia.

Tantangan menuju Gothia Cup tak hanya seputar bagaimana mereka tampil baik selama LKG U-14, tetapi juga perjuangan tak kenal lelah menuju Gothenburg, yang sejauh 11.000 kilometer dari Jakarta, dengan waktu tempuh 15 jam.

Setibanya di Gothenburg, Sabtu (14/7/2012), tidak banyak waktu untuk istirahat. Setelah menaruh barang di gedung sekolah yang dijadikan ”hotel”, pemain langsung berlatih. Hadangan pertama yang harus diatasi bukanlah tim lawan, tetapi suhu musim panas di Swedia yang hanya 12-17 derajat celsius. Suhu yang sangat dingin bagi pemain-pemain kita.

Toh, soal suhu terbukti bukan halangan. Tekad untuk mengukir prestasi lebih baik dari 2011 menjadi penyemangat. ”Target kami tahun ini lebih baik daripada tahun lalu di Gothia Cup,” kata kapten tim Dodi Alfayed. Tahun lalu, tim U-14 Indonesia yang juga hasil seleksi LKG U-14 terhenti di 16 besar.

Festival Gothia Cup 2012 untuk kategori U-14 putra sangat ketat karena diikuti 204 tim yang dibagi dalam 51 grup. Saking banyaknya peserta, laga yang harus dijalani begitu panjang dengan jadwal yang ketat.

Setelah tampil di babak grup sebanyak tiga kali laga, dua tim terbaik dari setiap grup berlaga di babak 128 besar. Mulai babak itulah tim masuk sistem gugur. Kalah, maka tersisih. Rata-rata setiap tim bertanding dua kali sehari, bahkan bisa tiga kali.

”Garuda Muda” tidak kesulitan di grup karena kualitas lawan masih jauh di bawah. SSB Kabomania SKF Indonesia melibas IF Vaster (Swedia) 8-0, Turun Pallokerho 1 (Finlandia) 10-0, dan IFK Aspudden Tellus 1 (Swedia) 3-0. Indonesia melumat Elite South East (Inggris) 5-0 di 128 besar, di babak 64 besar menggilas Pol Sirtorese (Italia) 6-0, babak 32 besar menggebuk Marin FC (AS) 4-0, babak 16 besar memukul tim tuan rumah IF Goteborg (Swedia) 2-0.

Di babak perempat final, laga mulai alot dengan skor bertahan sama kuat 1-1 dengan FH 1 (Eslandia) hingga waktu normal usai. Namun, kisah tim Kabomania SKF Indonesia masih berlanjut setelah mereka unggul 4-3 lewat adu penalti.

Namun, mereka tak kuasa menahan gempuran Chivas Guadalajara (Meksiko), lawan di semifinal. Indonesia kalah 0-3, sekaligus menjadi kekalahan pertama mereka di festival ini.

Chivas adalah salah satu klub terbaik Meksiko, yang antara lain melahirkan pemain Manchester United Javier Hernandez. Tim senior Chivas meraih peringkat ke-2 pada Copa Libertadores 2010. Tahun lalu, Chivas juara Gothia Cup U-14 putra.

Kelelahan

Kelelahan menjadi persoalan seluruh tim di Gothia Cup akibat bertanding terus-menerus tanpa jeda. Masalah ini juga menimpa tim SSB Kabomania SKF Indonesia.

Dodi Alfayed termasuk pemain yang kelelahan karena terus dimainkan sejak grup sampai perempat final. Di semifinal, Dodi tak sanggup tampil penuh. Padahal, peran Dodi sebagai kapten sekaligus pengatur permainan sangat dibutuhkan. ”Dodi pemain berkualitas, saya kesulitan mencari penggantinya. Kalau kita punya 2-3 pemain sekualitas Dodi, bisa juara,” kata Pelatih SSB Kabomania SKF Indonesia Cecep Jumhana.

Menghadapi situasi itu, duo pelatih Dede Supriadi-Cecep Jumhana meminta pemain tak usah ngotot di semifinal. ”Kita ’lepas’ saja semifinal. Kita bisa mencapai semifinal sudah luar biasa. Jangan sampai anak-anak cedera karena dipaksakan,” ungkap Dede.

Bukan miniatur

Psikolog olahraga Jo Rumeser mengatakan, terjadi salah pemahaman bahwa pemain sepak bola usia dini sama saja dengan pemain sepak bola dewasa. Padahal, pemain usia muda bukan miniatur pemain dewasa.

