Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spanyol, "Kupu-kupu" Iberia yang Menyengat

Kompas.com - 02/07/2012, 07:21 WIB

KIEV, KOMPAS.com — "Dancing like butterfly, stinging like a bee." Itu memang gambaran untuk petinju legendaris Muhammad Ali. Ia menari seperti kupu-kupu dan menyengat seperti lebah. Bahkan, petinju-petinju tangguh pun sanggup ia taklukkan.

Gambaran seperti itu rasanya bisa disematkan kepada timnas sepak bola Spanyol. Negara dari kawasan Iberia ini menari dengan permainan tiki-taka, terkesan lembut atau lemah gemulai seperti gerombolan kupu-kupu memburu bunga. Tak ada kesan garang pada gerakan atau wajah-wajah para pemain. Namun, mereka menyengat seperti tawon. Tajam dan menyakitkan.

Dan, Italia yang tak pernah dikalahkan Spanyol dalam waktu normal sejak 1920 akhirnya tumbang juga. Bahkan, tarian Spanyol itu membuat gawang Gianluigi Buffon tersengat empat kali oleh aksi David Silva, Jordi Alba, Fernando Torres, dan Juan Mata.

Bergerak dan mengumpan secara cerdas. Itulah salah satu ciri khas sepak bola Spanyol saat ini yang disebut-sebut berakar dari Barcelona. Dan, memang itu yang ditekankan La Masia (akademi sepak bola Barcelona) dalam mendidik anak asuhnya. Setelah semua dasar teknik dikuasai, para pemain hanya diminta berpikir cerdas untuk bergerak dan mengumpan secara cerdas, kemudian menyelesaikan serangan dengan cerdas pula.

Itulah yang diadopsi timnas Spanyol, hingga didominasi para pemain Barcelona, seperti Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Pedro Rodriguez, Sergio Basquet, Cesc Fabregas, dan Gerard Pique. Bahkan, formasi timnas Spanyol pun sama dengan Barcelona, yakni 4-3-3. Namun, pemain dari klub lain pun tetap bisa menyatu dalam irama dan filosofi yang sama.

Dengan gaya permainan sepak bola seperti itu, mereka selalu mendominasi permainan. Itu pula salah satu kekuatannya. Bagi Spanyol, penguasaan bola adalah awal dari sebuah kesuksesan permainan. Kehilangan bola sama halnya awal dari bahaya.

Filosofi itu pula yang dipegang Pelatih Vicente del Bosque. Maka, dia membuat gebrakan cukup mengejutkan di Piala Eropa 2012 ini. Pada pertandingan pertama melawan Italia di penyisihan Grup C, ia tak memakai striker sejak awal. Tujuannya agar Spanyol mampu menguasai lini tengah yang sangat vital, juga mampu mendominasi penguasaan bola.

Lini depan dia isi tiga gelandang. Cesc Fabregas berperan sebagai "Nomor 9 Palsu" atau striker tipu-tipuan. Hasilnya, Spanyol ditahan Italia 1-1. Lalu, publik mengkritik strategi yang kemudian disebut dengan formasi 4-6-0 karena tak memakai striker murni tersebut.

Del Bosque bergeming. Di final ketemu lawan yang sama, Italia, ia memakai strategi yang sama. Spanyol mendominasi permainan dan kemudian menuai buah strategi barunya dengan kemenangan 4-0. Meski striker Fernando Torres akhirnya main pada menit ke-74, tetapi dasar kemenangan Spanyol dibangun dengan formasi 4-6-0.

"Tipe sepak bola tak hanya satu. Yang terpenting bagaimana mencetak gol," demikian kata Del Bosque memberi alasan.

Jawaban yang masuk akal. Sebab, Spanyol memiliki jajaran gelandang luar biasa yang tak hanya mampu mengkreasi permainan, membantu bertahan, tetapi juga menyerang dan mencetak gol. Nama-nama seperti Xavi Hernandez, Andres Iniesta, David Silva, dan Cesc Fabregas merupakan jaminan penguasaan bola dan mereka punya naluri mencetak gol yang bagus. Terbukti, sebelum menurunkan striker murni, mereka langsung unggul 2-0 berkat gol Silva dan bek Jordi Alba.

"Para pemain kami sangat inteligen. Kami memiliki tim yang seimbang. Ada keamanan dalam diri pemain kami. Kami memiliki beberapa striker, tetapi kami memutuskan untuk menurunkan pemain dengan kondisi yang terbaik bagi gaya sepak bola kami," tambahnya.

