KEGAGALAN mengalahkan Kroasia pada laga kedua menempatkan tim Italia di ambang bahaya. Nasib ”Gli Azzurri” untuk lolos ke delapan besar tidak hanya ada di tangan mereka. Di satu sisi, Italia harus meremukkan Irlandia. Di sisi lain, hasil laga Spanyol dan Kroasia masih akan menjadi penentu langkah tim biru. Padahal, penyerang tim Italia belum menunjukkan ketajaman dalam mencetak gol.
Pelatih Italia Cesare Prandelli harus memutar otak lebih keras untuk mengatasi masalah ini. Tidak lolos ke perempat final Piala Eropa adalah nista bagi tim sekelas Italia. Namun, karena hanya ada satu dari dua faktor yang dapat diubahnya, Prandelli harus berkonsentrasi pada misi mengalahkan Irlandia.
”Bermain menyerang merupakan satu-satunya pilihan yang harus diambil untuk mengalahkan Irlandia. Kami perlu menyiapkan tim yang bugar dan penyerang yang mampu mencetak gol untuk mewujudkan misi itu,” kata Prandelli.
Berdasarkan evaluasi hasil laga kontra Kroasia, kebugaran tim menjadi masalah yang cukup pelik bagi tim Italia. Bermain menyerang sejak menit pertama dan terus mendominasi pertandingan membuat stamina Andrea Pirlo dan kawan-kawan menurun.
Perlawanan di lapangan tengah berkurang dan disiplin di lini pertahanan mengendur. Di saat itu, Mario Mandzukic berhasil menerobos pertahanan Italia dan mencetak gol pada menit ke-72.
Di sisi lain, para penyerang utama Italia belum dapat menunjukkan kelasnya dan masih mandul dalam mencetak gol. Saat tim-tim besar lain sudah mencetak tiga sampai lima gol dalam dua laga, Italia hanya mampu mencetak dua gol. Satu gol dicetak oleh gelandang dan satu gol lain oleh penyerang pengganti.
Oleh karena itu, Prandelli berniat melakukan beberapa perubahan di tubuh timnya. Salah satu di antaranya adalah pergantian penyerang utama. Mario Balotelli yang dinilai tampil kurang memuaskan dalam dua laga pertama bakal digantikan oleh Antonio Di Natale.
Balotelli dinilai cukup bagus pada babak pertama meskipun tiga peluang emasnya gagal dikonversi menjadi gol. Namun, pada babak kedua, penyerang Manchester City itu sering kehilangan posisi dan tidak mau berusaha lebih keras untuk mencetak gol ketika dijaga ketat.
”Saya sampai serak karena berteriak-teriak selama 15 menit, tetapi dia tidak kembali ke posisinya. Dia mendatangi bola, tetapi tidak menggiringnya. Jika ingin menjadi pemain besar, Balotelli harus melewati kesulitan yang menghadangnya,” kata Prandelli.
Di Natale yang mencetak gol ke gawang Spanyol dinilai mampu menempatkan diri dengan lebih baik dan rajin mencari peluang. Penyerang klub Udinese itu juga memiliki emosi yang lebih stabil sehingga dapat bermain dengan tenang.