Bagi pemain usia dini, memburu prestasi bukan tujuan utama. ”Prestasi bisa dicapai oleh pemain berkarakter dan berkemampuan teknis. Yang dimaksud karakter adalah menghormati aturan, menghormati lawan, mengendalikan emosi,” kata Jo.

Direktur Utama SKF, sponsor utama Gothia Cup, Tom Johnstone juga mengatakan, semua peserta Gothia Cup adalah pemenang. Pemain usia dini dari seluruh dunia berkumpul di Gothia Cup untuk berbagi kegembiraan, bukan semata-mata untuk saling mengalahkan.

Pulang dari Swedia, banyak pengalaman berharga yang dikantongi pemain tim SSB Kabomania SKF Indonesia. Prestasi mencapai semifinal adalah ”bonus”. Hal yang lebih utama, mereka bermain sepak bola melawan tim dari seluruh dunia untuk mengasah karakter, mental, dan keterampilan mereka. Pemain U-14 yang ditempa di Ciracas dan Swedia itu suatu saat menjadi tulang punggung tim nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelatih Qatar Sebut Laga Vs Timnas U23 Indonesia Sangat Sulit, Kecewa Babak Kedua

Pelatih Qatar Sebut Laga Vs Timnas U23 Indonesia Sangat Sulit, Kecewa Babak Kedua

Timnas Indonesia
Skorsing Ivar Jenner dan Ramadhan Sananta, Lewatkan Indonesia Vs Australia

Skorsing Ivar Jenner dan Ramadhan Sananta, Lewatkan Indonesia Vs Australia

Timnas Indonesia
Hasil Liga 1: Nainggolan Bantu Bhayangkara Pesta 7 Gol, PSM Bekuk PSIS

Hasil Liga 1: Nainggolan Bantu Bhayangkara Pesta 7 Gol, PSM Bekuk PSIS

Liga Indonesia
Alasan Wasit Tak Cek VAR Saat Usir Ivar Jenner pada Qatar Vs Indonesia

Alasan Wasit Tak Cek VAR Saat Usir Ivar Jenner pada Qatar Vs Indonesia

Timnas Indonesia
Profil Nasrullo Kabirov: Pernah ke Indonesia, Punya Riwayat Beri Qatar 3 Penalti

Profil Nasrullo Kabirov: Pernah ke Indonesia, Punya Riwayat Beri Qatar 3 Penalti

Internasional
Barcelona Vs PSG, Perang Besar Sepak Bola untuk Xavi

Barcelona Vs PSG, Perang Besar Sepak Bola untuk Xavi

Liga Champions
Update Ranking BWF: Jonatan Christie Tembus 3 Besar, Ginting Melorot 4 Tingkat

Update Ranking BWF: Jonatan Christie Tembus 3 Besar, Ginting Melorot 4 Tingkat

Badminton
AC Milan dan Rafael Leao Rilis Koleksi Spesial, Filosofi Peselancar

AC Milan dan Rafael Leao Rilis Koleksi Spesial, Filosofi Peselancar

Liga Italia
Daftar Pemain Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024

Daftar Pemain Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024

Badminton
Anthony Engelen Siap Tarung di HSS Series 5 dengan 10 Jahitan di Kaki

Anthony Engelen Siap Tarung di HSS Series 5 dengan 10 Jahitan di Kaki

Olahraga
Championship Series Liga 1, Persib Pantang Bergantung Hasil Tim Lain

Championship Series Liga 1, Persib Pantang Bergantung Hasil Tim Lain

Liga Indonesia
3 Fakta Usai Timnas Indonesia Takluk dari Qatar di Piala Asia U23 2024

3 Fakta Usai Timnas Indonesia Takluk dari Qatar di Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Hasil Persebaya Vs Dewa United 0-3, Bajul Ijo Dijebol Mantan

Hasil Persebaya Vs Dewa United 0-3, Bajul Ijo Dijebol Mantan

Liga Indonesia
Barcelona Vs PSG, Bukan Pertarungan Xavi dan Luis Enrique

Barcelona Vs PSG, Bukan Pertarungan Xavi dan Luis Enrique

Liga Champions
Peringatan Pochettino kepada Jackson dan Madueke yang Rebutan Penalti

Peringatan Pochettino kepada Jackson dan Madueke yang Rebutan Penalti

Liga Inggris
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com