Penguasaan bola dengan tiki-taka, itulah yang diutamakan. Kemudian, dengan kecerdasan pemain, peluang akan lahir. Dan, peluang Spanyol yang dibangun dengan tiki-taka dan umpan one-two sering melahirkan peluang emas yang bisa diselesaikan pemain tipe apa pun.

Ibarat kupu-kupu, Spanyol punya pola tersendiri dalam menari. Menggunakan teknik tiki-taka, mereka bergoyang dan menggoyang lawan dalam ritmenya. Sering terkesan lemah lembut, tetapi pergerakan mereka meyakinkan dan sengatannya tajam seperti lebah dan mematikan.

Spanyol telah membuktikan efektivitas sepak bola mereka. Tiga gelar besar secara berturut-turut menjadi bukti superioritas sepak bola Spanyol. Setelah juara Piala Eropa 2008, mereka menjuarai Piala Dunia 2010 dan kini Piala Eropa 2012. Inilah masa kejayaan tiki-taka ala Spanyol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ketika STY Kalahkan Guinea 3-0 dan Singkirkan Argentina...

    Ketika STY Kalahkan Guinea 3-0 dan Singkirkan Argentina...

    Timnas Indonesia
    VAR di Championship Series, Aspek Fisik Jadi Sorotan Persib

    VAR di Championship Series, Aspek Fisik Jadi Sorotan Persib

    Liga Indonesia
    Ubah Cara Pikir Persib Lawan Bali United, Upaya Akhiri Tren Negatif

    Ubah Cara Pikir Persib Lawan Bali United, Upaya Akhiri Tren Negatif

    Liga Indonesia
    Jadwal Indonesia di Piala Asia U17 Putri 2024, Lawan Filipina Malam Ini

    Jadwal Indonesia di Piala Asia U17 Putri 2024, Lawan Filipina Malam Ini

    Timnas Indonesia
    Piala Asia U17 Putri, Garuda Pertiwi Bertekad Terbang Tinggi

    Piala Asia U17 Putri, Garuda Pertiwi Bertekad Terbang Tinggi

    Timnas Indonesia
    Championship Series Bali United Vs Persib, Laga Tak Mudah Kedua Tim

    Championship Series Bali United Vs Persib, Laga Tak Mudah Kedua Tim

    Liga Indonesia
    4 Laga Final Persib di Championship Series, Fisik dan Finishing Diasah

    4 Laga Final Persib di Championship Series, Fisik dan Finishing Diasah

    Liga Indonesia
    Sikap Stefano Pioli Usai Ultras AC Milan Lakukan Protes Aksi Bisu

    Sikap Stefano Pioli Usai Ultras AC Milan Lakukan Protes Aksi Bisu

    Liga Italia
    Jadwal Semifinal Liga Champions: PSG Vs Dortmund, Bayern Vs Real Madrid

    Jadwal Semifinal Liga Champions: PSG Vs Dortmund, Bayern Vs Real Madrid

    Liga Champions
    Susy Susanti Bangga Perjuangan Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024

    Susy Susanti Bangga Perjuangan Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024

    Badminton
    Guinea Serius Tatap Indonesia, Panggil Eks Barcelona dan Tunjuk Pelatih Senior

    Guinea Serius Tatap Indonesia, Panggil Eks Barcelona dan Tunjuk Pelatih Senior

    Timnas Indonesia
    Tour of Turkiye Jadi Bukti Sepak Terjang Brand Asal Indonesia bersama Atlet Balap Sepeda Internasional

    Tour of Turkiye Jadi Bukti Sepak Terjang Brand Asal Indonesia bersama Atlet Balap Sepeda Internasional

    Sports
    Piala Asia U17 Wanita 2024, Tekad Satoru Mochizuki untuk Garuda Pertiwi

    Piala Asia U17 Wanita 2024, Tekad Satoru Mochizuki untuk Garuda Pertiwi

    Timnas Indonesia
    Playoff Olimpiade Paris 2024, 4 Perbandingan Indonesia dan Guinea

    Playoff Olimpiade Paris 2024, 4 Perbandingan Indonesia dan Guinea

    Timnas Indonesia
    Lando Norris Menangi Balapan F1 Kali Pertama, Asapi Verstappen

    Lando Norris Menangi Balapan F1 Kali Pertama, Asapi Verstappen

    Internasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com