JAKARTA, KOMPAS -
Pengurus klub, yang berlaga di kompetisi Liga Primer Indonesia (IPL) di bawah PSSI maupun Liga Super Indonesia (ISL) di bawah PT Liga Indonesia yang tak diakui PSSI, sama-sama buntung dan kelimpungan akibat masalah dana. Mereka kesulitan dana, antara lain, akibat minimnya sponsor yang menjauhi klub- klub tersebut di tengah kisruh yang tak kunjung berakhir.
Klub-klub itu pun sampai kesulitan membayar gaji pemain hingga menunggak. Sekretaris tim Sriwijaya FC Faisal Mursyid mengakui, klubnya menunggak pembayaran gaji pemain untuk dua bulan, yakni April dan Mei.
”Dalam kontrak disebutkan, gaji pemain dibayarkan per tanggal 10,” kata Faisal, Selasa (29/5). ”Kami yakin, masalah itu akan terselesaikan. Ini karena proses pembayaran yang makan waktu. Kami tidak khawatir karena kami punya alternatif untuk membayar gaji pemain.”
Faisal keberatan mengungkapkan angka nominal gaji pemain yang menunggak di klubnya. Ia hanya memberi kisaran bahwa dua pertiga dari total anggaran Rp 30 miliar-Rp 35 miliar per musim tersedot untuk menggaji pemain. Sriwijaya FC satu dari enam klub ISL yang disebut APPI menunggak pembayaran gaji pemain.
Lima klub lainnya yakni Persija Jakarta ISL, Deltras Sidoarjo, Pelita Jaya, Persela Lamongan, dan Arema ISL. Klub-klub yang berlaga di IPL, kompetisi resmi PSSI, setali tiga uang. APPI merilis enam klub IPL penunggak pembayaran gaji pemain, yaitu Persija IPL, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, Bontang FC, Persiraja Banda Aceh, PSM Makassar, dan satu klub Divisi Utama PSSI PPSM Magelang.
Kesulitan sponsor
CEO Persija IPL Hadi Basalamah mengungkapkan, klubnya terlambat dua bulan dalam membayar gaji 26 pemain. ”Tidak
Ia mengatakan, dana klubnya untuk membayar gaji pemain dan ofisial tim per bulan menghabiskan sekitar Rp 700 juta. ”Kami kesulitan bekerja sama dengan sponsor. Sponsor-sponsor bingung karena ada kompetisi lain, berupa breakaway league, yang membuat mereka tidak nyaman,” ujar Hadi.
Kebingungan sponsor-sponsor potensial di Ibu Kota semakin pelik jika mengingat ada klub sama-sama bernama ”Persija” di Jakarta. Satu Persija ISL dan satu lagi Persija IPL. Dalam pertemuan APPI di Jakarta, Senin (28/5), pemain dari kedua klub itu bersatu menyuarakan hak mereka yang belum diselesaikan klub masing-masing.
Dari Persija ISL, hadir tiga pemain, yakni Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan, dan Leo Saputra. Dari Persija IPL, datang Emanuel de Porras, Danilo Fernando, Aleks Vterski, dan David da Rocha. ”Pernyataan sikap kami untuk membuktikan, kedua liga itu tidak ada yang benar,” kata Bambang, yang juga Wakil Presiden APPI, kepada wartawan.
CEO Persiraja Banda Aceh Akmal Marhali mengatakan, klubnya belum membayar gaji pemain untuk bulan April dan Mei 2012. ”Untuk gaji bulan April, baru 20 persen pemain yang sudah dibayar. Sisanya, 80 persen pemain, belum dibayar. Gaji
Sambil berusaha mencari pemasukan alternatif melalui penjualan merchandise, membuka kafe Persiraja, dan lain-lain, Akmal optimistis, pihaknya mampu menyelesaikan pembayaran gaji pemain sebelum tenggat 7 Juni yang ditetapkan APPI.
Akmal mengaku, ia mendukung aksi mogok pemain jika hak-hak mereka belum dibayarkan hingga batas waktu tersebut. ”Semoga ini bisa menjadi bahan introspeksi semua pihak, mulai dari PSSI, pengelola klub, para pemain, dan juga para suporter,” katanya.