Oleh Sindhunata
KOMPAS.com - Inggris lawan Perancis, pertandingan mendebarkan. Dalam Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, mereka sama-sama kesebelasan terpandang karena bertabur bintang. Publik sepak bola menaruh banyak harapan, mereka bakal bermain menghibur dan menjanjikan. Ternyata, keduanya amburadul dan remuk redam.
Perancis gagal di babak penyisihan, hanya meraih satu kemenangan, dua kali seri. Belum lagi Perancis masih dilanda aib karena perseteruan Pelatih Raymond Domenech dengan pemainnya, Patrice Evra dan Nicolas Anelka.
Inggris berhasil lolos dari babak penyisihan walau dicemooh habis-habisan ketika ditahan Aljazair, 0-0. Setelah itu, di babak enam belas besar, mereka digebuk Jerman, 1-4. Sungguh suatu noda bagi Inggris yang football-nation.
Dengan kepala tertunduk, Perancis dan Inggris mengepak koper. Keduanya sama-sama hancur, tetapi setelah itu mereka menempuh jalan yang berbeda.
Perancis langsung diadili dan ”dihukum” oleh publik bolanya. Maka, sepak bola Perancis tak cukup diperbaiki, harus direvolusi. Domenech didepak, diganti Laurent Blanc. Di bawah komando Blanc, Perancis tak terkalahkan dalam 21 kali pertandingan. Dari remuk redam, mereka telah menjadi kesebelasan yang menggetarkan setiap lawan.
Lain dengan Inggris. Meski dicela, ”The Three Lions” masih dimaafkan publiknya. Mereka tidak direvolusi, tetapi direformasi. Mereka tidak melakukan perubahan besar-besaran, tetapi sekadar mengubah visi untuk meraih target jangka panjang.
Fabio Capello tidak langsung dipecat seperti Domenech, tetapi diberi kesempatan memimpin lagi. Sampai sekarang, di bawah Roy Hodgson yang praktis baru sebulan menjadi pelatih, belum terasa benar manakah wujud real visi perbaikan itu. Tim Inggris masih compang-camping, apalagi dengan cederanya Frank Lampard, Gareth Barry, dan Gary Cahill, serta absennya Wayne Rooney. Masih juga masalah tidak dipanggilnya Rio Ferdinand yang menimbulkan kontroversi tajam.
November tahun lalu, Inggris menjajal Perancis yang baru itu. Mereka digasak tim ”Ayam Jantan”, 1-2. Anak-anak Blanc sungguh menunjukkan diri telah membuat regenerasi permainan. Kemalangan atau les Miserables di bawah Domenech sudah lewat, sementara Inggris kelihatan belum membuat perbaikan apa-apa. Desakan agar Capello mundur pun makin deras. Memang dalam pertandingan itu, Inggris seakan sekelas di bawah Perancis. Kini perlu dicatat, tujuh pemain Perancis yang menaklukkan Inggris di Wembley itu tetap menjadi kader melawan Inggris di Donetsk malam nanti.
”Sudah 20 tim jadi korban Perancis. Plus satu lagi, dan itu adalah Inggris sendiri. Maka, jangan kita mengulang kesalahan lagi ketika nanti harus bertemu mereka,” kata mantan Pelatih Inggris Terry Venables. Menurut Venables, Inggris bisa menang asal mereka bermain cepat.