Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Mana Engkau Pelatih Berkualitas...

Kompas.com - 22/06/2012, 18:45 WIB

KOMPAS.com - Indonesia saat ini memiliki dua liga sepak bola tingkat tertinggi plus divisi utama dengan jumlah klub yang sangat banyak. Ditambah klub-klub yunior dan sekolah sepak bola, jumlahnya melimpah ruah. Berapa jumlah pelatih berlisensi dan berkualitas yang mampu membentuk skuad tangguh yang berjaya, masa kini dan masa depan?

Di kompetisi tahun 2012 terdapat 12 klub yang bertanding di Liga Primer Indonesia dan 18 klub di Liga Super Indonesia. Klub-klub di Divisi Utama berjumlah puluhan. Fakta lain, ada beberapa ajang pencarian bakat dan kompetisi tingkat yunior, seperti Liga Kompas Gramedia U-14 dan Aqua Danone Nations Cup 2012.

Pelatih Pelita Jaya Rahmad Darmawan menyederhanakan kaitan pelatih dan pemain sebagai guru dan murid. Tidak ada murid yang sukses mencapai cita-cita tertingginya tanpa bimbingan guru. Namun, hanya guru yang berkualitas yang mampu mengantarkan muridnya melambung ke tempat tertinggi.

”Persoalannya, jumlah pelatih yang berkualitas di Indonesia ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pemain,” kata Rahmad, pelatih berlisensi A AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia) yang pernah magang kepelatihan di Jerman dan Brasil.

Merujuk data PSSI, saat ini terdapat sekitar 250-an pelatih berlisensi A nasional yang ada di Indonesia. Lisensi A nasional ini menjadi syarat untuk melatih klub di liga nasional. Kalau dijumlah dengan pelatih berlisensi B, C, dan D, jumlahnya sekitar seribuan orang. Ada lagi pelatih berlisensi A AFC yang jumlahnya di Indonesia

30 orang lebih. Hanya pelatih dengan lisensi A AFC yang bisa membawa tim ke kompetisi tingkat Asia.

Padahal, lisensi A yang merupakan strata tertinggi sertifikasi kepelatihan ini pun belumlah cukup. Dibutuhkan pelatih A profesional agar klub bisa mengikuti kompetisi di tingkat Asia. Dibutuhkan pula lisensi A ”youth” untuk melatih para remaja.

”Parahnya, kita belum punya pelatih berlisensi A profesional itu,” kata Satya Bagja, instruktur pelatih AFC yang berhak memberikan sertifikasi lisensi C.

Lisensi profesional adalah sertifikat kepelatihan tertinggi, yang menjadi syarat direktur teknik sebuah federasi sepak bola. Lisensi profesional juga dibutuhkan pelatih untuk melatih klub di luar negeri.

”Idealnya kursus ini diadakan setiap tahun untuk semua strata. Kita bisa saja menitipkan orang untuk kursus di luar negeri, tetapi kan tidak bisa banyak. Kalau kita menggelar sendiri, lantas mendatangkan instruktur dari AFC, pesertanya bisa banyak, 30-an orang,” papar Satya Bagja.

Dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Vietnam, Indonesia tertinggal. Pada tahun 2004 Malaysia sudah memiliki 18 pelatih berlisensi profesional. ”Di Thailand dan Vietnam juga ada beberapa orang,” sambung Rahmad yang sempat melakoni kursus lisensi profesional di Jerman tahun 2006, tetapi terhenti.

Gairah tinggi

Kegairahan orang untuk menjadi pelatih sepak bola sebetulnya sangat tinggi. Sayang, kursus yang digelar dan difasilitasi PSSI terbatas. ”Kalau ada kursus, kapasitas hanya 30 orang, yang mendaftar bisa 60 orang,” kata Rahmad.

Satya juga memiliki pengalaman sama. ”Gairah pelatih yang mau dapat sertifikat tinggi sekali. Ini yang seharusnya ditangkap federasi (PSSI). Saya sendiri tidak berkeberatan mentransfer ilmu, tetapi kalau ongkos transportasi, akomodasi, dan biaya lain juga saya yang nanggung, kan, ya tidak mungkin,” kata Satya.

Biaya tinggi menjadi kendala berikutnya. Pasalnya, banyak pelatih yang harus menanggung sendiri biaya kursus. Biaya untuk mendapatkan lisensi A tahun lalu Rp 25 juta. Untuk lisensi A profesional, biayanya Rp 250 juta-Rp 300 juta. ”Tidak semua klub mau membiayai pelatihnya. Kalau di negara lain, bahkan federasi yang membiayai,” tutur Rahmad.

