Apa Anda siap jika diminta ambil bagian dalam adu penalti? Demikian tanya salah satu wartawan kepada Hart, Kamis siang. ”Ya. Ya, saya siap dan tidak sabar menunggunya. (Adu penalti)
Hart mengaku telah banyak melakukan riset sendiri soal bagaimana gaya dan kebiasaan pemain-pemain Italia dalam mengeksekusi tendangan penalti. Menurut kiper berusia 25 tahun itu, ia dan rekan-rekannya sudah melakukan tendangan penalti sejak sebelum Inggris lolos ke perempat final.
Ia tersenyum saat ditanya soal berapa kali tendangan penalti rekannya yang berhasil dia gagalkan. Fans dan media Inggris wajar merasa cemas jika laga timnas mereka melawan Italia harus dilanjutkan dengan adu penalti setelah skor imbang hingga babak perpanjangan waktu.
Berdasarkan catatan sejarah, penalti seolah menjadi kutukan bagi Inggris. Kutukan itu bermula saat Inggris kalah adu penalti 3-4 dari Jerman Barat di Piala Dunia Italia 1990. Enam tahun kemudian, Inggris sempat menang adu penalti lawan Spanyol di perempat final Piala Eropa 1996, tetapi di semifinal kalah dari Jerman melalui adu penalti pula.
Pada Piala Dunia Perancis 1998, Inggris tersingkir setelah adu penalti dengan Argentina pada putaran kedua. Hal serupa terulang di Piala Eropa 2004
Bagi Italia, dua adu penalti terakhir mereka menghadirkan aroma berbeda. Pada perempat final Piala Eropa 2008, ”Azzurri” kalah adu penalti 2-4 di tangan Spanyol yang kemudian menjadi juara. Saat waktu normal
Dua tahun sebelumnya, pada Piala Dunia Jerman 2006, Italia menggenggam trofi juara setelah unggul adu penalti 5-3 atas Perancis pada laga final. Kelima algojo Italia, yakni Andrea Pirlo, Marco Materazzi, Daniele De Rossi, Alessandro Del Piero, dan Fabio Grosso, sukses menunaikan tugas. Sebaliknya, Perancis harus menanggung kekalahan akibat kegagalan penalti striker David Trezeguet.
Pemenang laga Inggris versus Italia akan menghadapi Jerman yang memukul Yunani 4-2
(ADP)