MILAN, KOMPAS.com - Di tangan Antonio Conte, Juventus menemukan permainan terbaiknya. Conte mengembalikan aura juara ke wajah ”Si Nyonya Besar” yang memudar sejak kasus calciopoli yang memaksa Juventus turun ke Serie B pada musim kompetisi 2006/2007. Di tangan Conte, Juventus tampil fantastis dan juara Liga Italia 2011/2012.
Juventus memastikan juara Serie A setelah menang 2-0 di kandang Cagliari. Pada saat bersamaan, pesaing utama AC Milan dihajar oleh Inter Milan 2-4 dalam derbi della madonnina, Senin (7/5). Dua gol Juventus dicetak oleh Mirko Vucinic dan gol bunuh diri pemain Cagliari, Michele Canini, pada menit ke-74.
Di San Siro, tiga gol Diego Milito dan satu gol spektakuler Douglas Maicon mengubur peluang juara Milan. ”Rossoneri” sempat unggul 2-1 setelah Zlatan Ibrahimovic dua kali menjebol gawang Inter. Skuad Andrea Stramaccioni kembali bangkit dan Inter menang 4-2.
Dengan sisa satu laga, perolehan nilai Juventus, 81 poin, tidak mungkin dikejar oleh Milan yang mengumpulkan 77 poin.
Juventus merayakan gelar pertama setelah kasus calciopoli di Trieste. Perayaan yang meriah dan nyaris kacau karena ratusan suporter Juve masuk ke stadion. Mereka dibalut euforia, ingin merayakan kemenangan bersama para pemain yang tampil fantastis musim ini.
Secara resmi, ini gelar ke-28 Juventus karena dua gelar Serie A tahun 2005 dan 2006 dicoret karena kasus calciopoli atau pengaturan pertandingan. Namun, pengurus klub dan para pemain Juventus tetap menghitung sebagai gelar ke-30.
Juventus layak juara musim ini. Mereka tampil solid dan belum pernah kalah di Serie A dan Coppa Italia. Jika pekan depan Juve imbang atau menang atas Atalanta, mereka mencapai rekor 42 laga tak terkalahkan.
”Ini pencapaian luar biasa, fantastis. Menyelesaikan liga musim ini tanpa kalah akan menjadi sesuatu yang bersejarah,” ujar Conte setelah meraih gelar pertama Serie A.
Sentuhan Conte
Conte merupakan perekrutan paling sukses bagi Juventus sejak kembali ke Serie A musim 2007/ 2008. Conte yang bermain di Juventus selama 13 tahun dan lima kali menyabet juara Serie A mampu mengembalikan kepercayaan diri para pemain dalam musim pertama melatih Juve.
Pelatih berusia 42 tahun itu membangun tim juara seperti saat membawa Bari juara Serie B pada 2009 dan Siena promosi ke Serie A dua musim lalu. Mantan gelandang Juve itu sukses menyuntikkan motivasi kepada para pemain Juve. Conte sering terlihat menggenjot motivasi para pemain dari tepi lapangan.
Motivasi yang disuntikkan Conte mampu menutup lubang besar Juve yang tidak memiliki penyerang dominan. Alessandro Matri, penyerang murni Juve, hanya mampu mencetak 10 gol. Gol-gol krusial lainnya dicetak oleh para pemain tengah, seperti Claudio Marchisio (9 gol) dan Arturo Vidal (7 gol).
Musim depan Juventus harus merekrut penyerang tajam supaya bisa bersaing di Liga Champions.
Persaingan merebut tiket terakhir Liga Champions akan ditentukan pada laga terakhir. Udinese dengan 61 poin bisa mengunci tiket ke Liga Champions jika menang di kandang Catania. Lazio berpeluang menggeser Udinese jika menang melawan Inter dan Udinese dikalahkan Catania.
Napoli dan Inter sangat tipis peluangnya masuk zona Liga Champions dan fokus memperebutkan jatah Liga Europa. Kedua tim sama-sama mengantongi 58 poin. Napoli unggul selisih gol dan berhak di peringkat kelima, jatah terakhir Liga Europa. Inter di peringkat keenam bisa menggeser Napoli jika menang di kandang Lazio dan Napoli kalah atau imbang saat menjamu Siena.
(Reuters/AFP/AP/ANG)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.