Untuk penanganan pemain muda, Jerman bisa dicontoh. Jerman menugaskan Matthias Sammer, Direktur Teknik Federasi Sepak Bola Jerman (DFB), untuk berkonsentrasi di usia 14-18 tahun. Sekretaris Jenderal DFB Wolfgang Niersbach pernah mengatakan, sejak kegagalan Piala Eropa 2000, DFB menginvestasikan sekitar Rp 228 miliar untuk pembinaan usia dini.

DFB membangun jaringan 366 pusat pelatihan di seluruh negeri. Untuk mengirit dana, DFB memanfaatkan infrastruktur klub-klub lokal.

Di tempat-tempat itu, 14.000 anak-anak dan remaja berusia 11-14 tahun berlatih selama dua jam per pekan bersama para pelatih sepak bola yang ditunjuk DFB.

Sejak 2006, Jerman habis-habisan fokus pada pengembangan usia muda dengan menugaskan pelatih-pelatih terbaik. Upaya ini digarisbawahi pelatih kawakan Danurwindo, yang kini melatih klub Divisi Utama, PPSMKN Magelang.

”Seharusnya justru pelatih berkualitas yang menangani usia muda. Usia 11-15 tahun itu usia emas untuk belajar teknik, power, dan speed. Pelatih yang berkualitas harus punya knowledge. Tidak hanya teknik, tetapi juga pedagogi, psikologi,” papar pelatih yang menangani tim sejak tahun 1984 ini.

Pertanyaannya, kapan Indonesia bisa mewujudkannya? Samar-samar terdengar lagu lawas, ”Kapan-kapan....mungkin lusa atau di lain hari....”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasil PSM Vs Arema 2-3: Dapat 2 Penalti, Singo Edan Menang

Hasil PSM Vs Arema 2-3: Dapat 2 Penalti, Singo Edan Menang

Liga Indonesia
Jelang Thomas & Uber Cup 2024 Gelar Latihan Perdana, Pengembalian Kondisi dan Adaptasi Jadi Fokus Utama

Jelang Thomas & Uber Cup 2024 Gelar Latihan Perdana, Pengembalian Kondisi dan Adaptasi Jadi Fokus Utama

Badminton
Hasil Persib vs Borneo FC 2-1: Sengatan Ciro dan David Da Silva Menangkan Maung

Hasil Persib vs Borneo FC 2-1: Sengatan Ciro dan David Da Silva Menangkan Maung

Liga Indonesia
Sinergi Indonesia dan UEA Mengembangkan Pencak Silat agar Mendunia

Sinergi Indonesia dan UEA Mengembangkan Pencak Silat agar Mendunia

Olahraga
Indonesia akan Tampil di Kejuaraan Atletik Asia U20 di Dubai

Indonesia akan Tampil di Kejuaraan Atletik Asia U20 di Dubai

Sports
Atlet Selancar Rio Waida Bidik Medali Olimpiade Paris 2024

Atlet Selancar Rio Waida Bidik Medali Olimpiade Paris 2024

Sports
Tim Thomas dan Uber Latihan Perdana, Shuttlecock Jadi Kendala

Tim Thomas dan Uber Latihan Perdana, Shuttlecock Jadi Kendala

Badminton
Prediksi Persib Vs Borneo FC, Jadi Duel Tim Pelapis?

Prediksi Persib Vs Borneo FC, Jadi Duel Tim Pelapis?

Liga Indonesia
Komitmen Perpanjang Kontrak STY, Erick Thohir Bicara Generasi Emas Indonesia

Komitmen Perpanjang Kontrak STY, Erick Thohir Bicara Generasi Emas Indonesia

Timnas Indonesia
Rizky Ridho Merasa Beruntung Timnas Indonesia Dilatih Shin Tae-yong

Rizky Ridho Merasa Beruntung Timnas Indonesia Dilatih Shin Tae-yong

Timnas Indonesia
Aji Santoso Bicara Piala Asia U23 2024: Indonesia Hati-hati Anti Klimaks

Aji Santoso Bicara Piala Asia U23 2024: Indonesia Hati-hati Anti Klimaks

Timnas Indonesia
Prediksi 3 Pemerhati Sepak Bola Indonesia Vs Korea Selatan, Asa Menang Itu Ada

Prediksi 3 Pemerhati Sepak Bola Indonesia Vs Korea Selatan, Asa Menang Itu Ada

Timnas Indonesia
Komitmen Ketum PSSI untuk Perpanjang Kontak Shin Tae-yong hingga 2027

Komitmen Ketum PSSI untuk Perpanjang Kontak Shin Tae-yong hingga 2027

Timnas Indonesia
Jadwal Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024, Mulai Sabtu 27 April

Jadwal Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024, Mulai Sabtu 27 April

Badminton
Indonesia Vs Korea Selatan, Garuda Muda Tak Dianggap Underdog

Indonesia Vs Korea Selatan, Garuda Muda Tak Dianggap Underdog

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com