KOMPAS.com - Lima hari telah berlalu dan bisa dikatakan bahwa Piala Eropa 2012 ini telah melampaui harapan publik sebelum turnamen bergulir. Fakta bahwa Ukraina dan Swedia akan segera tersingkir dari perjalanan ternyata tidak juga segera terjadi pascahasil imbang Inggris dan Perancis. Meski sebelumnya banyak yang mengatakan bahwa ajang Piala Eropa 2012 tak bisa dianggap sebagai hiburan dan drama, namun lima hari awal telah melampaui perkiraan awal publik sepak bola dunia.
Pada awalnya, sejumlah tim yang diyakini akan menjadi bulan-bulanan tim besar tampil menggemparkan karena efektivitas gelandang serang yang dimiliki. Tim seperti Denmark dan Ceko tidak gentar menghadapi tim-tim besar, seperti Belanda dan Rusia.
Kekalahan 1-4 di pertandingan perdana dari Rusia tidak membuat Ceko lunglai sehingga bisa mengalahkan Yunani di laga kedua. Berikut sejumlah tren yang dicatat oleh James Tyler, seperti dilansir Soccernet, dalam lima hari awal penyelenggaraan Piala Eropa 2012.
1. Kelemahan pertahanan sisi kiri
Jika berbicara taktik, posisi bek penuh penting dalam sepak bola modern. Dipercaya untuk bertahan dan juga berkontribusi untuk menyerang dari posisi yang melebar, bek penuh dapat mengatur pertandingan melalui satu cara atau berbagai cara. Bek kiri memiliki waktu yang lebih efektif untuk mengalirkan bola melalui pemain sayap di kanan, baik yang unggul di kaki kanan seperti Antonio Valencia ataupun kidal seperti Arjen Robben.
Secara keseluruhan, banyak gol berawal dari aliran bola dari sayap kanan. Gol Andriy Shevchenko, misalnya, lahir dari umpan silang Andriy Yarmolenko, dari sisi kanan setelah Oleg Gusiev memanfaatkan kelemahan bek kiri Swedia, Martin Olsson. Hingga saat ini, hanya Jetro Willems dari Belanda, Simon Poulsen dari Denmark dan Philip Lahm dari Herman yang bersinar di posisi bek kiri.
2. Usia hanyalah angka
Sebelum pembukaan Piala Eropa 2012 pada hari Jumat, nama-nama pemain muda dibanggakan untuk dibawa ke Polandia-Ukraina. Sebut saja nama-nama seperti Christian Eriksen, Mario Gotze, Mesut Ozil, Kevin Strootman, Andriy Yarmolenko dan Yevhen Konoplyanka. Namun sesungguhnya, para pemain di ujung kariernya justru lebih berdampak hingga saat ini.
Andriy Shevchenko, Antonio Di Natale, dan Andrei Arshavin, misalnya. Shevchenko yang kini berusia 35 tahun menyumbangkan dua gol yang membawa Ukraina menang 2-1 atas Swedia dalam laga perdananya, Senin (11/6/2012).
Di Natale, pemain Udinese berusia 34 tahun itu juga mencetak gol tunggal Italia yang sempat membawa "Azzuri" unggul lebih dulu atas Spanyol dalam laga perdana Grup C, hari Minggu lalu. Sementara itu, meski Arshavin yang berusia 31 tahun itu belum mencetak gol sampai saat ini, peran pentingnya tak bisa dipungkiri dalam kemenangan 4-1 atas Ceko.
3. Peningkatan bertahap dalam penyerangan
Ketika Anda berpikir tentang kompetisi besar, seperti Piala Dunia, Liga Champions atau sejenisnya, Anda perlu membayangkan sebuah turnamen dengan cara permainan yang hati-hati meliputi cara permainan bertahan dan menyerang yang seimbang.
Tak bisa hanya berpikir tentang menyerang. Sepak bola adalah tentang kombinasi refleks pertahanan dan sepak bola menyerang. Ini yang bisa diamati dari permainan Ceko dalam laga di Piala Eropa 2012 melawan Yunani.
4. Lebih baik dua daripada hanya satu penyerang
Salah satu format dasar permainan menyerang yang cepat adalah 4-2-3-1 dengan lima gelandang mendominasi permainan modern untuk memberikan fleksibilitas. Singkatnya, dengan dua gelandang dan tiga pemain yang kreatif bisa memudahkan transisi dalam bertahan dan menyerang.
Namun, jika pelatih bersedia memasang dua striker, itu tampaknya lebih berhasil sejauh ini. Lihat saja aksi duo Kroasia, Mario Mandzukic yang perawakannya besar serta Nikica Jelavic yang lebih lincah berlari kemana saja. Kemampuan gabungan Luka Modric dan Ivan Rakitic untuk mengangkat permainan bisa menyediakan celah untuk dimanfaatkan oleh Mandzukic dan Jelavic untuk menantang kiper Irlandia, Shay Given, di bawah mistar gawang.
Demikian pula, pasangan bek tim nasional Spanyol, Sergio Ramos dan Gerard Pique, harus bekerja keras untuk menahan aksi duet Antonio Cassano dan Mario Balotelli. Sementara itu, ketika turun minum saat ketinggalan 0-1 dari Polandia, pelatih Yunani, Fernando Santos, memilih untuk menambah striker dengan memasukkan Dimitris Salpingidis. Hasilnya, permainan berubah dan Salpingidis berhasil mencetak gol penyeimbang.
Meski sepak bola modern menyukai interaksi cepat dengan memperkuat lini tengah, penggunaan taktik tradisional dengan dua striker terbukti cukup efektif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.