Krakow, Kompas
Dua tema tersebut mendominasi pertanyaan-pertanyaan media yang disampaikan kepada kiper Joe Hart dan gelandang Scott Parker dalam sesi jumpa pers, Kamis. Sabtu lalu, tim Inggris dan Italia, yang sama-sama bermarkas di Krakow (kota wisata di bagian selatan Polandia), sesuai laporan wartawan
Inggris pernah tampil di stadion itu saat memukul Swedia 3-2 pada penyisihan Grup D. Namun, Italia baru akan pertama kali ini tampil di stadion berkapasitas sekitar 60.000 penonton atau yang terbesar di antara stadion di delapan kota penyelenggara Piala Eropa 2012. Tiga laga penyisihan Italia dijalani di Polandia.
Yang bakal menjadi sorotan dalam laga tersebut, antara lain, kemungkinan duel bomber Italia Mario Balotelli melawan rekan satu klub atau lawan di
Balotelli dan Rooney sama- sama telah menyumbangkan gol bagi tim masing-masing. ”Ya, dia (Balotelli) bisa menjadi ancaman besar. Dia pemain hebat, tetapi kami juga punya Joelie (Joleon Lescott) yang bisa menghadangnya. Saya tak khawatir sema
Balotelli sosok cukup familier di Inggris karena memperkuat Manchester City, klub yang diantarkannya menjuarai Liga Inggris tahun ini. Jika diturunkan sejak menit awal, striker berusia 21 tahun itu bakal berhadapan dengan beberapa rekan satu klubnya, seperti kiper Joe Hart, bek Joleon Lescott, dan gelandang James Milner.
”(Balotelli dan Rooney) dua sosok yang berbeda sama sekali. Keduanya sama-sama punya talenta, punya kemauan memenangi laga. Terkait urusan sepak bola, mereka pemain hebat,” kata Hart menjawab pertanyaan wartawan Italia tadi.
Hal lain yang menjadi sorotan kubu Inggris adalah kemungkinan terjadi adu penalti. Inggris memiliki catatan buruk soal adu penalti pada ajang-ajang besar sepak bola. ”Three Lions”, julukan tim nasional Inggris, lima kali kalah dari enam adu penalti yang mereka jalani di Piala Dunia ataupun Piala Eropa.
Dalam skuad yang ditangani Pelatih Roy Hodgson ini, terdapat enam pemain yang menderita kekalahan adu penalti dari Portugal di perempat final Piala Dunia 2006. Menjelang Piala Eropa 2012, reporter Inggris sempat kaget saat berkunjung ke Stadion Hutnik, tempat timnas Inggris berlatih. Ia mendapati di lapangan stadion itu tidak memiliki titik penalti.
Apa Anda siap jika diminta ambil bagian dalam adu penalti? Demikian tanya salah satu wartawan kepada Hart, Kamis siang. ”Ya. Ya, saya siap dan tidak sabar menunggunya. (Adu penalti)
Hart mengaku telah banyak melakukan riset sendiri soal bagaimana gaya dan kebiasaan pemain-pemain Italia dalam mengeksekusi tendangan penalti. Menurut kiper berusia 25 tahun itu, ia dan rekan-rekannya sudah melakukan tendangan penalti sejak sebelum Inggris lolos ke perempat final.
Ia tersenyum saat ditanya soal berapa kali tendangan penalti rekannya yang berhasil dia gagalkan. Fans dan media Inggris wajar merasa cemas jika laga timnas mereka melawan Italia harus dilanjutkan dengan adu penalti setelah skor imbang hingga babak perpanjangan waktu.
Berdasarkan catatan sejarah, penalti seolah menjadi kutukan bagi Inggris. Kutukan itu bermula saat Inggris kalah adu penalti 3-4 dari Jerman Barat di Piala Dunia Italia 1990. Enam tahun kemudian, Inggris sempat menang adu penalti lawan Spanyol di perempat final Piala Eropa 1996, tetapi di semifinal kalah dari Jerman melalui adu penalti pula.
Pada Piala Dunia Perancis 1998, Inggris tersingkir setelah adu penalti dengan Argentina pada putaran kedua. Hal serupa terulang di Piala Eropa 2004
Bagi Italia, dua adu penalti terakhir mereka menghadirkan aroma berbeda. Pada perempat final Piala Eropa 2008, ”Azzurri” kalah adu penalti 2-4 di tangan Spanyol yang kemudian menjadi juara. Saat waktu normal
Dua tahun sebelumnya, pada Piala Dunia Jerman 2006, Italia menggenggam trofi juara setelah unggul adu penalti 5-3 atas Perancis pada laga final. Kelima algojo Italia, yakni Andrea Pirlo, Marco Materazzi, Daniele De Rossi, Alessandro Del Piero, dan Fabio Grosso, sukses menunaikan tugas. Sebaliknya, Perancis harus menanggung kekalahan akibat kegagalan penalti striker David Trezeguet.
Pemenang laga Inggris versus Italia akan menghadapi Jerman yang memukul Yunani 4-2
(ADP)