PERTANDINGAN pertama Grup C antara Spanyol dan Italia layak disebut laga terbaik Grup C. Hasil 1-1 menjadi bukti berimbangnya kekuatan kedua tim. ”La Furia Roja” versus ”Azzurri” menghidangkan pertempuran taktis dan memesona dari dua tradisi sepak bola. Kapan lagi menyaksikan gim level internasional yang bergizi seperti ini?
Lolosnya Azzurri dan La Furia Roja ke babak delapan besar jadi bukti berikutnya kebesaran dua tim ini. Duel taktik kedua tim di lapangan menjadi hidangan asyik yang enak dipandang mata.
Spanyol dan Italia menyedot perhatian publik sejak sebelum kedua tim berseteru di rumput hijau PGE Arena Gdansk, Polandia. Banyak spekulasi bermunculan hingga kemudian banyak yang terperangah melihat formasi yang diturunkan Pelatih Spanyol Vicente del Bosque. Enam gelandang dipasang dan striker murni tidak dimainkan. Ada Andres Iniesta, Cesc Fabregas, David Silva, Xabi Alonso, Sergio Busquets, dan Xavi.
Keputusan Del Bosque untuk tidak memasang penyerang, sebut saja satu, Fernando Torres, bisa jadi dipengaruhi pengalaman Spanyol di perempat final Piala Eropa 2008 melawan Italia. Saat itu, Torres dan David Villa mati kutu di garda depan karena pertahanan super-rapat Italia.
Ternyata praduga Del Bosque tidak mewujud. Italia bermain terbuka dan menyerang, dengan mengandalkan Mario Balotelli dan Antonio Cassano di lini depan.
Apa yang disuguhkan Italia ini sebetulnya sudah diperagakan sejak Cesare Prandelli menggantikan Marcello Lippi. Prandelli merevolusi permainan Italia dengan mengeksplorasi keterampilan pemain tengah, seperti Andrea Pirlo, Daniele De Rossi, Claudio Marchisio, Thiago Motta, dan Riccardo Montolivo. Ia membuat para pemain ini makin kreatif membangun serangan.
Kejutan-kejutan soal formasi dan taktik ini membuat pertandingan makin menarik. Masuknya Torres di menit ke-73 membuat mata penonton makin melek. Pertandingan menjadi makin hidup.
”Itu adalah saat yang ideal untuk memasang dia (Torres) karena pertandingan terbuka itu cocok dengan gaya permainannya. Dia menciptakan beberapa peluang dan dia menikmatinya,” kata Del Bosque kepada wartawan seusai laga.
Gim berakhir seri, tetapi bolehlah dikatakan kalau taktik Prandelli bekerja lebih baik dari taktik Del Bosque. Italia mampu bertahan dengan baik di belakang dan berbahaya ketika menyerang. Penetrasi tim Spanyol di lini depan menjadi tidak terlalu kentara. Enam gelandang kurang bisa menyuguhkan variasi serangan, ternyata.
Inilah menariknya gim ini. Yang satu adalah juara bertahan, negara ketiga yang menyandingkan Piala Eropa dan Piala Dunia setelah Jerman dan Perancis. Yang lain adalah juara dunia empat kali. Kedua tim sama-sama memiliki tradisi, sistem, dan ciri khas sepak bola yang kuat.
Bisa jadi Del Bosque dan Prandelli sama-sama sedang mencoba-coba. Maklum, itu laga pertama. Yang pasti, penonton puas menyantap hidangan itu. Ada dua koki andal, racikan formasi 3-5-2, aksi pemain-pemain hebat sebagai main course, dan hasil 1-1 untuk kudapan penutup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.