PEKANBARU, KOMPAS.com - Asisten pelatih tim nasional U-22 Indonesia, Liestiadi, mengkritik sistem kompetisi sepak bola nasional. Hal itu diungkapkannya setelah timnya gagal melaju ke putaran final Piala Asia akibat kekalahan 1-5 dari Jepang, pada babak kualifikasi, di Stadion Utama Riau, Pekanbaru, Kamis (12/7/2012).
Indonesia kini duduk di tempat keempat dengan enam poin, kalah satu angka dari Singapura di tempat ketiga. Indonesia masih punya satu laga lagi, yaitu melawan Singapura, Minggu (15/7/2012). Dengan begitu, Indonesia tak bisa mengejar poin Oman (10 poin) untuk masuk putaran final sebagai second-runner up terbaik.
"Tidak masalah jika pelatih dikritik atas hasil ini. Dan kita sebagai tim pelatih, akan tetap bertanggungjawab. Tetapi, memang dalam turnamen ini skuad kita bukan pemain-pemain yang berpengalaman, dan ini sangat mempengaruhi jika Anda bermain di turnamen besar," ujar Liestiadi.
Sebelum turnamen ini berlangsung, sejumlah masalah memang mewarnai persiapan timnas U-22. Masalah itu merupakan buntut perseteruan antara PSSI dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI).
Sejumlah, klub yang berada di Indonesian Super League (ISL) pun melarang sejumlah pemainnya untuk membela timnas terkait persoalan tersebut. Lima pemain muda asal kompetisi ISL sempat mendapat izin membela timnas sepekan sebelum turnamen berlangsung. Namun, beberapa klub tersebut kemudian menarik kembali pemain yang telah dipanggil pelatih Aji Santoso.
"Karena itu, ke depan Federasi (PSSI) harus concern terhadap pembinaan usia muda dan kompetisi dengan baik. Mereka harus membangun tim junior lebih bagus ke depan nanti," tegas Liestiadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.